Mohon tunggu...
Gatot Swandito
Gatot Swandito Mohon Tunggu... Administrasi - Gatot Swandito

Yang kutahu aku tidak tahu apa-apa Email: gatotswandito@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Soal 9 Naga yang Bikin Sandiaga Makin Tidak Layak Maju

14 September 2016   12:34 Diperbarui: 14 September 2016   17:44 5695
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Kompas.com/Kurnia Sari Aziza

Sebelum ada pasangan cagub-cawagub, faktor elektabilitas hanya menempati urutan kedua. Elektabilitas hanyalah modal awal. Sedangkan modal utama adalah nilai jual. Kalau salah satu dari pasangan calon itu memiliki nilai jual, elektabilitas pun akan terdongkrak dengan sendirinya menyusul meroketnya popularitas.

Sandiaga Uno tidak memiliki nilai jual yang membuat calon pemilih tergerak untuk mendukungnya. Tidak adanya nilai jual itulah yang menjadi salah satu faktor gagalnya klik antara Sandi dengan calon pemilih. Itulah penyebab dari masih jalan ditempatnya elektabilitas meskipun ia sudah menggelar serentetan sosialisasi selama setahun belakangan ini.

Selain tidak memiliki nilai jual yang menyebabkan elektabilitasnya jalan di tempat, Sandi pun memiliki masalah dengan dugaan keterlibatannya dalam berbagai kasus, mulai dugaan kasus korupsi sampai dugaan kasus pelecehan seksual yang dilakukannya terhadap pedangdut Dewi Persik.

Dugaan kasus pelecehan seksual ini bakal menjadi sandungan terbesar mengingat kasus ini paling mudah dipahami oleh pemilih. Selain itu, mau tidak mau, Sandi akan terserempet oleh kasus Gatot Brajamusti yang juga diduga melakukan sejumlah pelecehan seksual. Persidangan Gatot yang bakal digelar dalam beberapa bulan ke depan pastinya akan dimanfaatkan oleh lawan politik Sandi untuk menyeret Sandi ke dalam pusaran pemberitaan tentang pelecehan seksual. 

Media, khususnya infotainment yang memiliki rating tinggi akan memburu pengakuan Dewi tentang dugaan pelecehan seksual yang dialaminya. Dan lagi, Ahok pun sudah ketemuan dengan Dewi. Sulit dibayangkan bagaimana mimik wajah kader PKS dan PKB saat wartawan memburunya dengan pertanyaan terkait dugaan kasus ini.

Selain itu, strategi Sandi untuk meraih dukungan rakyat pun hanya direspon dingin oleh rakyat. Contohnya adalah pembentukan Crisis Center di Rawajati. Respon dingin rakyat itu sangat wajar sebab rakyat tahu kalau perhatian Sandi kepada rakyat kecil itu karena ada maunya. Dan rakyat pun akan bertanya, kemana Sandi ketika Kalijodo, Kampungpulo, dan wilayah lainnya dibuldoser (mungkin ini istilah yang tepat dan sesuai fakta mengingat ada perbedaan diksi antara pendukung dan penentang Ahok).

Tidak heran kalau untuk meraih dukungan dirinya, Sandi pun menjual halusinasi. Baru-baru ini Sandi mengaku kalau ia diminta untuk tidak nyagub oleh Sembilan Naga yang ditemuinya. Kata Sandi, Sembilan Naga ogah mendukungnya karena ia sulit dikontrol. Mungkin Sandi ingin menggambarkan kalau dirinya tidak bisa didikte oleh pengusaha. Berbeda dengan pesaingnya, Ahok, yang dekat dan bahkan mengaku sebagai Gubernur Agung Podomoro. Tapi, siapa Sembilan Naga yang dimaksud Sandi? 

Tidak jelas, dan Sandi pun tidak mungkin bisa menyebutkan satu saja nama Naga yang ditemuinya itu. Dan yang paling tidak masuk akal adalah alasan Sembilan Naga itu menolak Sandi. Apa mungkin alasan tidak bisa dikontrol itu diungkapkan oleh Sembilan Naga kepada Sandi? Bukankah dengan alasan itu sama saja Sembilan Naga tadi sudah menusukkan pedang ke dadanya sendiri. Betapa naifnya Sembilan Naga itu kalau mengatakan itu kepada Sandi.

Mungkin Sandi sedang memperlihatkan posisinya terhadap Ahok. Sayangnya posisinya itu tidak terbangun secara alamiah. Karena tidak terbangun secara alamiah, maka posisinya itu tidak klik dengan rakyat. Bukannya klik, rakyat malah mencibir Sandi dengan posisinya itu.

Kalau diamati, Gerindra pun hanya menyodorkan Sandi karena faktor gengsi. Gerindra yang menempati urutan kedua pemenang pemilu, tetapi tidak memiliki kader yang layak untuk dicalonkan dalam Pilgub DKI 2017 terpaksa mendukung ambisi Sandi. Gerindra sendiri terlihat ogah-ogahan dalam mendukung Sandi.

Hal ini terlihat dari minimnya dukungan Gerindra pada setiap sosialisasi yang digelar Sandi. Gerindra pun seperti tidak serius dalam mencari pasangan buat Sandi. Malah, terlihat kalau Sandi dibiarkan mencari pasangannya sendiri. Hal itu nampak dari wara-wirinya Sandi ke sejumlah tokoh dan parpol. Terakhir Sandi mendapatkan dukungan dari PKS. PKS menyodorkan kadernya, Mardani Ali Sera untuk menjadi pendamping Sandi. Tetapi, dukungan PKS ini pun masih terlihat main-main karena beberapa saat kemudian PKS mengatakan kalau dukungannya kepada Sandi belum final.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun