Mereka tidak menentukan limit hingga akhirnya situasi menjadi sulit, kondisi keuangan personal ataupun rumah tangganya pun rungkad serungkad-rungkadnya. Jual apa saja, pinjol dimana-mana, demi bisa tetap main slot.
Orang-orang yang seperti itu mengalami ludopathy atau compulsive gambling alias kecanduan judol. Begitu menurut artikel yang ditulis oleh Ahaana Singh tentang kecanduan judi di laman Osmosis.
Singh menyebut bahwa kecanduan judi itu sangat mirip dengan kecanduan narkoba. Ketika orang kecanduan judol, terjadi pelepasan zat kimia di otak yang bernama dopamin yang menimbulkan perasaan gembira.
Nah, agar perasaan itu muncul kembali, seseorang pun melakukannya lagi. Lama-lama terjadi toleransi dimana neuron di otak mereka beradaptasi dan memproduksi lebih sedikit dopamin sebagai respon terhadap perilaku tersebut.
Pada akhirnya, seseorang mengambil resiko apapun demi bisa memuaskan perasaannya yang membuatnya sulit untuk berhenti. Tak heran ada yang katanya tobat tapi ternyata kambuh lagi bahkan sampai lebih parah.
Hati-hati, kecanduan judol itu bisa mengganggu mind, body and soul. Bisa kena fisiknya karena kurang waktu tidur, kena mentalnya karena kalah melulu. Kehidupannya pun berantakan karena mereka tidak peduli dengan siapapun termasuk orang-orang terdekatnya.
Dalam kasus yang lebih parah, orang-orang yang sudah di luar batas akan menghadapi konsekuensi hukum lantaran mencuri uang orang lain, menggelapkan uang perusahaan, hingga... membunuh seseorang demi bisa menguasai hartanya agar bisa deposit. Sudah terjadi kan kasus itu? Naudzubillah....
Mudah-mudahan kita, anggota keluarga kita dan circle kita dihindarkan dari kecanduan judol dan sejenisnya. Sudah begitu banyak tantangan dan kesulitan hidup yang kita jalani sehari-hari, jangan menambahnya dengan beban yang lebih berat lagi.
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H