Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Sepertiga Pegawai di Amerika Bekerja Secara WFH, Pegawai Indonesia Pengin Juga?

23 Februari 2023   19:56 Diperbarui: 23 Februari 2023   19:58 699
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedangkan cuitan bernada negatif misalnya selama (selama) WFH tagihan biaya listrik meningkat, WFH membuat doyan makan dan lain-lain. Sementara cuitan bernada netral misalnya menginfokan tentang rencana WFH kantor tempat ia bekerja, atau menyatakan ekspresinya tentang WFH yang mereka lakukan.

Lebih lanjut, Pacman mengkategorikan isi percakapan orang-orang menjadi empat topik yaitu aktivitas, kesehatan, utilitas dan lainnya. Untuk aktivitas, merupakan kegiatan yang dilakukan orang-orang selama  WFH misalnya isolasi atau karantina mandiri, olahraga, hingga push rank (wah, sepertinya ada yang kerja sambil nge-game selama WFH, hehe...).

Kategori cuitan terkait kesehatan didominasi oleh berat badan. Ada yang berat badannya bertambah seiring dengan nafsu makan yang meningkat ada pula yang berat badannya turun seiring dengan nafsu makan yang turun.

Sedangkan di kategori utilitas ada cukup banyak insight. Pada umumnya kata "hemat" dan "irit" menjadi kata kuncinya, misalnya hemat transport, hemat cucian, irit jajan, irit uang. Cuitan semacam ini bisa dikelompokkan dalam cuitan bernada positif.

Di sisi lain, sebagian orang-orang mengeluhkan sesuatu yang mereka alami selama WFH antara lain koneksi internet putus, listrik padam, dan kebutuhan listrik meningkat. Cuitan ini bisa dimasukkan ke dalam cuitan yang bernada negatif terhadap WFH.

Apabila kita menganggap bahwa cuitan bernada positif, negatif dan netral tersebut sama artinya dengan preferensi orang-orang terhadap WFH, maka ada sekira 45 persen orang Indonesia atau mayoritas tidak mendukung WFH. Kemudian sebanyak 39 persen orang Indonesia mendukung WFH dan 14 persen netral (mereka yang netral ini mengikuti kebijakan tempat mereka bekerja, WFO oke, WFH ayok...).

Itu cuma interpretasi saya, ya. Rasanya perlu riset lebih jauh mengenai hal ini dalam konteks pegawai Indonesia.

Sebagai informasi, seiring dengan pandemi COVID-19 di Indonesia yang mulai mereda serta capaian vaksinasi yang tinggi, sekarang ini sudah banyak orang yang bekerja di kantor atau WFO. Meski pandemi belum sepenuhnya berhenti, rasanya situasi sekarang ini sudah jauh lebih kondusif. Pegawai yang tinggal di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya misalnya, sudah merasakan kemacetan dimana-mana.

Omong-omong, kamu masuk tim mana: WFO, WFH atau WFA? Saya pribadi, jujurly, lebih senang WFA karena bisa bekerja dari mana saja. Karena situasinya masih pandemi, tentu saja WFA dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.

***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun