Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Music Artikel Utama

"Distance Over Time" dari Dream Theater adalah "Eargasm" yang Sebenarnya

28 Maret 2019   19:44 Diperbarui: 29 Maret 2019   16:22 1451
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Personil Dream Theater (sumber: MetalInjection.net)

Band progressive metal terhebat saat ini, Dream Theater (DT), pada 22 Februari 2019 lalu resmi mengeluarkan album terbarunya yang berjudul "Distance Over Time" (DOT). Album ke-14 band asal Long Island, New York, Amerika Serikat ini masih konsisten mengusung genre progressive metal "level dewa" dengan komposisi yang maha rumit.

Sebelumnya, mari kita menegok sejenak ke album DT sebelumnya, "The Astonishing" (TA), yang dirilis di tahun 2016. Album itu merupakan album konseptual bertema distopia pasca apokaliptik di masa depan yang mengandung sound sinematik yang powerful di satu sisi, tetapi juga terasa mellow di sisi lainnya. Album double discs dengan 34 tracks dan berdurasi lebih dari dua jam itu sungguh keren, mengandung suguhan orkestrasi musik sinematik yang megah.

Sayangnya album TA justru membuat DT fans terpecah, satu kubu suka dengan album tersebut dan kubu lainnya tidak menyukainya. Loudwire, salah satu situs pengulas musik rock dan metal berpengaruh di dunia sudah pernah mengingatkan akan hal itu.

Tetapi sebagian DT fans seakan lupa bahwa setiap album DT adalah karya eksperimental. Ingat, bahwa DT adalah band yang super idealis. Musik DT tergolong orisinal dengan melodi rumit yang mempresentasikan keahlian teknik instrumen akrobatik tingkat tinggi dan eksekusi yang super rapi. Album TA sebenarnya juga merupakan karya yang gemilang.

Nampaknya, album TA membuat para personil DOT berkontemplasi. Usai konser "Images, Words & Beyond" yang berakhir Desember 2017 lalu, personil DT menyampaikan kabar baik mengenai konsep album terbaru mereka yang segera membuat para DT fans di seluruh dunia sumringah.

Salah satunya bocoran dari Petrucci yang mengatakan bahwa album terbaru mereka bakal terinspirasi dari tur "Images, Words & Beyond" yang mengacu pada album "Images and Words" (IAW).

Kebetulan juga, DT hendak merayakan 20 tahun salah satu album monumental mereka yang berjudul "Metropolis Pt. 2: Scenes from a Memory" (SCFM). Jadi produksi album DOT ini semacam lambang selebrasi.

Sudah terdengar kencang di sejumlah ruang forum, para DT fans yang sudah kadung gandrung dengan album SCFM atau IAW atau "Black Clouds and Silver Linings" (BCSL) menginginkan album baru DT nantinya mengusung konsep yang serupa dengan album-album terbaik mereka.

Begitu teaser album DOT dirilis di pertengahan tahun 2018, DT fans mulai riuh membicarakannya. DT mengatakan bahwa mereka akan kembali ke "jalur yang benar", kembali ke akar musik mereka. Teaser yang berisi snippet lagu "Untethered Angel" itu nampaknya cukup memberi gambaran tentang album DOT dan rata-rata mendapat respon positif. Banyak DT fans yang merasa bahagia dan tidak sabar menunggu perilisan album DOT.

Tetapi, begitu DOT dirilis, masih saja ada suara sumbang dari sebagian DT fans yang merasa kurang puas. Tetapi kali ini rasanya tidak banyak. Dua kubu nampaknya sudah lumayan cair begitu mereka mendengarkan album DOT ini.

Kadang saya berpikir, apakah karena "si junior" drummer Mike Mangini, ya? Apakah ada yang belum bisa move on sejak Mike Portnoy hengkang ya? Padahal Mangini sekarang ini rasanya sudah makin melebur dengan DT. Hmm, skip saja dugaan-dugaan tentang ini. Kembali ke ulasan album saja.

Nampaknya, tema distopia pasca apokaliptik di album TA masih menarik untuk diusung sebagai tema album terbaru DT ini. Ini masih diperkaya dengan tema berbau artificial intelligence (kecerdasan buatan), machine learning (mesin pembelajar), robot android yang dikhawatirkan mengancam manusia.

