Di meja kategori buku-buku Referensi, selain terlihat beberapa judul buku kamus dan ensiklopedia, ada sejumlah judul buku kategori umum yang dimasukkan ke dalam kategori ini. Kategori Referensi terhampar di dua meja.
Ketiga, mengenai petugas atau kru BBW saya memberi apresiasi atas kerja keras mereka selama even berlangsung. Namun patut disayangkan mereka kurang memiliki pengetahuan mengenai lokasi buku. Misalnya, salah seorang teman saya nyaris tidak dapat menemukan buku yang saya rekomendasikan lewat foto via aplikasi Whatsapp. Padahal saya sudah memandunya berdasarkan ingatan saya ketika menemukan buku tersebut.
Dalam foto yang saya ambil sebenarnya tercantum kode buku di atas angka harga. Tapi sayangnya kode buku tersebut tidak menunjukkan lokasi buku. Kru tidak tahu lokasi buku tersebut. Untungnya teman saya yang hampir menyerah pada akhirnya menemukannya. Hal ini juga dialami oleh salah satu pengunjung yang menceritakan pengalamannya di akun Instagram BBW Surabaya dimana kru tidak mengetahui posisi buku yang dimaksud.
Keempat, harga buku-buku yang ditawarkan semakin tinggi. Hal ini membuat nilai pembelian yang sama dengan tahun lalu akan mendapatkan jumlah buku yang lebih sedikit di tahun ini. Hal ini disebabkan dampak meningkatnya nilai tukar dolar terhadap rupiah.
Karena buku-buku yang ditawarkan mayoritas buku impor, maka harga buku menyesuaikan kondisi nilai tukar mata uang. Hal ini diinformasikan lewat akun Instagram BBW bahwa harga buku dapat berubah sewaktu-waktu. Sejumlah insiden kesalahan harga buku pun terjadi dimana sejulah buku yang harganya telah diperbarui di sistem ternyata tidak diikuti dengan penggantian label harga pada fisik buku sehingga memunculkan kekecewaan pembeli.
Kelima, mengenai isu yang lumayan hangat-hangat kuku dimana ada buku-buku yang kabarnya habis diborong oleh para jasa titip (jastip) membuat sejumlah calon pembeli perorangan tidak kebagian buku yang ia cari. Karena even BBW kali ini hanya digelar di kota Surabaya, hal ini membuka peluang bisnis jastip. Sebagai informasi, bisnis jastip ini juga ada di BBW Jakarta.
Para penyedia jastip menawarkan jasa membelikan buku-buku yang diinginkan customer-nya dengan mengutip ongkos jasa antara Rp 5.000 hingga Rp 20.000 rupiah per buku atau box set tergantung harganya bahkan ada juga yang mengenakan tarif flat atau pukul rata tidak memandang harga buku.
Jastip ini sangat mempermudah pecinta buku yang tinggal di luar kota Surabaya (atau Jakarta) atau penikmat buku yang tidak memiliki waktu untuk mengunjungi even BBW. Menjelang even dimulai, sejumlah jastip bermunculan di medsos mempromosikan diri. Ada yang berbisnis sendiri, ada juga sekumpulan orang-orang yang bekerja sama. Bahkan kabarnya diantara pebisnis jastip ada juga oma-oma yang juga ikut meramaikan jastip.
Sebuah fenomena lain muncul ketika ternyata ada pihak bulk buyer atau pembeli partai yang membeli buku dalam jumlah besar. Mereka membeli buku-buku di BBW tidak tanggung-tanggung, satu judul bisa puluhan eksemplar yang segera memenuhi troli belanjaan mereka. Bisa jadi mereka adalah jastip yang bisnisnya membesar atau mungkin pebisnis buku dadakan yang bermodal kuat.
Para jastip dan bulk buyer ini dirasa kurang tertib dalam berbelanja buku dan kurang mengedepankan etiket sehingga membuat pembeli perorangan merasa kurang nyaman berbelanja buku. Misalnya: membuat susunan buku berantakan ataupun berebut buku. Lihat video mereka berebut buku-buku di sini.
Mereka belanja buku banyak sekali hingga membuat stok buku ludes padahal buku-buku tersebut masih dicari oleh pembeli perorangan. Kabar miring  juga berhembus kalau para jastip atau bulk buyer itu juga tidak segan membongkar sendiri kardus stok buku, menghalangi jalur troli dengan sejumlah troli mereka yang penuh buku, atau mojok dengan bertumpuk buku.