Tahun 2023 segera tiba. Sebagian orang sudah mulai mencanangkan sejumlah resolusi untuk dicapai di tahun baru mendatang.
Ada yang punya target meningkatkan omzet bisnis, ada juga yang berharap naik posisi atau jabatan di tempat kerjanya. Ada juga yang punya resolusi membuka usaha atau mungkin membuka cabang atau reseller.
Resolusi juga tidak selalu tentang pencapaian profesional. Membaca lebih banyak buku, mempelajari bahasa asing tertentu, meningkatkan soft skills atau pun meng-upgrade kemampuan dengan mengikuti sejumlah kursus juga bisa menjadi resolusi pribadi.
Apapun resolusi yang telah kamu susun, saya hanya bisa mendoakan semoga semuanya berjalan lancar dan resolusi kamu tercapai sesuai harapan di tahun 2023 nanti. Aamiin... 1000x
Sama dengan kamu, saya juga punya resolusi di tahun 2023 nanti. Tapi resolusi saya mungkin tidak sama dengan resolusi orang lain termasuk resolusi kamu.
Saya punya beberapa resolusi akan tetapi saya menempatkan "sehat selalu" sebagai resolusi nomor satu di tahun 2023 mendatang. Resolusi tersebut juga akan berlaku seterusnya di tahun-tahun mendatang pastinya.
Mengapa saya memilih resolusi "sehat selalu"? Karena item ini menjadi semacam pondasi untuk semua resolusi yang hendak saya capai di tahun 2023 mendatang.
Karena bila senantiasa sehat, banyak hal bisa dilakukan dengan semaksimal mungkin. Segala urusan bisa ditangani dengan sebaik-baiknya. Begitu pula bila ada rintangan, solusinya bisa dipikirkan secara lebih jernih.
Kondisi tepar benar-benar mengganggu agenda
Saya pernah merasakan bagaimana kondisi sakit menghambat semua aktivitas saya. Batuk atau flu saja sudah begitu mengganggu aktivitas, apalagi sakit lainnya.
Sekadar berbagi saja, saya pernah terkulai di sebuah kamar rumah sakit selama beberapa hari karena gangguan pencernaan akut. Karena sangat tersiksa, malam-malam saya harus ke UGD diantar oleh istri saya.
Nah, suatu hari saya dihubungi oleh pihak supplier tentang pertemuan yang telah diagendakan jauh-jauh hari. Wadaw, saya betul-betul lupa hari itu ada janjian dengan pihak supplier dari luar kota.
Karena saya masih di rumah sakit dan tidak bisa kemana-mana, saya meminta mereka untuk ketemuan di rumah sakit saja. Tetapi pihak provider tidak bersedia (mungkin merasa tidak enak), sehingga pertemuan hari itu terpaksa batal dan ditunda beberapa bulan berikutnya.
Saya meminta maaf kepada mereka tentang kondisi saya. Mereka sudah jauh-jauh datang dari luar kota menggunakan pesawat dan pastinya sudah memesan kamar hotel. Mau bagaimana lagi, saya betul-betul tidak ingat kalau ada agenda bertemu dengan mereka di kantor.
Mendadak muncul semangat untuk sembuh di hati sanubari saya. Entah bagaimana itu membuat progress terapi medis di rumah sakit menjadi lebih singkat, membuat saya bisa pulang lebih cepat dari perkiraan dokter.
Saya pun kembali beraktivitas di kantor, namun belum bisa maksimal. Kondisi tubuh saya yang masih belum seratus persen pulih membatasi pergerakan saya.
Tetapi syukurlah itu tidak lama. Setelah beberapa hari menjalani terapi obat-obatan dari rumah sakit serta menjaga pola makan, saya bisa pulih seperti sedia kala.
Alhasil saya bisa kembali beraktivitas dengan penuh semangat, kerja keras bagai quda, lembur hingga larut malam, dan akhirnya... jatuh sakit lagi. Hehe..
Kesehatan adalah segalanya
Ketika sakit rasanya kok tidak profesional banget. Padahal menjaga kesehatan itu bagian dari profesionalitas dalam bekerja, lho.
Jam kerja yang rutin banyak disyukuri, jam kerja yang panjang menjadi konsekuensi. Bagaimanapun aktivitas kita dan sepanjang apapun jam kerja kita, menjaga diri dan menjaga kesehatan dengan sebaik-baiknya tetap nomor satu.
Apalah arti gaji dua digit tetapi tubuh sering tepar? Apalah arti dagangan laris kalau waktu istirahat kita sempit? Kondisi tubuh kita sehat atau sakit bergantung pada bagaimana cara kita menjaga tubuh atau fisik kita.
Kadang kita menganggap ini sebagai hal sepele, dengan kata lain kerap mengesampingkannya. Merasa masih muda usia tetapi bila manajemen fisik lengah, hati-hati tubuh bisa melemah.
Tubuh kita memiliki cara tertentu untuk memperbaiki diri yaitu dengan melakukan metabolisme. Salah satu fungsi metabolisme adalah memperbaiki sel tubuh. (Lebih jauh silakan menyimak artikel "Metabolisme: Pengertian, Proses, dan Faktornya" di Kompas.com)
Nah, metabolisme tubuh yang maksimal terjadi ketika kita punya waktu istirahat yang cukup. Kita boleh kerja keras, tetapi istirahat yang cukup jangan sampai terlepas.
Sekadar berbagi kisah nyata yang mudah-mudahan menjadi pelajaran buat kita-kita. Cerita ini beredar di circle saya.
Jadi ada seorang pria muda awal 30 tahun yang meninggal dunia karena sakit parah. Ia menderita komplikasi yang membuat beberapa organ tubuhnya seperti liver atau hati, lambung dan ginjalnya mengalami malfungsi.
Dokter rumah sakit yang menanganinya sudah angkat tangan karena tidak ada jalan lain. Setelah beberapa waktu lamanya dirawat di sebuah rumah sakit, pada akhirnya pria itu pun meninggal dunia.
Semasa hidupnya, sosok pria itu memiliki reputasi yang baik di mata orang-orang di sekitarnya. Ia dikenal ramah, baik hati dan setia kawan.
Akan tetapi bersamaan dengan informasi tersebut, ada yang membagikan tentang gaya hidup almarhum yang menurut saya sangat tidak sehat. Ada yang mengatakan kalau ia suka begadang hingga dini hari, lalu tidur sejak pagi hingga siang atau bahkan sore hari.
Saya dengar pekerjaannya seorang freelancer sehingga ia bisa leluasa bekerja tanpa terikat waktu sebagaimana pekerja kantoran. Dari cerita itu, saya bisa menyimpukan ia melewatkan sarapan dan mungkin juga makan siang bila ia baru bangun sore hari.
Padahal sarapan sangat penting untuk memberi asupan gizi pada tubuh kita, sekaligus memberi energi untuk aktivitas dari pagi hingga siang hari. Begitu pula makan siang juga sama pentingnya. Kecuali bila kita dalam kondisi puasa.
Saya pernah membaca sebuah artikel kesehatan bahwa metabolisme tubuh kita berlangsung ketika tidur malam. Kalau pria itu gemar begadang, bagaimana mungkin tubuhnya bisa melakukan metabolisme yang sempurna?
Sudah beberapa kali saya mendengar advis dokter tentang istirahat yang cukup dan hindari begadang. Beberapa artikel kesehatan yang saya baca juga mengatakan hal yang sama.
Bahkan Bang Rhoma sendiri pernah ikut menasehati juga: "begadang jangan begadang..." (pasti bacanya sambil nyanyi, wkwkw...). Tapi sering nasehat itu kita anggap sebagai angin lalu saja.
Kembali ke kebiasaan pria tersebut, menurut informasi pria itu hampir setiap hari mengonsumsi mie instan. Mie instan memang enak, membuatnya juga praktis dan tidak pake lama. Mie instan sebenarnya mengandung sejumlah nutrisi tetapi menurut saya kurang memadai dalam memenuhi kebutuhan harian.
Saya sendiri juga suka mie instan akan tetapi saya tidak mengonsumsinya setiap hari. Saya mengonsumsinya kira-kira seminggu sekali, maksimal dua kali dalam seminggu. Kadang saya mengonsumsi mie instan lebih banyak dalam situasi tertentu misalnya ketika bahan makanan di rumah saya minim.
Lalu ada yang membagikan cerita lagi kalau semasa hidupnya, pria itu juga gemar mengonsumsi minuman berenergi sekian kali dalam sehari. Minuman semacam itu pastinya mengandung gula dan kafein yang bila konsumsi hariannya melewati batas aman pasti akan mempengaruhi kesehatan.
Kemudian, kalau orang begadang kan biasanya tidak lepas dari rokok dan kopi. Ini menurut pendapat saya, ya. Karena dulu saya juga pernah begadang sampai pagi. Hehe.. Karena asyiknya ngobrol bersama teman-teman sefrekuensi, tak terasa habis satu dua bungkus rokok, sekian biji gorengan, dan tiga/empat cangkir kopi dalam semalam.
Nah, bisa jadi organ tubuhnya terdampak hebat karena dibombardir dengan gaya hidup tidak sehat itu. Tidak terasa organ-organ tubuhnya semakin hari semakin melemah, hingga akhirnya ia pun kolaps.
Cerita lainnya datang dari circle saya lainnya, seorang pegawai senior pria yang sangat loyal terhadap perusahaan tempat ia bekerja. Ia meninggal dunia di usia yang relatif muda setelah berjuang melawan penyakit yang menyerang organ hatinya.
Menurut cerita, almarhum bekerja selama jam kerja pagi hingga sore hari sebagaimana pegawai lainnya. Tetapi setelah family time di rumahnya, malam-malam ia kembali lagi ke pabrik dan bekerja hingga dini hari. Kebiasaan seperti itu konon dilakukan setiap hari.
Ada sejumlah faktor yang membuat kondisi kesehatannya menurun drastis. Mungkin kelelahan yang enggan dirasakan dan waktu istirahat yang sangat kurang sehingga proses metabolisme tubuhnya terganggu.
Mungkin ia juga mengonsumsi minuman berenergi atau beberapa cangkir kopi agar tetap terjaga di malam hari. Bisa jadi ia jarang minum air putih atau air mineral.
Gaya hidup tidak sehat yang dilakukan secara terus-menerus itu pada akhirnya membuat organ hatinya bermasalah. Padahal hati adalah salah satu organ vital di tubuh kita. Kabarnya ia sempat dirawat di luar negeri selama beberapa waktu lamanya.
Dari dua cerita di atas, mungkin ada yang berpendapat bahwa itu semua adalah takdir dari Yang Maha Kuasa. Tetapi saya tidak buru-buru menyepakatinya.
Menurut saya, memelihara kesehatan tubuh justru merupakan kewajiban kita sebagai rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan yang telah memberi kita kehidupan di dunia ini. Takdir dari Yang Maha Kuasa adalah di saat-saat terakhir seseorang hingga ia memejamkan kedua matanya selamanya.
Gaya hidup sehat supaya tubuh tetap sehat
Menjaga tubuh tetap sehat itu kadang susah, kadang mudah. Bersyukur kita hidup di jaman sekarang, ada begitu banyak saran positif di media sosial dari para orang baik yang bisa disimak.
Ada yang menyarankan supaya berolahraga rutin setiap pagi. Ada yang fokus pada asupan makanan dan minuman, misalnya membuat jus sayuran atau pun infused water yang benar. Ada juga yang membagikan tips olahraga ringan selama beberapa menit di sela waktu kerja di ruang kantor.
Mana yang sesuai dengan diri kita bisa kita ikuti. Saran supaya nge-gym setiap hari tidak mutlak diikuti bila waktunya tidak memungkinkan. Begitu pula saran mengonsumsi makanan sehat premium kurang sesuai bagi orang yang ketika melihat price tag-nya saja perlahan mundur.
Kalau saya, saya memilih melakukan apa yang bisa saya lakukan di rumah dan mengonsumsi asupan yang sesuai dengan isi dompet saya. Beberapa minggu ini saya sudah mulai melakukan easy exercise yang saya lakukan di kala pagi.
Memang belum setiap hari tapi di tahun yang baru nanti saya beresolusi untuk meningkatkannya menjadi setiap hari. Mudah-mudahan bisa, ya...
Tentang asupan harian, saya punya resolusi untuk lebih sering mengonsumsi asupan sehat bernutrisi. Nah, kalau yang ini bagi saya adalah sebuah tantangan berat karena saya adalah pecinta aneka gorengan.
Siapa yang tidak terpana melihat aneka gorengan yang terjaja rapi di gerobak pedagangnya dengan aroma menggoda dan hamparan cabai dimana-mana? Kamu pasti suka juga kan? Hehe...
Mmm, mungkin saya akan berusaha menguranginya. Bila konsumsi gorengan harian di tahun ini lima hingga enam butir per hari, mungkin saya akan menurunkannya menjadi empat atau lima butir saja per hari. Setidaknya saya sudah berusaha menguranginya. Hehe..
Resolusi kesehatan lainnya, belum terpikirkan. Tetapi ketika terpikirkan nanti cukup saya tulis di buku catatan saya saja. Jadi, mohon maaf tulisan ini tidak akan ada bagian keduanya.
Pesanku untuk dirimu
Harapan-harapan siap ditanam untuk dituai di tahun depan. Meski mungkin ada sejumlah rintangan, dengan semangat juang yang menyala-nyala mudah-mudahan semua resolusi yang sudah tercanangkan dapat diwujudkan.
Apapun resolusimu di tahun yang baru, jadikan "sehat selalu" di nomor satu daftarmu. Baru setelah itu resolusi-resolusi lain yang ingin kamu tuju.
Akhir kata, Selamat Tahun Baru 2023, semoga kita semua sehat selalu...
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H