Dengan semangat selebrasi 20 tahun album kelima, SCFM, para personil yang beranggotakan John Petrucci, gitaris sekaligus sang leader yang juga berperan sebagai produser, bersama para punggawa senior John Myung pada bass, Jordan Rudess pada keyboard, James LaBrie pada vokal dan Mike Mangini pada drum pun segera bekerja keras menggarap musik baru yang akan menjelma menjadi album DOT.

Album DOT juga menandai pergantian label band. Setelah bernaung di bawah label Roadrunner sejak tahun 2007, album DOT dirilis oleh InsideOut Music, sebuah label independen dari Jerman yang bernaung di bawah Sony Music.

Sang label head, Thomas Waber, sudah lama terpikat dengan DT hingga akhirnya mereka pun bersahabat. Begitu kontrak DT dengan Roadrunner selesai, kerjasama DT dan InsideOut pun difinalisasi pada akhir tahun 2017 lalu. 

***
Baiklah, album DOT berisi sembilan lagu utama dan satu bonus track. Durasi album hanya sekitar 57 menit. Cukup singkat buat album DT. Track paling singkat berdurasi empat menit dan paling lama berdurasi sembilan menit. Meskipun lumayan singkat, DOT tetap super untuk dinikmati.

Sekadar informasi, DT sudah biasa membuat track berdurasi lama di album-albumnya, bahkan ada yang berdurasi 20an hingga 40an menit. Di album TA, mereka mulai membuat track-track berdurasi tiga, empat atau lima menit, dan bahkan menjejali album dengan banyak track singkat berdurasi sekitar dan kurang dari satu menit.

Meski album DOT termasuk album konseptual, album ini dibuat seperti album musik pada umumnya. Ini mengingatkan kita pada album DT tahun 2011 yang berjudul "A Dramatic Turn of Events". Track demi track mengalir saja sesuai urutannya.

Berbeda dengan album-album sebelumnya yang kerap mengandung track yang memiliki sub track atau bagian seperti album BCSL (2009) dan album self titled (2013). Begitu juga dengan album SCFM (1999) dan TA (2016) dimana album terbagi menjadi dua bagian yang disebut Act I dan Act II.

Sekadar informasi, lirik lagu ditulis oleh masing-masing personil. Di album TA, Petrucci masih menulis keseluruhan lirik lagu sekaligus menjadi produser. Nah, di album DOT ini nampaknya sang leader mengajak para personil untuk terlibat dalam menulis lirik lagu. Sesi penulisan lirik lagu ini memerlukan waktu 18 hari saja sebelum akhirnya dieksekusi dalam komposisi musik.

Penggarapan album sejak awal digarap secara tight and compact. Mereka hanya menggunakan satu studio musik saja yaitu studio Yonderbarn Studios. Studio rekaman canggih yang berlokasi tengah hutan di Monticello, New York itu milik insan film Conor Stratton. Sebenarnya mereka juga menggunakan satu studio lain yaitu Mixland Studios di Midhurst, Kanada. Studio ini khusus dipakai untuk rekaman vokal.

cover album (sumber: HeavyMetalTribune.com)
cover album (sumber: HeavyMetalTribune.com)
Mengenai desain sampul atau cover album, Hugh Syme kembali menjadi perancang cover-nya. DT sebenarnya sudah lumayan lama bekerja sama dengan Syme. Sejak album Octavarium di tahun 2005. Tetapi entah mengapa, cover album TA diserahkan ke perancang lain bernama Jie Ma.

Cover album DOT ini menguatkan tema album yaitu distopia paska apokaliptik. Sebuah tengkorak manusia yang berada di telapak tangan robot android yang menyerupai manusia. Syme berusaha merancang desain yang minimalis namun sarat dengan pesan. Ia hanya menggunakan gambar background awan tipis. Satu frame itu cukup menggambarkan bagaimana tema dalam album DOT.

Album dibuka dengan "Untethered Angel" yang diawali dengan petikan gitar melodi yang manis dari Petrucci yang menggunakan Ernie Ball Music Man BFR tujuh senar, sebelum akhirnya menghentak keras dengan dominasi gebukan drum dan simbal Pearl dari Mangini bertempo cepat yang luar biasa keren.

Rudess pada keyboard juga hebat. Kali ini "senjata"-nya adalah keyboard Hammond X5. Vokal LaBrie juga melengking tinggi penuh kendali. Presentasi intrumen level dewa yang well-engineered bersahut-sahutan sejak menit ketiga. Sebuah pembuka album yang belum-belum sudah memuaskan telinga.

Lagu yang ditulis oleh Petrucci ini berkisah tentang manusia yang seharusnya tidak terikat pada satu ruang atau pemikiran yang sempit. Manusia bisa menggapai segalanya apabila mereka mau membuka hati dan pikiran mereka. Menurut saya lirik lagu ini relevan dengan manusia berkarakter "katak dalam tempurung".

Track ini resmi dirilis sebagai lead single atau tunggalan pertama pada 7 Desember 2018 lalu yang segera menjadi hype di kalangan DT fans. Cuplikan dari track ini yang diperkenalkan sebagai album teaser. Lewat tunggalan ini, para DT fans meyakini bahwa DT telah kembali ke akar musik mereka.

Sebuah video musik dibuat untuk mempromosikan tunggalan ini. Video musiknya sederhana saja. Konsepnya menampilkan personil DT memainkan musik dan menyanyi seolah-olah mereka sedang merekam lagu ini. Selain itu, video musik ini juga menyajikan sejumlah footage kegiatan keseharian mereka. Lumayan menghibur.

Track kedua adalah "Paralyzed" diawali dengan teknik gitar palm mute Petrucci yang segera berpadu dengan gebukan drum Mangini yang bertenaga yang berangsur cepat. Permainan Bass Myung terasa dominan sekitar dua pertiga lagu. Ia memainkan bass elektrik enam senar Ernie Ball Music Man Bongo 6 terkustomisasi.  

Vokal LaBrie yang bertenaga berusaha menyampaikan rintihan oleh karena keputusasaan hidup yang nampaknya terenggut oleh mesin-mesin. Lirik lagu ditulis oleh Petrucci. Sebuah track yang hebat. Bisa dikatakan salah satu lagu terbaik di album ini.

"Paralyzed" dirilis sebagai tunggalan ketiga pada 8 Februari 2019 lalu. Sebuah video musik dengan konsep animasi diproduksi untuk menyertai lagu ini. Video musik tersebut sempat muncul di YouTube di awal Februari 2019 lalu, tapi tidak lama kemudian dicopot.

Sebuah video musik baru akhirnya diunggah lagi pada 14 Maret 2019 lalu. Terdengar selentingan ada revisi animasi karakter android yang pada versi pertama mirip dengan karakter robot android kreasi salah satu aplikasi anti virus.

"Fall into the Light" menyusul sebagai track ketiga yang dirilis sebagai tunggalan kedua pada 11 Januari 2019. Saya lumayan bingung dengan diputuskannya track ini sebagai tunggalan kedua kalau akhirnya muncul sebagai track ketiga dalam album. Tapi ya, sudahlah.

Lagu ini, seperti track sebelumnya, diawali dengan permainan gitar Petrucci. Gebukan drum super cepat Mangini segera menyusul membuat mereka terasa dominan di bagian awal lagu. Padahal bass Myung dan keyboard Rudess juga mulai masuk. Simak teknik marching snare drum Mangini di detik ke-53 yang sangat cepat, persis sebelum vokal LaBrie mulai membahana.

Tempo lagu ini sempat melambat di menit 3:20 untuk mempresentasikan gitar solo yang simpel namun punya kekuatan melodi. Beberapa detik kemudian tempo semakin meningkat, instrumen pun semakin lengkap, tetapi minus vokal hingga menit 5:50.

Masing-masing personil terdengar mengerahkan segala kemampuan dan teknik bermain instrumen kelas wahid. Walau riuh, lagu ini sangat nyaman di telinga. Salah satu lagu paling artistik yang membuat Anda bertepuk tangan ketika lagu usai di menit 7:04.

Lagu yang ditulis oleh Petrucci dan Myung ini berkisah tentang pencarian ke dalam diri untuk menemukan kebahagiaan pribadi yang hakiki. Sebagai informasi, Myung absen menulis lirik lagu untuk dua album DT sebelumnya.

Dalam album DOT ini, nampaknya Petrucci ingin semua pekerjaan dibagi sama rata. Apalagi tugasnya sebagai produser dalam album ini tidak main-main. Ia bertanggung jawab pada keseluruhan produksi album setelah pamor DT agak meredup gegara album TA.

