Ketiga wahyu yang keluar dari itu kemudian masuk ke dalam tubuh Petruk yang hanya seorang rakyat jelata, punakawan yang meladeni Arjuna.
Inilah simbol ditariknya kembali mandat dari penguasa oleh rakyatnya sendiri. Petruk kemudian menjadi raja di negara yang dinamainya Lojitengara. Ia menggelari dirinya Prabu Wel-Geduwel Beh.
Kenapa ketiga wahyu itu memilih Petruk? Kenapa bukan Bima? Kenapa bukan Arjuna? Bukan Gatotkaca. Bukan Duryudana Apalagi Fahri Hamzah.
Di sinilah kejelian Sunan Kalijaga dalam memilih tokoh utama dalam kisahnya.
Dalam lakon “Petruk Dadi Ratu”, Petruk dipilih karena karakter-karakter yang dimilikinya. Petruk adalah punakawan atau hamba sahaya yang realistis dalam menyikapi segala sesuatunya.
Selain itu putra angkat Semar ini pun memiliki keikhlasan. Karena keikhlasannya, Petruk juga dinamai Kanthong Bolong atau Kantong Berlubang.
Jadi, menurut Sunan Kalijaga, hanya orang yang ikhlas dan realistislah yang sanggup memperbaiki keadaan. .
Sebagai rakyat, Petruk biasanya cuma bisa tertawa geli melihat tingkah polah kaum bangsawan di sekelilingnya.
Kadang sekalipun Petruk memahami persoalan yang dihadapi ndoro-nya, kalau ditanya ia hanya menjawab, “Bukan urusan saya." yang diucapkan Petruk untuk menghargai ndoro-nya. Hanya sesekali Petruk mengeluarkan sentilannya kepada ndoro-ndoronya
Padahal dengan kesaktian yang dimilikinya, bisa saja Petruk menghajar orang-orang yang dianggapnya bertanggung jawab atas kesemrawutan di kerajaannya.
Jangankan Arjuna atau Pandawa lainnya, Kresna yang titisan Wisnu saja pernah bonyok-bonyok dihajar Petruk.