Tentang melistriki wilayah terpencil dan sangat terpencil pastinya juga menimbulkan persoalan tersendiri. Sejumlah wilayah sangat terpencil berada di pedalaman hutan dengan medan yang sulit yang menjadi kendala tersendiri.
PT PLN (Persero) pernah menginformasikan bahwa biaya infrastruktur listrik di pedalaman Papua bisa sepuluh kali lebih mahal dari pada biaya infrastruktur listrik di Jawa dan Sumatera. (sumber)Â
Nah, panel surya mungkin dapat menjadi jawaban kendala-kendala tersebut. Tentunya harus dievaluasi kembali dari berbagai sisi.
Provinsi Jawa Timur mungkin bisa menjadi contoh. Khofifah Indar Parawansa, gubernur provinsi tersebut, mendorong pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) untuk mengatasi kelangkaan listrik di beberapa wilayah terpencil di wilayah tersebut.
Di sela sidang paripurna tentang rencana umum energi daerah Provinsi Jatim 2019-2050 di DPRD Provinsi Jatim pada 22 April 2019 lalu, Khofifah mengatakan bahwa PLTS menjadi salah satu solusi, terutama untuk daerah terpencil.
Pembangunan PLTS sangat tepat mengingat potensi energi non fosil atau energi terbarukan yang dimiliki Jatim terbanyak adalah surya, disusul angin dan panas bumi. (sumber)
Nah, apakah upaya yang sama bisa dilakukan untuk melistriki rumah tangga di daerah terpencil dan sangat terpencil? Di negeri yang kaya akan paparan sinar matahari, hal itu sangat mungkin dilakukan. Tinggal bagaimana tindak lanjut dari pemangku kebijakan untuk mewujudkannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H