Meski menulis lirik lagu dalam DT bisa dibilang pekerjaan sepele, di sisi lain juga dianggap penting untuk memberi makna pada lagu-lagu DT. Penikmat musik DT biasanya akan fokus pada tekniknya, tone, sound serta polyrhythm yang biasanya terdengar kompleks.

Oke, lanjut ke track keempat adalah "Barstool Warrior" yang langsung menghentak. Lagu ini berdurasi 6:43 menit. Selama kira-kira 1,5 menit kita akan menikmati harmonisasi instrumen yang luar biasa, sebelum akhirnya LaBrie mulai bercerita. Menurut saya liriknya bagus.

Petrucci, sang penulis lirik, ketika diwawancarai oleh RollingStone mengatakan bahwa lagu ini tentang dua karakter yang tidak berkaitan, yang terjebak di hotel tersebut oleh karena latar belakang mereka. Karakter pria adalah seorang alkoholik yang entah kapan tobatnya, sementara karakter lainnya adalah seorang wanita yang kerap mengalami kekerasan yang entah sampai kapan ia bisa terbebaskan dari itu semua.

Salah satu lirik di verse 6 berbunyi "You will become all you think, all you feel, all you dream" memberi makna bahwa segala sesuatu yang Anda pikirkan, rasakan, percayai , Anda impikan, Anda bisa mewujudkannya, tidak harus terjebak dalam situasi demikian. Sebuah kalimat yang positif.

Berikutnya adalah track kelima berjudul "Room 137" yang juga mulai menghentak sejak detik pertama. Pada awalnya terasa seperti modern rock tetapi kemudian perasaan saya itu segera dilibas tuntas karena sound progressive metal segera menggetarkan gendang telinga saya. 

Tidak seperti track sebelumnya, vokal LaBrie mulai masuk di detik ke-13. Lagu ini sangat powerful dari segala sisi. Pada menit 2:20 hingga 40 detik kemudian, kita akan disuguhi presentasi instrumen memukau, melodi gitar solo Petrucci. Dari sisi vokal, vokal LaBrie sesekali dipoles dengan efek auto tune, memberi nuansa yang berbeda, membuat lagu ini terasa mencekam.

Lirik lagu yang ditulis sendiri oleh Mangini ini (ini pertama kalinya Mangini menulis lirik lagu untuk DT) bekisah tentang seseorang di dalam kamar 137 yang sedang menunggu giliran untuk mati. Kematian itu bakal merenggut sesuai urutan nomor kamar. Apakah ini tentang seseorang yang menjadi target robot android?

Jawabannya mungkin ada di cover album DOT. Coba Anda amati, ada angka 137 di satu bagian tengkorak. Apakah tengkorak yang dipegang tangan android itu berkaitan dengan lagu ini? Hmmm, sungguh tragis...

Track keenam adalah "S2N" atau signal to noise. Lagi-lagi di awal lagu sudah menghentak dengan petikan gitar Petrucci. Lagu ini berdurasi 6:21, penuh sesak dengan permainan instrumen dengan tempo cepat dan bersemangat. Permainan gitar Petrucci bergerak sangat cepat pada sesi solo.

Lirik lagu ini begitu dalam, tentang pentingnya menyuarakan pesan kemanusiaan terhadap kehidupan manusia yang terganggu oleh berbagai keburukan yang mengancam perdamaian dan harmoni. Untuk itu manusia harus bersuara demi menghapus segala keburukan-keburukan yang tengah terjadi. Lirik lagu ini ditulis oleh Petrucci dan Myung.

"At Wit's End" adalah lagu ketujuh dalam DOT, langsung dibuka dengan permainan gitar tujuh senar Petrucci yang menggila, melompat-lompat kesana kemari dengan sangat cepat tetapi sangat enak untuk didengar. Mangini juga mengimbanginya dengan gebukan yang bertenaga, begitu juga dengan Myung menjadi backup yang sempurna.

Keyboard Rudess memperkaya presentasi instrumen di bagian intro lagu selama sekitar satu menit, sebelum vokal LaBrie masuk. Suguhan instrumental super cepat akan muncul lagi sekitar menit 4:00 hingga 40 detik kemudian sebelum akhirnya berhenti, berganti dengan musik tempo lambat.

Lagu ini pada dasarnya adalah lagu balada yang entah bagaimana terdengar gelap. Ketika mengetahui proses kreatif LaBrie dalam penulisan lirik ini, saya jadi paham. Sebuah wawancara Songfacts dengan LaBrie mengungkap bahwa lagu ini tentang efek paska pengalaman yang sangat traumatis dan mengerikan karena menjadi korban perkosaan.

LaBrie memang terinspirasi dari sebuah film dokumenter yang menceritakan tentang pasangan suami istri dimana sang istri mengalami tindak pemerkosaan yang brutal oleh seseorang, yang membuat kehidupan pasangan itu tidak sama lagi. Kehidupan mereka sangat tertekan. Apalagi sang istri yang terkoyak.

Judul lagu ini bermakna sebuah titik yang mendekati titik puncak di mana seseorang tidak bisa menerimanya lagi. Tetapi LaBrie justru menggambarkan bahwa apapun yang terjadi, sang suami akan selalu mencintainya.

Liriknya mengatakan begini untuk memotivasi sang istri: "Don't leave me now, don't leave me now. I know that it's tearing you apart. Don't leave me now, don't leave me now. Come alive...". Siapapun yang mendengarkan lagu ini dan memahami liriknya, mungkin akan terhanyut dalam kisah dalam lagu ini. Bisa jadi ada yang menangis. Hiks..

Penghujung lagu ini sungguh menarik. Musik lambat laun melemah sebelum menghilang pada menit 8:19. Suasana hening sejenak kira-kira 15 detik lamanya hingga akhirnya muncul kembali dengan elemen perkusi di kejauhan. Jeda yang cukup lama itu mungkin dimaksudkan untuk memberi waktu bagi siapa saja yang ingin merenung, atau sekadar meneteskan air mata... Hiks. Sebuah lagu yang emosional.

Baiklah, track kedelapan adalah "Out of Reach" yang juga ditulis oleh LaBrie. Lagu yang bertempo lambat di bagian awal ini terkesan seperti lagu-lagu rock ballad yang manis. Piano Rudess mengiringi vokal LaBrie hingga menit 0:56 sebelum berubah ke progressive metal dengan masuknya instrumen lain. Selagi piano masih mendenting cantik, Petrucci mengisi dengan gitar solo hingga menit 1:39.

Pada menit 1:50 lagu berubah dinamis. Vokal LaBrie juga cenderung meninggi. Terasa dramatis. Lagu berangsur melambat hingga penghujung lagu ditutup oleh gitar, piano dan vokal secara hampir bersamaan.

Lagu ini bukan termasuk lagu yang DT banget tapi perlu menjadi salah satu daftar album DOT. DT sudah tepat memasukkan lagu ini sebagai penyeimbang diantara lagu-lagu lainnya.

Kalau dari liriknya. "Out of Reach" memang seperti lagu cinta. Tetapi bukan cinta yang menye-menye. Tentang seorang pria yang merasakan cinta pada pandangan pertama pada seorang gadis yang nampak sempurna. Tetapi ternyata di balik kesempurnaannya, gadis memendam kegetiran.

Setelah menikmati lagu cinta ala rocks ballad, tiba kembali lagu bertempo cepat yang dinamis dengan polyrhythm yang kompleks di sana-sini. Yup, track kesembilan ini berjudul "Pale Blue Dot".

Lagu diawali dengan komunikasi radio antara stasiun Bumi dan stasiun luar angkasa. Iringan keyboard Rudess sepanjang satu menit memberi nuansa angkasa yang sepi, kelam, gelap, hampa... Mirip dengan music score di film-film sci-fi (saya malah teringat film "First Man". Rasanya lagu ini cocok untuk score adegan Neil Amstrong ketika menjelajah permukaan Bulan). Drum Mangini lalu masuk dan segera disambut dengan gitar Petrucci dan bass Myung.  

Vokal LaBrie baru muncul di menit 2:16 dan selanjutnya sesekali muncul. Selebihnya, lagu berdurasi 8:25 ini adalah presentasi musik sinematik yang wow keren... Super mantap sebagai lagu pamungkas penutup album. Instrumen musik dimainkan begitu bertenaga dan tersaji sangat rapi. Sound mixing buat lagu ber-tone njelimet ini tergolong cermat.

Tentang judul lagu, pale blue dot artinya titik pucat biru. Maksudnya adalah planet kita, Bumi. Bumi yang ternyata sangat kecil dan tua. Tempat dimana manusia tinggal, sejak Adam dan Hawa, hingga kini lebih dari tujuh milyar banyaknya.

"Pale blue dot" adalah judul sebuah foto Bumi yang dipotret oleh wahana antariksa nirawak bernama Voyager 1. Pada waktu itu, sebuah misi antariksa Voyager 1 sudah berada pada jarak 6 milyar kilometer dari Bumi. Astronom terkenal Carl Sagan meminta kepada NASA agar wahana itu memotret Bumi sebelum wahana itu meninggalkan sistem Tata Surya.

Dalam foto angkasa yang gelap dan terhiasi dengan garis spektrum cahaya matahari itu, terdapat satu titik kecil berwarna biru. Begitu kecilnya hingga kita memerlukan kaca pembesar untuk melihatnya dengan jelas. Itulah planet Bumi yang kita diami.

Lirik lagu yang ditulis oleh Petrucci ini bernuansa astronomi, filsafat, religi, humanity. Sebuah keprihatinan yang dirasakan oleh Petrucci tentang kondisi Bumi. Bumi, tempat manusia (numpang) hidup, seharusnya mengedepankan humanity. Alih-alih memakmurkan Bumi malah jadinya karut marut. Nampaknya hal itu yang tersimpan di benak Petrucci ketika menulis lirik lagu ini.

Sepenggal liriknya menarik: "Our blood filled river's fueled by hate, We worship heroes, kings and saints, But who's out there to save us from ourselves?" Lirik itu merepresentasikan perbuatan sia-sia manusia yang masih kerap kita temui, kebencian antar sesama manusia yang entah sampai kapan sirna. Di saat yang bersamaan, manusia juga pemuja kebaikan... Sungguh ironis.

"Pale Blue Dot" ternyata tidak benar-benar menutup album DOT. Masih ada satu lagu bonus yang berjudul "Viper King". Sound lagu berdurasi empat menit pas ini mirip dengan lagu-lagu rock tahun 1970an. Lagu santai ini bertempo cepat dimana gitar Petrucci menghentak di sepanjang lagu, termasuk bagian solo kira-kira di menit 2:10. Vokal LaBrie kerap menjangkau nada-nada tinggi, melengking.

Lirik lagu ditulis oleh LaBrie. Maknanya sederhana, sepertinya kisah sebuah mobil bernama Viper King. Mobil apakah yang dimaksud LaBrie? Hanya dia dan Tuhan yang tahu. Jadi lagu ini semacam anthem buat tunggangan favoritnya yang entah ia memilikinya atau tidak. Sekali lagi, hanya dia dan Tuhan yang tahu. Oh ya, mungkin personil lainnya juga tahu mobil apa yang dimaksud oleh LaBrie.

***
Mendengarkan album DOT seperti melihat cerita dengan telinga. Cerita yang sebenarnya berfokus pada manusia, makhluk cerdas berakal yang seharusnya menggunakan segala sumber daya kemanusiaannya untuk menjadi manusia. Manusia juga adalah satu-satunya makhluk hidup yang mampu menggunakan otak dan hatinya sekaligus.

Tetapi manusia juga memiliki sisi gelapnya. Kehidupan manusia dapat hancur oleh perbuatan manusia itu sendiri. Album DOT menjadi semacam pengingat bahwa manusia itu bisa menjadi manusia baik, bisa juga menjadi manusia yang buruk.

Mengenai rating album ini, menurut saya album ini layak saya beri angka 9,4/10. Karena album ini sangat luar biasa. Terkonsep dengan matang baik dari segi musikalitas dan lirik kuat penuh makna yang tersuguh rapi tanpa cela. Tidak heran bila apresiasi album ini rata-rata positif.

Sejumlah situs pengulas musik kompak memberi skor apik untuk album ini. Misalnya Metacritic memberi skor 82/100 (82 dari skala 100), lalu AllMusic 4/5, Classic Rock 8/10, Metal Hammer juga memberi apresiasi positif. Bahkan situs musik rock Rock 'N' Load memberi nilai sempurna: 10/10!

Tak salah bila kita menyebut album DOT ini adalah eargasm yang sebenarnya. Karena memang kelewat bagus untuk dinikmati.

Berikut adalah video musik tunggalan pertama yang berjudul "Untethered Angel".


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun