Di reply-an cuitan tersebut ada seseorang yang membagikan cerita tentang adiknya yang bermain judol dan mendepositkan seluruh gaji bulanan yang baru ditransfer ke rekeningnya. Adiknya itu sudah bekerja. Maksud sang kakak boleh numpang di rumahnya mungkin agar adiknya tidak indekos atau mengontrak sehingga bisa menabung atau mungkin bisa melanjutkan pendidikan.
Begitu marahnya sang kakak ketika mengetahui uang gajian adiknya ludes buat main slot. Mulanya adiknya mengatakan uangnya hilang, hingga akhirnya kakaknya menelusuri riwayat mutasi uangnya. Saking murkanya, sang kakak sampai menggampar adiknya.
Tidak sedikit orang-orang yang seperti ini, menggunakan uang gaji untuk main slot. Begitu menerima transferan gaji dari perusahaan, bukannya segera dibagi-bagi untuk keperluan hidup sehari-hari dan menyisihkan untuk tabungan malah mendepositkan semuanya ke judol.
Gaji habis, mulai melirik pinjaman online alias pinjol. Apalagi iklan pinjol juga makin gencar saja di media sosial termasuk di YouTube. Buat pengguna YouTube gratisan pastinya sering menonton iklannya, kan?
Tentang pinjol ini, ada yang bilang ibarat kakak adik dengan judol. Saya kurang tahu bagaimana maksudnya. Tapi setelah saya telusuri beberapa informasi, orang yang main judol itu meminjam sejumlah uang ke pinjol untuk deposit.
Tahu sendiri proses pinjol juga tidak ribet, kan? Sejauh yang saya ketahui cuma perlu install aplikasinya, isi formulir dan foto KTP dan/atau foto selfie membawa KTP. Tidak seperti kartu kredit yang butuh sejumlah verifikasi termasuk slip gaji.
Mulailah orang gali lubang tutup lubang. Pinjol satu sudah over, dicicil dengan pinjol yang baru. Pinjol yang baru sudah luber, pinjol lainnya diajukan. Begitu seterusnya.
Nah, seiring dengan adanya backup pinjol itu, kebiasaan main slot semakin menjadi-jadi. Mereka seakan tak sadar ada jebakan betmen ketika semua pinjol sudah dia pakai hingga akhirnya gagal bayar.
Mulailah menggadaikan ataupun menjual harta mereka. Sepeda, kulkas, televisi, sepeda motor, mobil hingga rumah dan tanah pun amblas tak bersisa.
Ada yang bilang, orang-orang yang sedang "terjepit" ini menjual harta mereka di marketplace ataupun media sosial dengan harga sangat murah karena sedang BU alias butuh uang. Bahkan ada yang menjual televisi 32 inci dengan harga 500 ribu rupiah!