Sudah sering naik angkot dan aman-aman saja. Hingga suatu pagi, seorang kernet laki-laki berusaha menyentuh tubuh istri saya.
Sadar bahwa kernet itu hendak berbuat tidak senonoh, sontak istri saya membentak kernet itu dengan nada tinggi. Kernet pun merasa gentar dan buru-buru menarik tangannya.
Alhasil, di sepanjang perjalanan yang tinggal satu dua kilometer lagi di dalam angkot yang sepi penumpang, istri saya dalam mode waspada level tinggi. Hingga akhirnya istri saya turun dari angkot sialan itu dengan perasaan lega.
Saya pernah mengkhawatirkan hal ini terjadi pada istri saya ketika ia menumpang kendaraan umum dalam hal ini naik angkot. Termasuk kekhawatiran mengalami kecelakaan.
Beruntung pada waktu itu istri saya menyadari gelagat aneh dari kernet. Sehingga ia bisa berusaha mencegahnya sebelum kebablasan.
Saya pernah berpesan kepada istri saya supaya berhati-hati ketika naik kendaraan umum. Termasuk bagaimana melumpuhkan orang yang berniat jahat selama di dalam kendaraan umum termasuk angkot.
Ada titik-titik tertentu di tubuh seseorang yang harus ia pukul sekeras mungkin. Bukan titik-titik yang mematikan, tapi setidaknya membuatnya kesakitan dan akan berpikir dua kali untuk mengulangi perbuatannya.
Tapi syukurlah, rutinitas istri saya naik angkot kini menjadi bagian dari masa lalu kami. Ia masih naik angkot, tapi cuma sesekali. Â
Apa yang harus dilakukan ketika menjumpai insiden semacam itu?
Lagi-lagi ingat masa lalu. Ketika saya masih SMA, ketika saya hendak berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki, ada anak tetangga kompleks perempuan yang seumuran dengan saya berlari ke arah saya. Saya pikir nih anak kenapa, ternyata ia sedang dikejar oleh seorang pria mesum.
Ia mendekati saya dengan tergopoh-gopoh, wajahnya ketakutan. Jadi ternyata ia sedang diikuti oleh seorang pria bersepeda motor yang memperlihatkan kemaluannya kepada dirinya.