Timnas dan rakyat Argentina masih membutuhkan kepiawaian Messi dalam mengolah si kulit bundar. Setidaknya, Sebagaimana Baggio pada Piala Dunia 1998, dua tahun lagi ketika Piala Dunia 2018 digelar di Rusia, Messi pun masih berusia 31 tahun yang bagi pesepak bola dianggap sedang matang-matangnya.
Di Piala Dunia 98 kedahsyatan Baggio malah dinilai melampaui Del Piero yang lebih muda 7 tahun. Dua gol Bagio bagi Italia di Perancis menjadi bukti ketajamannya. Belum lagi asis-asisnya akurat dan umpan-umpan terukurnya. Tidak heran jika ketika itu banyak yang menilai Maldini terlambat memasukkan Baggio untuk menggantikan Del Piero.
Selepasnya dari Piala Dunia 98, bintang Baggio kembali bersinar. Pada 2001 sebuah polling internet menempatkan Baggio sebagai pemain yang paling dicintai.
Setahun kemudian Italian Football Oscar menggelari Baggio “Most Loved Player”. Sebagai penghargaan kepada Sang Maestro, Brecia yang menjadi klub terakhir yang dibelanya kemudian mempensiunkan nomor 10.
Baggio baru menggantungkan sepatu dan melipat kostum pada 2004. Hari itu, 16 mei 2004, Baggio membela Brescia menghadapi AC Milan dalam sebuah pertandingan amal di San Siro.
Begitu mengetahui kabar akan disampaikannya salam perpisahan dari Il Divin Codino atau Si Buntut Kuda, tiket pertandingan langsung ludes terjual.
Di menit-menit akhir pertandingan Baggio ditarik keluar. Melihat Baggio keluar lapangan untuk terakhir kalinya, penonton berdiri. Gemuruh tepuk tangan membahana.
Sesaat kemudian Baggio kembali memasuki lapangan hijau tempat namanya dibesarkan. Kembali tepuk tangan menggemuruh. Untuk sesaat pertandingan ditunda.
Ketika itulah Baggio menyampaikan salam perpisahannya. Ada keharuan yang menyertai pidatonya. Ada air mata yang menggengi matanya.
Kegagalan penalti Baggio di final Piala Dunia 94 kini menjadi monumen abadi bagi dunia. Dan Baggio tidak pernah melupakan momen terburuknya itu.
Tetapi, Baggio pensiun dari dunia sepak bola bukan karena kegagalannya itu, melainkan dengan kecintaan. Messi pun pastinya ingin mengalami hal serupa.