Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Rafael Nadal Bakal Kembali, Kini Berdamai dengan Diri

5 Desember 2023   20:10 Diperbarui: 5 Desember 2023   20:24 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu aksi Rafael Nadal di sebuah turnamen. (sumber foto: Ubitennis/X: @AustralianOpen)

Juara grand slam tiga kali Andy Murray dan juara grand slam 23 kali nomor ganda Bob Bryan misalnya, pernah menjalani operasi hip resurfacing dimana implan metal dipasang pada persendian pinggang mereka. Mereka sempat cuti panjang sebelum comeback.

Meski kembali bertanding, performa Murray kini tak segarang dulu. Performa Bob Bryan juga menurun hingga akhirnya ia "merelakan" saudara kembarnya yang bernama Mike Bryan untuk berduet dengan petenis lain setelah sekian lama mereka tak terpisahkan. Pada akhirnya Bob Bryan memutuskan pensiun.

Kadang menjadi yang terbaik itu juga terlalu beresiko. Tapi memang menjadi atlet itu resikonya cedera fisik. Nah, cedera fisik bisa menjelma menjadi monster ketika levelnya mengancam karier atlet. Bagi atlet muda, ketika mengalami itu pastinya menyedihkan.

Dunia tenis profesional sendiri sangat kompetitif dimana itu tercermin dalam setiap pertandingan tenis dimanapun. Jangankan level grand slam, di level challenger dan turnamen ITF saja aura kompetitifnya sudah sedemikian kuat.

Di lapangan, apapun bisa terjadi. Seorang petenis baru juara di turnamen A, seminggu atau dua minggu kemudian kandas di babak pertama turnamen B.

Petenis senior bisa saja dikalahkan petenis muda berusia belasan tahun dua set langsung. Petenis Top 10 mungkin saja disingkirkan oleh petenis Top 100 atau bahkan Top 200. Apalagi setiap tahun selalu bermunculan petenis-petenis baru yang punya stamina fisik ciamik, teknik apik, dan performa menarik.

Di bagian sebelumnya, Moya mengatakan bahwa Nadal adalah sosok yang sangat demanding atau sangat menuntut dirinya sendiri. Nah, rasanya ini bisa tergolong mental issue dimana hal ini dialami oleh sejumlah petenis khususnya petenis muda. Ranah psikologi membahas tentang keterkaitan antara perfeksionis dan obsessive compulsive disorder (OCD), silakan bisa dibaca di laman ini.

Tidak sedikit petenis yang mengalami masalah mental karena menghadapi tekanan-tekanan. Ketika menang, petenis putra Robin Soderling (Swedia) merasa sangat lega daripada merasa bahagia. Tapi ketika kalah justru menjadi bencana karena ia merasa menjadi orang yang sangat buruk. (sumber: NY Times)

Begitu pula dengan mantan ratu tenis dunia Naomi Osaka (Jepang). Ketika ia menang, ia tidak merasa bahagia tapi merasa lebih lega. Namun ketika kalah, ia merasa sangat nelangsa. Oleh karena itu, ia memutuskan cuti dari tur setelah mengalami depresi yang berkepanjangan. (sumber: Olympics.com)

Kembali ke Nadal, apabila Nadal mulai berdamai dengan dirinya artinya Nadal akan mulai mengukur performanya di setiap pertandingan yang ia ikuti. Ketika Nadal dan Djokovic saling bertemu di suatu babak di sebuah turnamen, bisa jadi tidak akan ada lagi pertandingan super intens sebagaimana yang sudah-sudah.

Satu hal yang sudah diketahui banyak orang, Nadal berencana gantung raket di tahun 2024. Tanggal pastinya tidak diketahui. Tapi ada kabar bahwa usai Brisbane, ia akan tampil di dua grand slam yaitu Australian Open 2024 dan French Open 2024.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun