Kita bisa melihat di sekitar kita orang-orang semakin menjauh dari nilai-nilai adat istiadat daerah masing-masing. Contoh yang sederhana, misalnya malu berbicara dalam bahasa daerahnya agar tidak menjadi bahan ledekan orang lain di lingkungannya, atau tidak menyanyikan lagu daerah atau alat musik tradisional karena musik pop atau dangdut koplo lebih asyik dinikmati, atau enggan menonton wayang kulit atau ketroprak karena kisah drama Korea atau film-film asing lainnya lebih bagus.
Adanya pengaruh asing (baca: faktor eksternal) tersebut perlahan memerciki hingga membanjiri benak individu tergantung kapasitas masing-masing individu.
Di masa kini, orang gemar menyaksikan tayangan menarik di televisi, bahkan betah menikmati tayangan film serial berjam-jam lewat layanan streaming secara maraton, atau tenggelam di "negeri" media sosial. Perilaku itu nyata dalam kehidupan kita sehari-hari.
Bagi orang kantoran, meeting lewat fitur teleconference jamak dilakukan ketimbang meeting secara fisik. Kepraktisan adalah ide manusia modern yang waktunya habis terpakai untuk aktivitasnya sehari-hari.
Pada saat yang bersamaan, manusia mengalami pergolakan batin dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Bahkan ada yang mengalami kekosongan batin. Maka secara perlahan nilai-nilai religi hadir dalam kehidupan seorang individu dengan berbagai cara.Â
Pendek kata, manusia modern dengan segala kesibukannya juga ingin hatinya tenang. Oleh karena itu mereka membutuhkan pencerahan. Bila ada pertanyaan "mengapa?", jawabannya ada di benak masing-masing individu.
Nah, saya mengamati bahwa nilai-nilai religi kini kian meningkat seiring dengan dinamika kehidupan masing-masing manusia baik karena pengalaman dari individu itu sendiri (internal) ataupun pengaruh dari luar individu (eksternal).
Manusia itu rapuh. Hal ini pernah disinggung oleh Primavera Fisogni, filosof dan jurnalis Italia dalam bukunya "Dehumanization and Human Fragility: A Philosophical Investigation" (AuthorHouse, 2013) halaman 87.
Ia mengatakan bahwa sejumlah hal bisa membuat manusia sakit: oleh karena percakapan, karena kecelakaan atau wabah penyakit.
Oleh karena perkembangan ilmu pengetahuan, manusia kini dapat mencari solusi "tersakiti" karena kecelakaan atau karena wabah penyakit. Ilmu kedokteran membuat dokter dianggap sebagai perpanjangan tangan Tuhan.
Ilmu kedokteran pun semakin berkembang, bahkan bisa dipadukan dengan teknologi robotika. Sehingga diramalkan di masa depan robot bisa menggantikan peran dokter tidak saja dalam menegakkan diagnosa tetapi juga dalam tindakan bedah.