Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Sudah Saatnya Serum Anti-Bisa Ular King Cobra Tersedia di Indonesia

16 Februari 2023   21:44 Diperbarui: 20 Februari 2023   11:14 1203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini tersiar kabar meninggalnya Aji Rachmat Purwanto, ketua sekaligus pendiri Yayasan Sioux Ular Indonesia. Dilansir dari Kompas.com, almarhum Mas Aji gugur dalam tugasnya setelah dipatuk ular King Cobra ketika sedang memberikan pelatihan menangani ular di acara basic training muscle di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

Almarhum segera dilarikan ke rumah sakit terdekat. Namun setelah dirawat di ICU selama dua hari, almarhum menghembuskan nafas terakhirnya pada Rabu dini hari (14/2/2023).

Sebelumnya menyampaikan tulisan ini lebih jauh, saya pribadi mengucapkan duka cita yang dalam atas berpulangnya Mas Aji. Teriring doa semoga semua amal ibadah almarhum semasa hidupnya diterima oleh Yang Maha Kuasa. Aamiin.

Juga terbersit harapan bahwa insiden yang menimpa almarhum Mas Aji menjadi insiden yang terakhir kalinya. Rasanya sudah terlalu banyak korban gigitan ular yang bisanya sangat mematikan ini.  

King Cobra, berbisa dan gesit

Kabar meninggalnya Mas Aji tentu membuat sedih bagi siapapun yang concern terhadap spesies hewan melata satu ini. Tapi di sisi lain, insiden tersebut menjadi semacam alarm bahwa sudah saatnya Indonesia memiliki serum anti-bisa ular (SABU) King Cobra.

Sejauh ini, SABU khusus King Cobra cuma ada di Thailand dan harganya luar biasa mahal. Detik.com pernah menginformasikan harganya sekira USD 76,000 hingga USD 115,000 atau setara 264 juta sampai 1,7 miliar rupiah. Sayangnya di dalam artikel tersebut tidak terdapat informasi apakah harga tersebut untuk per vial, per paket vial atau per galon?

Ular King Cobra yang bernama Latin Ophiophagus hannah merupakan salah satu ular paling berbisa di dunia. Menurut informasi dari Live Science, King Cobra adalah ular paling berbisa ketiga di dunia setelah ular Inland taipan / western taipan (Oxyuranus microlepidotus) dan Coastal taipan (Oxyuranus scutellatus).
 

Ular King Cobra ketika merasa terancam. (sumber foto: antriksh kumar / Pixabay)
Ular King Cobra ketika merasa terancam. (sumber foto: antriksh kumar / Pixabay)
Racun ular bertubuh cantik ini bisa membunuh orang dewasa kira-kira dalam 15 menit atau gajah dewasa dalam beberapa hari. Sekali mematuk, ular King Cobra mengeluarkan racun dengan volume sekira tujuh mililiter atau sekira seperempat gelas sloki! Racun itu dikeluarkan melalui mekanisme tertentu pada taringnya yang panjangnya kira-kira 12 cm.

Dirangkum dari artikel yang ditulis oleh Sean Carroll, pakar biologi molekuler dari University of Maryland Amerika Serikat, bisa ular King Cobra bekerja sangat cepat dengan melumpuhkan sistem saraf. Racun tersebut mengikat reseptor pada sel otot.

Secara bersamaan, racun itu juga menghalangi kemampuan asetilkolin, salah satu neurotransmitters kimia tubuh, untuk mengontrol kontraksi otot. Nah, pemblokiran reseptor inilah yang menyebabkan kelumpuhan, gagal napas, dan kematian.

Ketika merasa terancam, bagian leher ular King Cobra akan mengembang seperti centong nasi. Ada mekanisme tertentu yang terjadi pada tulang dan otot lehernya. Ketika sedang mode marah seperti ini, ular ini bisa mengangkat kepalanya ke atas dengan tinggi kira-kira sepertiga badannya.

Panjang ular King Cobra bisa mencapai 5,71 meter, membuatnya menjadi ular berbisa terbesar atau terpanjang di dunia. Meski bisa mencapai sepanjang itu, panjang rata-rata ular King Cobra adalah 3,7 hingga 4,6 meter.

Bagi seekor binatang, tubuh sepanjang itu termasuk sangat panjang. Apalagi ketika leher ular ini mengembang seperti centong disertai desisan dan tatapan matanya yang tajam, membuat panik manusia yang berada di sekitarnya.

Karakteristik lain dari ular ini adalah gerakannya yang sangat cepat. Kemungkinan almarhum Mas Aji terlambat mengantisipasi gerakan ular tersebut, sehingga bagian tubuhnya menjadi target gigitan ular tersebut.


Indonesia, salah satu wilayah kerajaan King Cobra

Menyadur informasi dari Kompas.com yang menukil data dari Live Science, sekelompok ilmuwan berhasil memetakan kerajaan ular King Cobra menjadi empat area. Nah, salah satu dari empat area tersebut adalah Indonesia.

Berikut pemetaan galur atau garis keturunan ular King Cobra:

- Garis keturunan Ghats Barat di India Barat Daya
- Garis keturunan Indo-China di Indonesia dan Cina Barat
- Garis keturunan Indo-Melayu yang mencakup India dan Malaysia
- Garis keturunan Pulau Luzon yang ditemukan di Filipina

Hingga kini belum ada nama spesies atau sub spesies untuk keempat galur tersebut. Yang jelas, ada perbedaan karaketeristik fisik ular King Cobra di masing-masing area tersebut.

Misalnya ular King Cobra dewasa yang hidup di Thailand memiliki sekira 70 pola berbentuk cincin berwarna putih terang di tubuhnya. Sedangkan galur King Cobra di Filipina cuma memiliki beberapa pola cincin yang warnanya kusam.

Selain itu, tim ilmuwan juga meneliti tentang kebiasaan induk King Cobra. Di beberapa area induk ular King Cobra bergerak dengan merayap setelah bertelur. Ssedangkan di tempat lain, induknya mengerami telur-telurnya dengan cara yang sama seperti unggas.

Lebih lanjut, tim ilmuwan juga menguji hewan ini secara genetika. Mereka menemukan perbedaan dalam DNA nuklir (DNA yang terkandung dalam setiap inti sel pada empat spesies ular), yang menjadi dasar bahwa ular King Cobra dari keempat area tersebut sebenarnya merupakan spesies yang berbeda.

Kasus gigitan ular King Cobra di Indonesia

Selama bulan Oktober-Desember 2022 lalu, ada berita tentang dua orang pawang ular yang meninggal dunia setelah dipatuk ular King Cobra. Insiden pertama menimpa seorang pawang ular di kota Trenggalek, Jawa Timur, yang meninggal dunia setelah tangannya dipatuk dua ekor ular King Cobra peliharaannya.

Menurut informasi dari Kompas Surabaya, ketika dini hari (23/10/2022) korban hendak mengganti air minum ular-ular kesayangannya itu. Ketika memasukkan tangannya ke kandang, tiba-tiba tangannya dipatuk oleh kedua ular yang masing-masing memiliki panjang 2,5 meter dan 4 meter.

Insiden berikutnya menimpa seorang pecinta ular yang sekaligus asisten YouTuber terkenal Panji Petualang. Kompas.com mengabarkan, korban meninggal dunia pada Minggu (18/12/2022) setelah terpatuk bayi ular King Cobra yang ia amankan dari kediaman seorang warga yang meminta bantuannya. Bahkan bayi ular itu saja sangat berbahaya.

Kasus dua orang yang meregang nyawa setelah dipatuk ular King Cobra tersebut baru sebagian dari belasan hingga puluhan kasus dalam setahun.

Data dari Tri Maharani, seorang dokter ahli bisa ular atau toksinolog pertama di Indonesia, sebagaimana dikutip oleh Tempo.co menyebutkan bahwa di tahun 2019 terdapat 15 kasus kematian akibat dipatuk ular King Cobra

Yayasan Sioux Ular Indonesia juga membagikan datanya kepada Radar Semarang bahwa di sepanjang tahun 2021 terdapat 25 kasus gigitan ular King Cobra yang membuat korban meninggal dunia. Data tersebut belum termasuk kasus gigitan ular berbisa lainnya yang juga berakibat fatal.

SABU King Cobra sangat dibutuhkan

Berdasarkan data dari kedua sumber tersebut, kita bisa membaca bahwa terjadi peningkatan kasus fatal berkaitan dengan ular King Cobra dari tahun ke tahun. Ketiadaan SABU khusus ular King Cobra di Indonesia ditengarai "memiliki andil" dalam peningkatan jumlah korban.

Hal ini karena SABU yang ada di Indonesia tidak mampu mengatasi racun dari ular King Cobra. Laman klikdokter menginformasikan bahwa SABU di Indonesia hanya efektif untuk tiga jenis ular yaitu ular kobra atau Kobra Jawa (Naja sputatrix), ular belang atau ular welang (Bungarus fasciatus), serta ular tanah (Agkistrodon rhodostoma).

Dengan meningkatnya kasus gigitan ular King Cobra, apalagi Indonesia menjadi salah satu dari kerajaan spesies ular tersebut, rasanya Indonesia sangat perlu memiliki SABU yang efektif mengatasi dampak bisa ular tersebut. Hal ini pernah diingatkan oleh dokter Tri Maharani tahun 2019 lalu.

Toksinolog tersebut pernah berbicara dengan sejumlah pihak namun selalu pulang dengan tangan hampa. Ia mengatakan bahwa persoalan tentang King Cobra ini seharusnya menjadi prioritas negara. Ini karena bisanya yang sangat berbahaya dan mengancam nyawa manusia dalam hitungan detik dan menit.

Sejauh ini para ahli baik medis dan kedokteran hewan baru sebatas memberikan sejumlah himbauan, akan tetapi belum mengupayakan ketersediaan antivenom atau SABU untuk spesies ular ini. Padahal korban ular King Cobra ini juga tidak selalu penggemar reptil.

Mungkin kita masih ingat insiden meninggalnya pedangdut Irma Bule yang terjadi di Karawang pada Minggu (3/4/2016). Tidak lama setelah kakinya dipatuk oleh seekor ular King Cobra yang menghiasi penampilannya, Irma tak sadarkan diri lalu meninggal dunia ketika dalam perjalanan ke rumah sakit. Kronologi lengkap insiden yang menimpa Irma Bule diberitakan oleh TribunNews.com.

Bahkan pecinta reptil pun tidak selalu sedang bermain dengan ular King Cobra lantas tergigit. Asisten Panji Petualang terpatuk ular ini ketika sedang membantu warga untuk mengamankan bayi ular tersebut. Almarhum Mas Aji justru sedang memberikan edukasi kepada masyarakat tentang spesies ular tersebut dan cara menanganinya.

Semoga saja SABU khusus King Cobra segera tersedia di Indonesia. Akan lebih baik lagi apabila biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS Kesehatan dan asuransi kesehatan swasta.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun