Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Home Artikel Utama

Rumah dari Tanah Liat, Arsitektur Masa Depan?

4 Agustus 2022   12:30 Diperbarui: 6 Agustus 2022   07:30 3152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Salah satu sudut kota Sana'a. (sumber foto: Saif Albadni / Unsplash)

Di Sana'a misalnya, temperatur paling hangat terjadi selama musim panas bulan Juni-Juli. Suhu siang hari mencapai 30 derajat Celsius, sedangkan malam hari 16-17 derajat Celsius. Ketika musim dingin di bulan Desember-Januari, suhu siang hari berkisar 23-24 derajat Celsius dan malam hari 5-6 derajat Celsius. (sumber: timeanddate).

Meski terjadi perbedaan suhu cukup ekstrim antara siang dan malam, bangunan rumah di kota yang berada di ketinggian 2.300 meter dpl itu justru memberikan kenyamanan. Suhu ruangan di dalam bangunan juga stabil selama 24 jam.

Salah satu sudut kota Sana'a. (sumber foto: Saif Albadni / Unsplash)
Salah satu sudut kota Sana'a. (sumber foto: Saif Albadni / Unsplash)

Kelebihan kedua, rumah dari tanah ringan di ongkos. Tapi ini relatif ya, bergantung pada lokasi yang akan dibangun rumah. Bila lokasi rumah dekat dengan material utama tanah, maka biaya bisa lebih rendah. Bila lokasi jauh dari material tanah bisa jadi perlu biaya lebih besar karena ada biaya-biaya, misalnya transportasi.

Sebagai contoh, seorang warga Inggris bernama Atulya Bingham 'cuma' mengeluarkan biaya sebesar USD 5,000 saja (atau sekira 67 juta rupiah, kurs tahun 2016 USD 1 = Rp 13.436) untuk membangun rumah tanah liat di pegunungan Mediterania. Biaya itu sudah termasuk gaji tukang. (sumber: InterestingEngineering).

Bingham mengatakan hanya menggunakan 16 macam material saja untuk membangun rumahnya. Masa pembangunan rumahnya juga cukup singkat, sekira enam bulan. Ini menjadi kelebihan ketiga dari bangunan berbahan tanah liat, yaitu masa pembangunan yang lebih singkat daripada rumah moderen berdinding tembok.

Bingham menggunakan teknik earthbag building yang lebih mudah dan cepat. Teknik ini menggunakan sejumlah kantong berisi tanah yang disusun sedemikian rupa hingga membentuk bangunan. Untuk memperkuat bangunan terhadap terjangan banjir, ia memadukannya dengan jaring-jaring kawat besi.

Bangunan tanah liat memang rentan terhadap banjir, bisa rusak atau bahkan hancur. Banjir pernah menjadi penyebab hancurnya sebagian besar kota Shibam kira-kira di abad ke-16 silam sebelum akhirnya diperbaiki di tahun 1532.

Tetapi teknologi yang semakin maju seharusnya bisa membuat bangunan tanah liat menjadi lebih tegar dan kokoh. Pada dasarnya, bangunan tanah liat tahan segala cuaca termasuk kemarau panjang, tahan banjir hingga gelombang panas. Aplikasi teknologi dapat memperkuat struktur bangunan tanah liat. Bahkan ada teknik tertentu yang dapat membuatnya tahan gempa dan angin kencang.

Kelebihan keempat rumah tanah liat adalah fleksibilitas. Tanah dapat dibentuk sesuka hati. Bisa persegi atau melengkung, bisa juga dibentuk kubus atau pun bulat dengan sejumlah ornamen. Keterampilan tangan dan daya kreativitas pembuat rumah menjadi kunci.

Sebelum membangun rumah, perlu untuk merancangnya terlebih dahulu. Para konten kreator channel Youtube yang disebutkan di bagian sebelumnya pasti merancang dulu sebelum membangunnya. Ada salah satu video dimana mereka menggambar desain bangunan di tanah dengan bantuan ranting kayu sebelum memulai pembangunan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Home Selengkapnya
Lihat Home Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun