Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kapan Pemerintah Mau Kembangkan Bisnis Online Pengeber Batik di Trusmi?

8 November 2016   09:33 Diperbarui: 20 April 2017   12:28 204
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Ada sekitar 40-an toko. Itu baru di desa ini saja,” tandas Asnawi yang ditemui di Kantornya pada 4 Novemner 2016 lalu.

Saat ditanya tentang pemasaran online, Asnawi yang juga pengrajin batik ini mengungkapkan kalau hampir semua pedagang batik di desanya sudah melek internet.

“Hampir semua orang di sini, terutama anak mudanya sudah bisa internetan,” kata lelaki asli Desa Trusmi Kulon ini. “Anak-anak itu pada Facebook-an, BBM-an, dan macam-macem,” lanjutnya dengan logat Plered.

Setelah memastikan informasi kepada staf desa lainnya, Asnawi mengaku kalau pemerintah belum pernah memberikan pelatihan tentang pemasaran online kepada warga di desanya.

“Kemarin pernah ada. Kalau tidak salah tahun ini juga. Tapi bukan dari pemerintah,” jelas Asnawi sambil menyebut nama operator selular.

Akses internet di daerah Trusmi memang cukup baik. Banyak warga, khususnya anak muda, di desa itu yang memiliki sejumlah akun Facebook, Twitter, Whatsapp, BlackBarryMassenger, Instagram, dan lain sebagainya. Hanya saja tidak sedikit pedagang batik di Trusmi yang belum memanfaatkannya sebagai sarana berjualan.

Di Pasar Batik Trusmi, misalnya, sekalipun pengelola pasar sudah menyediakan fasilitas WiFi, namun belum banyak pemilik kios yang memanfaatkannya.

“Tidak tahu kenapa Bapak (pemilik kios) belum berjualan online,” jawab Rahayu, pelayan di salah satu kias di Blok A Pasar Batik Trusmi, saat ditemui di teras kiosnya pada 4 November 2016 lalu.

Sementara Sri menjalani usaha online setelah mendapat pelatihan yang digelar oleh komunitas sebuah bank swasta. Menurut pengakuannya, pemerintah belum pernah memberikan pelatihan tentang jual-beli online kepada pengrajin batik di desanya.

Sebagaimana yang diakui oleh Heri penjualan online memiliki konstribusi yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Bahkan, lewat perdagangan online, batik karya Dian mampu menembus pasar dunia. Menurut Dian, pemesan dari luar negeri berdatangan setelah UNESCO mengakui batik sebagai warisan dunia pada 2 Oktober 2019. 

Foto layar FB Batik Cirebon Online Shop (Dok Pri)
Foto layar FB Batik Cirebon Online Shop (Dok Pri)
Penulis sendiri sudah setahun ini menjadi pengeber online batik Cirebon. “Pak Jokowi, Kapan Kenakan Batik Cerbonannya (Karena Sekarang Saya Pengeber Batik)?  Itu artikel pertama tentang ke-pengeber-an saya sebagai pedagang online batik Cirebon. Entah ada kaitannya atau tidak. Keesokan harinya melintas di lini masa foto seorang staf pegawai Gedung Putih Amerika Serikat yang mengenakan batik bermotifkan Megamendung pemberian Ibu Negara Iriana. Foto itu di-share oleh Kedubes RI untuk Amerika Serikat. Sekalipun usaha ngeber online batik itu tidak diseriusi, tetapi dalam setiap bulan selalu saja ada pesanan yang datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun