Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Soal 9 Naga yang Bikin Sandiaga Makin Tidak Layak Maju

14 September 2016   12:34 Diperbarui: 14 September 2016   17:44 5695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kompas.com/Kurnia Sari Aziza

Sandi mungkin bisa nyagub, tetapi dengan sejuta keterpaksaan yang menyertainya. Ketidaklayakan Sandi untuk nyagub ini terlihat dari sikap Bupati Batang, Yoyok Riyo Sudibyo yang menolak menjalani fit and proper test sebagai calon pendamping Sandi. Yoyok yang mantan perwira BIN ini pastinya sudah mengamati situasi dan kondisi yang akan dihadapinya jika ia maju mendampingi Sandi.

Posisi berbeda ada pada Boy Ali Sadikin dan Rizal Ramli. Keduanya secara natural berada dalam posisi berseberangan dengan Ahok, khususnya dalam kasus reklamasi teluk Jakarta. Boy mengundurkan diri dari kepengurusan DPD PDIP Jakarta lantaran ia yang tidak menyetujui proyek reklamasi berlawanan pendapat dengan mayoritas kader PDIP yang menjadi anggota DPRD DKI. Terbukti sikap Boy ini benar setelah KPK menangkap tangan M. Sanusi dan dua kolega Ahok dalam kasus pembahasan soal reklamasi. Sementara Rizal menghentikan proyek reklamasi. Karena sikapnya ini, Rizal dicopot dari kabinet Jokowi.

Kasus reklamasi ini pastinya akan menyambar anggota DPRD DKI lainnya, eksekutif. Parpol akan terkena dampak dari kasus ini. Demikian juga dengan Ahok. Tetapi, parpol dapat menekan efek domino dari kasus ini kalau memajukan figur yang memiliki rekam jejak melawan proyek reklamasi.

Saat ini elektabilitas Boy dan Rizal memang rendah, tidak beda dengan Sandi. Tetapi, rendahnya elektabilitas itu tidak bisa jadi patokan kalau keduanya tidak bisa mengalahkan Ahok calon petahana dengan tingkat elektabilitas tinggi. Contohnya Jokowi dan Ganjar Pranowo. Elektabilitas Jokowi hanya 6 % sebelum namanya didaftarkan sebagai cagub pada Pilgub DKI 2012. Sementara elektabilitas Foke sang calon petahana berada di atas angka 30 %. Toh pada akhirnya Jokowi mampu memenangi Pilgub DKI 2012. Demikian juga dengan Ganjar yang mampu memenangi Pilgub Jateng 2013 meski hanya bermodal elektabilitas di bawah 5 %.

Posisi Boy dan Rizal yang berseberangan dengan Ahok dalam proyek reklamasi Jakarta ini pastinya bisa dijual untuk mendongkrak elektabilitas keduanya. Masalahnya, bagaimana caranya? Elektabilitas meningkat setelah popularitas meningkat --tapi belum tentu tingkat popularitas tinggi, elektabilitas pun tinggi. Contohnya Rhoma Irama. Populartas Rhoma 98 %, tetapi elektabilitasnya hanya 2 %--.

Untuk meningkatkan popularitas media memiliki peran penting. Semakin sering diberitakan, semakin moncer popularitasnya. Hanya saja media baru memberitakan sebuah peristiwa kalau memiliki nilai jual. Ahok foto-fotoan dengan warga jadi berita di Kompas.com. Itu karena Ahok memiliki nilai jual. Risma marah-marah pada Ahok diberitakan berhari-hari oleh media. Itu karena baik Risma dan Ahok sama-sama memiliki nilai jual, apalagi saat keduanya berseteru. Keduanya duduk akur satu meja saja jadi bahan berita.

Menurut timbangan dagang media, Boy dan Rizal sampai saat ini kurang menjual. Keduanya baru akan menjadi barang dagangan media kalau secara resmi maju sebagai cagub. Tetapi, kalau pun media masih ogah menjualnya, media sosial masih bisa dimanfaatkan. Apalagi mayoritas penduduk Jakarta diketahui sebagai pengguna media sosial.

Berbeda dengan Boy dan Rizal. Budi Waseso tidak memiliki posisi yang berbeda dengan Ahok. Tetapi, Buwas sudah memiliki modal popularitas yang baik. Popularitas Buwas pun meninggi seiring dengan keberhasilannya saat menduduki jabatan Kabareskrim Polri dan Kepala BNN. Dari sini jelas kalau meningkatnya popularitas Buwas didapat dari prestasinya. Ini mirip dengan Jokowi ketika maju ke Pilgub DKI 2012. Jokowi saat itu telah mengantongi popularitas yang lumayan bagus sebagai hasil dari prestasinya saat menjabat Walikota Solo. Karena popularitas yang diraih dari prestasinya itu, elektabilitas Jokowi pun melesat naik.

Ketiganya, Rizal, Boy, dan Buwas bersih dari kasus korupsi. Rizal dan Boy belum pernah diberitakan keserempet kasus korupsi. Sementara Buwas bersih dari kasus rekening gendut. Soal isu korupsi ini menjadi salah satu pembeda antara posisi ketiganya dengan Ahok ataupun Sandi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun