Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Mengulas "Gramedia Boom Sale" dan "Big Bad Wolf Surabaya 2018", Dua Pesta Buku Besar yang Hadir Serempak

2 Oktober 2018   19:36 Diperbarui: 3 Oktober 2018   12:14 3593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pameran buku dibuka 280 jam nonstop dengan 2,5 juta buku yang dipamerkan di Surabaya (KOMPAS.com/Achmad Faizal)

Dua minggu terakhir ini saya merasa bersuka cita karena ada dua bursa buku besar di Jawa Timur, yaitu Gramedia Boom Sale (GBS) di kawasan industri Berbek, Sidoarjo yang diadakan pada 17 hingga 30 September 2018 dan Big Bad Wolf (BBW) Surabaya 2018 yang diadakan tanggal 27 September hingga 8 Oktober 2018. 

Kedua bursa buku tersebut sempat saya kunjungi pada dua weekend terakhir. Kalau GBS hampir 100% menyediakan buku-buku berbahasa Indonesia, BBW menawarkan buku-buku mayoritas berbahasa Inggris, bahasa Indonesia dan bahasa Mandarin. Penikmat buku tinggal memilih saja atau bisa mengunjungi keduanya karena masing-masing even memiliki ambience atau suasana yang berbeda.

Gramedia Boom Sale, serba murah yang saking ramainya sampai diadakan dua kali

Untuk even GBS terus terang baru pertama kalinya saya mengunjunginya. Pada penyelenggaraan sebelumnya saya tidak sempat mengunjunginya. Nah, di hari Sabtu yang lumayan cerah pada 22 September 2018 lalu, berbekal Google Maps, walaupun sempat nyasar pada akhirnya saya menapakkan kaki pertama kalinya di Warehouse Gramedia yang berlokasi di Jl. Berbek Industri II, Waru, Sidoarjo (koordinat: -7.341466, 112.762631).

Suasana Gramedia Boom Sale. (sumber: instagram.com/gramediaboomsale/)
Suasana Gramedia Boom Sale. (sumber: instagram.com/gramediaboomsale/)
Venue GBS di Warehouse Gramedia terletak di dalam kawasan industri. Para penikmat buku yang ingin ke sana sebaiknya menggunakan kendaraan pribadi atau menggunakan transportasi online. Tidak ada satu pun angkot yang melewati area tersebut. Meski terletak di kawasan industri, suasana di dalam kawasan tersebut hijau dan bersih. Banyak pepohonan rindang di sepanjang jalan.

Sebagai informasi, semua buku-buku yang dijual di GBS adalah terbitan Kelompok Gramedia antara lain: Gramedia Pustaka Utama, Grasindo, Penerbit Buku Kompas, Elex Media Komputindo dan Bhuana Ilmu Populer. Diskon yang ditawarkan di GBS sungguh memikat. Harga buku hanya ada tiga macam yaitu Rp 10.000, Rp 20.000 dan Rp 30.000 rupiah. Bahkan untuk komik harga Rp 10.000 bisa mendapat 6 buku atau pada waktu tertentu bisa dibanting hingga Rp 1.000 saja per komik!

Buku-bukunya cukup variatif walaupun tidak ada buku-buku baru (ya iyalah, buku-buku baru masih dipajang di toko buku-toko bukunya. Hehe). Area buku anak dipisahkan dengan area buku remaja dan dewasa yang diletakkan di ujung warehouse agar anak-anak leluasa memilih buku-buku yang mereka sukai.

GBS seharusnya telah berakhir 30 September 2018 lalu. Namun kabar terakhir yang tersiar lewat akun Instagram @gramediaboomsale, even ini diadakan kembali pada 2 hingga 10 Oktober 2018. Wah, kabar menggembirakan buat para bookworms tanah air. Saya pun lompat-lompat kegirangan, tapi dalam hati saja. Hehe.

Saya mohon maaf pada tulisan ini tidak banyak mengulas tentang GBS karena saya tidak lama di situ, kira-kira 1,5 jam saja. Suasana warehouse waktu itu dipenuhi lumayan banyak pengunjung yang memilih buku-buku. Ruangan terasa agak gerah walau ada sejumlah kipas angin. Makin siang pengunjung semakin banyak yang berdatangan. Bila ingin mengetahui suasana even GBS, silakan melihat tayangan video singkat lewat tautan ini.

Bagi saya yang tidak tahan gerah, baju saya pun segera basah oleh keringat. Demikian juga peluh di kepala dan kedua tangan saya bercucuran deras. Karena kondisi saya yang sangat tidak layak untuk berbaur dengan banyak orang dalam satu ruangan, akhirnya saya memutuskan menghentikan kunjungan saya dan segera menuju kasir.

Tapi di even GBS ini saya lumayan terkesan dengan cara kru menghebohkan suasana di tengah pengunjung GBS sedang serius memilih buku. Salah seorang kru GBS membawa sebuah troli besar penuh buku yang tertutup pembungkus kertas keluar dari area warehouse sambil berteriak "Baru, baru, baru...", dan seketika pengunjung mengerubuti troli itu, meraup buku-buku secara dengan tangkasnya hingga ludes tak bersisa. Video rebutan buku bisa dilihat di tautan ini.

Pada awalnya saya penasaran dengan apa yang terjadi. Berikutnya saya malah ikut serta berebut buku dengan pengunjung lain. Lumayan, saya memperoleh satu buku saja. Peringkat juru kunci karena pengunjung lain bisa merebut buku lebih banyak lagi, bahkan ada satu pengunjung pria yang mampu merebut satu tumpuk buku beragam judul. Hebat nian orang itu.

Suasana Big Bad Wilf Bangkok 2017 lalu. (sumber: xinhuanet.com)
Suasana Big Bad Wilf Bangkok 2017 lalu. (sumber: xinhuanet.com)
Jika pengunjung merasa lapar atau haus, sayangnya di GBS hanya terdapat satu booth yang hanya menjual snack dan minuman kemasan. Tapi tidak apa-apa, setidaknya ada minuman dingin yang sejenak bisa mendinginkan rasa gerah. Tidak lama saya pun pulang membawa satu kantong penuh buku. Ingin tahu buku-buku apa saja yang saya beli? Rahasia dong. Lagipula, bukan hak Anda menanyakan hal itu kepada saya... hehe ;)

Big Bad Wolf, lautan buku bagi para wolfies yang buka 24 jam non-stop selama 12 hari

Seminggu kemudian, saya berkesempatan mengunjungi bazaar buku lainnya yaitu BBW Surabaya 2018. Even bazaar buku terbesar se-Asia Tenggara ini digelar di kota Surabaya mulai 27 September hingga 8 Oktober 2018, 24 jam non-stop. Sebenarnya tanggal 26 September 2018 bazaar buku sudah berlangsung khusus bagi pemegang tiket preview pass dengan jam buka 09.00 hingga 24.00 WIB.

BBW tahun ini menurut informasi membawa tiga juta buku beragam genre yang dijual dengan potongan harga 60% hingga 80% khusus buku-buku impor. Even ini digelar di gedung JX International Convention Exhibition atau Jatim Expo di Jl. Ahmad Yani No.99, Surabaya (koordinat: -7.3181755,112.7321294).

Foto suasana BBW Surabaya 2018. Sumber: dokpri
Foto suasana BBW Surabaya 2018. Sumber: dokpri
Karena buku-buku impor, maka buku-buku tersebut mayoritas berbahasa Inggris. Tahun 2018 ini, untuk pertama kalinya di BBW Surabaya menyediakan buku-buku berbahasa Mandarin. 

Untuk buku-buku berbahasa Indonesia, BBW mengajak penerbit Mizan yang sudah berkolaborasi selama tiga tahun berturut-turut. (Menurut saya, dengan adanya area khusus untuk Penerbit Mizan, maka sesungguhnya ada tiga bazaar buku besar sekaligus di Surabaya dan Sidoarjo dalam waktu hampir serentak: GBS, BBW dan bazaar buku Mizan di dalam even BBW)

Sekilas mengenai even ini, BBW adalah even bazaar buku internasional yang diselenggarakan oleh BookXcess, sebuah toko buku kecil yang didirikan oleh pasangan suami istri asal Malaysia, Andrew Yap dan Jacqueline Ng. Toko buku itu menjual buku-buku dengan harga super murah. Semuanya berawal dari semangat yang mereka pegang bahwa buku itu untuk semua orang. Untuk itu harga buku yang dijual harus terjangkau.

Pada tahun 2009, even BBW pertama kali diadakan dengan memajang 120 ribu buku. Dari tahun ke tahun even semakin membesar hingga merambah Asia Tenggara meliputi Malaysia, Singapura, Filipina, Indonesia dan Thailand. Di Indonesia sendiri, tahun ini dihelat di tiga kota yaitu Jakarta, Surabaya (kedua kota ini sejak tahun 2016) dan rencananya kota Medan.

Sejak tahun 2017, BBW sudah merambah Asia Selatan yaitu Sri Lanka. Tahun ini, BBW untuk pertama kalinya akan merambah wilayah Timur Tengah dengan diadakannya even tersebut di kota Dubai, tepatnya di Dubai Studio City, yang menurut rencana pada 18-28 Oktober 2018. Untuk informasi lebih lengkap, silakan membacanya di website BBW.

Baiklah, pada akhir pekan lalu saya menyempatkan diri mendatangi even tersebut. Bahkan di hari Minggu lalu saya berangkat pagi-pagi setelah shubuh dari desa tempat tinggal saya ke even tersebut. Ini sudah ketiga kalinya saya selalu datang di bursa buku besar tersebut dan selalu ramai didatangi para wolfies, julukan BBW bagi para pengunjung BBW.

Penilaian saya mengenai BBW Surabaya tahun 2018 ini, to the point saja, dibandingkan dengan dua even sebelumnya tahun ini kurang memuaskan para wolfies. Mengapa?  Sebentar, saya kira saya perlu menyampaikan hal-hal positif dulu mengenai BBW Surabaya, baru kemudian saya sampaikan pendapat saya tentang sejumlah kekurangan even tersebut.

Hal positif pertama, BBW Surabaya mampu menggerakkan banyak masyarakat Surabaya dan luar Surabaya untuk datang ke even ini. Dengan janji diskon 60% hingga 80% siapa yang tidak tertarik dengan buku-buku impor berkualitas dengan harga terjangkau? Jumlah buku yang ditawarkan selama even juga meningkat, dari 2,5 juta buku di tahun 2017 menjadi 3 juta buku di tahun 2018.

Kedua, venue BBW Surabaya diadakan di lokasi yang lumayan strategis yang mudah dijangkau kendaraan pribadi atau transportasi umum baik transportasi online, bus, angkot atau kereta komuter atau KRD (turun di stasiun Margorejo). Area bazaar buku sangat nyaman dan terang berkat penerangan lampu yang kuat dan pendingin udara atau AC yang dioperasikan terus-menerus selama even digelar.

Ketiga, BBW Surabaya makin bersahabat dengan pemburu buku yang juga merangkap sebagai petualang kuliner. Tahun ini area pujasera atau food court di lantai dua venue lebih tertata daripada tahun-tahun sebelumnya. 

Menu makanan dan minuman lebih variatif. Tersedia cukup banyak meja dan kursi untuk pengunjung yang kelaparan atau kehausan atau sekedar ingin istirahat sambil ngopi atau ngemil cantik.

Tahun ini ada sejumlah booth yang menyediakan makanan tradisional asli Surabaya seperti rujak cingur, lontong balap, lontong kupang, nasi goreng janc*k super pedas dan lain-lain. 

Menu bebek goreng juga ada, disediakan oleh sebuah resto bebek yang sudah cukup lama menyewa space di gedung tersebut. Jadi pengunjung dari luar kota atau luar propinsi yang ingin mencicipi makanan khas tersebut tidak perlu jauh-jauh keluar dari venue. Juga ada menu lain yang tak kalah menggiurkan seperti nasi bakar cakalang, nasi campur, soto ayam dan lain-lain.

Buat yang suka ngopi juga ada warung angkringan yang menyediakan makanan ala angkringan dengan harga bersahabat alias murmer (murah meriah). Oh ya, opsi lain tempat ngopi adalah sebuah kafe terkenal asal Surabaya di lantai satu gedung yang juga sudah lama juga buka cabang di situ. Tempatnya cozy dengan desain vintage yang keren.  

Jika ingin menu-menu fast food, ada gerai fried chicken, kebab, ice cream dan resto makanan Jepang yang buka booth di sana selama even berlangsung. Roti John, jajanan kekinian asli Surabaya yang sedang nge-hits juga ada. Salah satu chainstore juga siap memenuhi kebutuhan snack dan minuman para pengunjung. Tersedia aneka snack dan minuman kemasan selama even berlangsung.

Perlu diketahui, makanan dan minuman hanya bisa dinikmati di area food court. Pengunjung even tidak diperbolehkan membawa segala jenis makanan dan minuman ke area bazaar buku. Bahkan air mineral botol pun tidak boleh dibawa masuk. Anda harus menitipkannya kepada petugas di pintu masuk.

Kebijakan melarang masuknya makanan dan minuman di area bazaar buku ini mirip dengan kebijakan di perpustakaan. Sepertinya pernah ada kasus makanan atau minuman yang mengotori buku-buku yang dijual. Saya sepakat dengan kebijakan ini untuk mencegah terulangnya insiden tersebut.

Keempat, berkaitan dengan keamanan dan kenyamanan para pengunjung even, petugas security akan memeriksa tas pengunjung satu per satu. Selain untuk memeriksa makanan atau minuman yang dibawa pengunjung, juga untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Maklum, even ini dibuka secara gratis untuk semua orang. Bahkan orang asing yang kebetulan sedang berada di Surabaya pun boleh-boleh saja datang ke even ini.

Kelima, terdapat pemisahan kasir untuk pembeli biasa atau perorangan dan pembeli dalam jumlah besar (seperti bulk buyer, termasuk pembeli jasa titip) sehingga membuat nyaman masing-masing pembeli. Area penitipan buku juga terlihat makin luas. 

Area ini memudahkan pengunjung yang ingin menitipkan buku-buku belanjaanya agar bisa menyantap makanan dan minuman atau beribadah sholat di mushola di lantai dua. Hal ini karena dua eskalator yang tersedia dan satu tangga berada di area bazaar buku.

Keenam, bagi pengunjung muslim, ruang mushola kini makin bersih dan tertata. Keran air di area wudlu yang tahun lalu rusak kini dapat digunakan sehingga mengurangi antrian. Area wudlu dan tempat sholat kini bisa dijangkau tanpa memakai alas kaki, jadi area diantaranya adalah suci. Pengunjung yang hendak melakukan ibadah sholat dapat melepas alas kaki yang disediakan di luar area wudlu. Tersedia juga sebuah bangku panjang di area tersebut.

Ketujuh, sejumlah even dadakan menyemarakkan BBW Surabaya seperti story telling, lomba menggambar dan lomba mewarnai di setiap akhir pekan. Tak ketinggalan kontes via Instagram yaitu berfoto di area BBW Surabaya lewat tagar #PhotodiBBW, foto buku hasil belanja di BBW Surabaya lewat tagar #BarbukBBW, serta IG Story yang berlangsung dari awal even hingga 5 Oktober 2018.

Untuk lomba via Instagram, BBW menyediakan hadiah berupa voucher belanja BBW dengan nilai total 72 juta rupiah untuk 40 pemenang harian dan voucher senilai 1,5 juta rupiah untuk tiga orang pemenang (sumber info: akun Instagram @bbwbooks_id).

Sementara untuk lomba menggambar dan mewarnai khusus anak hadiahnya sangat menggiurkan, yaitu 12 tiket Surabaya ke Jogjakarta, Semarang, Makassar dan Jakarta PP. Hadiah ini disediakan oleh salah satu maskapai penerbangan di Indonesia yang turut mendukung even ini.

Para sponsor utama even yaitu bank pelat merah dan salah satu provider telekomunikasi tanah air juga meramaikan even ini dengan mengadakan games ataupun kompetisi berhadiah voucher belanja khusus bagi penggunanya.

Kedelapan, tersedia area bermain anak-anak balita yang ada di lantai dua. Para orang tua yang tidak ingin balitanya ikut berdesakan dengan pengunjung dapat membawa mereka ke fasilitas ini. Sebagai catatan, anak-anak yang dibawa ke arena bermain ini harus didampingi oleh satu orang pendampingnya.

Jadi jika pasangan suami-istri memilih "mengamankan" balitanya ke spot ini, sebaiknya berbagi tugas atau bergantian menjaganya. Jika keluarga memiliki babysitter sebaiknya diajak untuk menjaga sang balita agar kedua orang tuanya bisa lebih leluasa berbelanja buku.

Kesembilan, ada upaya mulia dari pihak BBW untuk mengajak para wolfies berbagi buku dengan sesama. Ada area book charity dimana wolfies bisa memilih sendiri buku-buku yang hendak disumbangkan dengan harga beragam. 

Sekilas saya melihat buku-buku yang ditawarkan adalah buku anak. Di dekat pintu keluar, tersedia satu kotak untuk memasukkan buku-buku yang akan disumbangkan. Semangat berbagi buku untuk sesama yang dipromosikan di even ini patut diapresiasi.

Kesepuluh, kini ada pilihan merchandise selain pin dan poster. Kini tersedia kaos dengan pilihan desain keren yang bisa ditebus dengan harga cukup terjangkau. Pin dan poster juga tidak pelit memberi bonus bila membeli dalam jumlah banyak. Booth khusus merchandise yang sebelumnya hanya ada di dekat pintu keluar, kini juga tersedia di tengah area bazaar buku.

***

Nah, setelah mendengar hal-hal baik BBW Surabaya tahun 2018, sekarang saya akan bagikan hal-hal yang yang kurang bagus mengenai BBW Surabaya berdasarkan pandangan atau pengalaman pribadi dan informasi atau curhatan yang dibagikan di medsos. Tujuan saya menyampaikan hal negatif ini agar ada peningkatan kualitas even di tahun-tahun mendatang.

Pertama, saya masih belum memahami mengapa mayoritas buku-buku yang ditawarkan adalah buku anak? Sebagai informasi, dari lay-out even yang dipasang di depan pintu masuk venue, kira-kira porsi buku anak mencapai 80 persen baik dari BBW sendiri dan penerbit Mizan. Buku anak yang dimaksud di sini adalah buku untuk anak-anak mulai balita hingga usia SD. Ada berbagai jenis buku mulai buku cerita bergambar atau picture books, activity books, pop-up books, sound books, AR (augmented reality) books, dan lain-lain.

Porsi buku anak yang sangat besar ini sudah pasti mengecewakan para pengunjung dewasa. Bahkan ada salah satu akun Instagram yang mengikuti akun Instagram BBW Indonesia (@bbwbooks_id) yang mengatakan bahwa BBW Surabaya tahun ini malah mirip children's book fair saking banyaknya buku anak. Saya setuju dengan pendapatnya.

Bagaimana tidak, buku- anak tersebar di berbagai tempat mulai pintu masuk, depan panggung, area penitipan hingga area kasir! Sementara buku-buku umum atau dewasa lainnya yaitu non fiksi, fiksi dan sastra hanya di kisaran 20 persen. 

Itu sudah termasuk buku-buku berbahasa Indonesia yang disediakan oleh pihak Mizan. Kurangnya porsi buku dewasa baik fiksi atau non-fiksi adalah kekurangan kedua yang saya tangkap dalam even tersebut.

Buku-buku impor ekonomi, bisnis dan manajemen impor, termasuk tentang leadership hanya terhampar di satu meja. Tahun lalu buku-buku bertema ini tersedia di dua meja dengan banyak sekali pilihan judul dari beragam penulis (catatan: meja yang digunakan di BBW Surabaya berukuran kira-kira 4 x 1,5 meter dimana buku-buku ditata di kedua sisi panjangnya). Tahun ini rasanya sungguh berbeda sehingga ada keterbatasan pilihan buku di topik ini.

Buku-buku fiksi dewasa impor yang tahun lalu bejibun, kini hanya tesedia di satu meja, begitu pula buku-buku sastra dalam bahasa Inggris. Buku-buku komik, graphic novel, dan fiksi remaja juga demikian, masing-masing hanya tersedia di satu meja dengan pilihan terbatas. Sampai saat ini saya hanya mendapatkan satu buku genre fiksi karena buku-buku fiksi yang ditawarkan kurang menarik hati saya.

Buku-buku non fiksi impor lainnya letaknya bercampur misalnya buku-buku bertema biografi bercampur dengan buku-buku sejarah, juga buku-buku self-help dibaurkan dengan buku-buku bertema kesehatan. 

Di meja kategori buku-buku Referensi, selain terlihat beberapa judul buku kamus dan ensiklopedia, ada sejumlah judul buku kategori umum yang dimasukkan ke dalam kategori ini. Kategori Referensi terhampar di dua meja.

Ketiga, mengenai petugas atau kru BBW saya memberi apresiasi atas kerja keras mereka selama even berlangsung. Namun patut disayangkan mereka kurang memiliki pengetahuan mengenai lokasi buku. Misalnya, salah seorang teman saya nyaris tidak dapat menemukan buku yang saya rekomendasikan lewat foto via aplikasi Whatsapp. Padahal saya sudah memandunya berdasarkan ingatan saya ketika menemukan buku tersebut.

Dalam foto yang saya ambil sebenarnya tercantum kode buku di atas angka harga. Tapi sayangnya kode buku tersebut tidak menunjukkan lokasi buku. Kru tidak tahu lokasi buku tersebut. Untungnya teman saya yang hampir menyerah pada akhirnya menemukannya. Hal ini juga dialami oleh salah satu pengunjung yang menceritakan pengalamannya di akun Instagram BBW Surabaya dimana kru tidak mengetahui posisi buku yang dimaksud.

Keempat, harga buku-buku yang ditawarkan semakin tinggi. Hal ini membuat nilai pembelian yang sama dengan tahun lalu akan mendapatkan jumlah buku yang lebih sedikit di tahun ini. Hal ini disebabkan dampak meningkatnya nilai tukar dolar terhadap rupiah.

Karena buku-buku yang ditawarkan mayoritas buku impor, maka harga buku menyesuaikan kondisi nilai tukar mata uang. Hal ini diinformasikan lewat akun Instagram BBW bahwa harga buku dapat berubah sewaktu-waktu. Sejumlah insiden kesalahan harga buku pun terjadi dimana sejulah buku yang harganya telah diperbarui di sistem ternyata tidak diikuti dengan penggantian label harga pada fisik buku sehingga memunculkan kekecewaan pembeli.

Kelima, mengenai isu yang lumayan hangat-hangat kuku dimana ada buku-buku yang kabarnya habis diborong oleh para jasa titip (jastip) membuat sejumlah calon pembeli perorangan tidak kebagian buku yang ia cari. Karena even BBW kali ini hanya digelar di kota Surabaya, hal ini membuka peluang bisnis jastip. Sebagai informasi, bisnis jastip ini juga ada di BBW Jakarta.

Para penyedia jastip menawarkan jasa membelikan buku-buku yang diinginkan customer-nya dengan mengutip ongkos jasa antara Rp 5.000 hingga Rp 20.000 rupiah per buku atau box set tergantung harganya bahkan ada juga yang mengenakan tarif flat atau pukul rata tidak memandang harga buku.

Jastip ini sangat mempermudah pecinta buku yang tinggal di luar kota Surabaya (atau Jakarta) atau penikmat buku yang tidak memiliki waktu untuk mengunjungi even BBW. Menjelang even dimulai, sejumlah jastip bermunculan di medsos mempromosikan diri. Ada yang berbisnis sendiri, ada juga sekumpulan orang-orang yang bekerja sama. Bahkan kabarnya diantara pebisnis jastip ada juga oma-oma yang juga ikut meramaikan jastip.

Sebuah fenomena lain muncul ketika ternyata ada pihak bulk buyer atau pembeli partai yang membeli buku dalam jumlah besar. Mereka membeli buku-buku di BBW tidak tanggung-tanggung, satu judul bisa puluhan eksemplar yang segera memenuhi troli belanjaan mereka. Bisa jadi mereka adalah jastip yang bisnisnya membesar atau mungkin pebisnis buku dadakan yang bermodal kuat.

Para jastip dan bulk buyer ini dirasa kurang tertib dalam berbelanja buku dan kurang mengedepankan etiket sehingga membuat pembeli perorangan merasa kurang nyaman berbelanja buku. Misalnya: membuat susunan buku berantakan ataupun berebut buku. Lihat video mereka berebut buku-buku di sini.

Mereka belanja buku banyak sekali hingga membuat stok buku ludes padahal buku-buku tersebut masih dicari oleh pembeli perorangan. Kabar miring  juga berhembus kalau para jastip atau bulk buyer itu juga tidak segan membongkar sendiri kardus stok buku, menghalangi jalur troli dengan sejumlah troli mereka yang penuh buku, atau mojok dengan bertumpuk buku.

Fenomena pembeli seperti ini baru saya lihat di BBW tahun ini walaupun sebenarnya sudah ada jastip sejak even pertama di tahun 2016. Selama ini saya mengira mereka adalah para Crazy Rich Surabayans yang penggila buku. Ternyata tidak selalu demikian. Saya melihat sendiri ketika sedang memilih buku di salah satu area, sejumlah pembeli membawa troli penuh buku yang kebanyakan berjudul sama. Beberapa tumpuk buku yang mereka bawa berukuran sama, ketebalan bukunya sama dan cover bukunya berwarna sama.

Kali lainnya, seorang wanita dengan sigapnya memindahkan puluhan eksemplar buku berjudul sama dari sebuah meja ke trolinya dengan santainya. Awalnya saya heran saja dengan hal itu tapi belakangan saya menjadi paham. Pembeli semacam ini pastilah kalangan bulk buyer, bukan sekadar jastip lagi.

Saya meyakininya karena untuk jastip meski belanja banyak buku tapi judulnya pasti berbeda-beda karena masing-masing customer-nya pasti punya perbedaan minat terhadap buku. Bisa jadi ada customer yang memesan buku berjudul sama tetapi saya kira tidak lebih dari tiga eksemplar.

Ada dugaan bahwa bulk buyer membeli banyak buku berjudul sama karena customer-nya yang lebih banyak dari jastip biasa menginginkan buku-buku tersebut. Tetapi ada dugaan lain bahwa buku-buku itu akan dijual lagi usai even BBW. Kemungkian dijual secara online atau offline dengan harga yang pastinya lebih tinggi dari harga di BBW. Sebuah akun yang mengikuti akun BBW Indonesia (@bbwbooks_id) menyebut mereka sebagai tengkulak buku.

Jika benar demikian, menurut saya bisnis semacam itu tidak etis, tidak terpuji. Mereka memanfaatkan harga buku di BBW yang sangat rendah untuk dijual lagi dengan harga normal. Padahal BBW sendiri sejatinya membanderol harga buku semurah-murahnya karena membawa misi untuk menumbuhkan minat baca masyarakat.

Uli Silalahi, Presiden Direktur PT Jaya Ritel Book Sale, menegaskan bahwa BBW menyiapkan buku bacaan yang baik dan berkualitas, sekaligus dengan harga yang terjangkau sehingga dapat meningkatkan minat baca masyarakat. (sumber).

Uli juga memberikan data bahwa BBW pertama tahun 2016 lalu minat baca masyarakat Jatim 69 persen, kemudian tahun di even kedua yaitu BBW tahun 2017, minat baca meningkat menjadi 72 persen. 

Untuk tahun ini diharapkan minat baca masyarakat Jawa Timur semakin meningkat lagi. (sumber). Artinya even ini berhasil mendongkrak pertumbuhan minat baca masyarakat. Saya kira misi yang sama juga diusung oleh GBS.

Jika dugaan adanya bulk buyer berbisnis buku dengan mengharapkan margin yang besar usai BBW, menurut saya motivasi bisnis mereka mengesampingkan misi BBW. Hal ini berbeda dengan jastip yang mengutip biaya jasa per buku yang menurut saya masih cukup wajar di luar ongkos pengepakan dan pengiriman ke alamat customer-nya.

Tetapi, di sisi lain, even BBW juga pastinya tidak jauh pula dari motivasi bisnis walaupun pada dasarnya punya misi mulia. Tidak dimungkiri, BBW juga perlu biaya operasional yang tidak murah, apalagi even tersebut menyewa gedung super besar yang dapat menampung jutaan buku dan ribuan orang. Secara bisnis, BBW Surabaya juga pasti menerima mandat peningkatan target penjualan dari BBW pusat di Malaysia. Pada akhirnya, pembeli jastip, bulk buyer juga memiliki posisi setara dengan pembeli perorangan.

Saya kira berbagai upaya pasti dilakukan oleh penyelenggara BBW Surabaya demi kenyamanan semua wolfies. Setelah sejumlah isu muncul di hari-hari pertama even, pihak BBW pun mengadakan evaluasi dan kabarnya kini suasananya makin kondusif. Saya belum mengetahui suasana terkini tetapi di hari Minggu lalu, area penitipan buku ditutup sehingga tidak terjadi penumpukan buku di sana.

Kebijakan penutupan area penitipan atau storage ini di satu sisi mencegah pengunjung nakal yang menitipkan buku-bukunya tetapi tidak mengambilnya dalam waktu 24 jam. Padahal mungkin pengunjung lain sedang mencari buku-buku tersebut. 

Di sisi lain, ditutupnya area penitipan akan merepotkan pengunjung perorangan misalnya jika ingin sejenak beristirahat di area food court atau ingin ke toilet ataupun menunaikan sholat.

Dalam setiap even pasti ada sejumlah kelebihan dan kekurangan. Semuanya pasti dievaluasi agar penyelenggaraan berikutnya akan lebih baik lagi. Termasuk even GBS dan BBW Surabaya (plus Mizan) yang sedang berlangsung di Jawa Timur yang kebetulan diadakan di waktu yang hampir bersamaan. Pada akhirnya yang diuntungkan adalah para konsumen pecinta buku yang dapat membeli buku bermutu dengan harga terjangkau.

Tetapi yang paling penting dari semua itu adalah, bahwa kesadaran membaca harus tertanam di benak setiap orang. Karena membaca buku adalah salah satu cara memanen pengetahuan dengan cara yang praktis. 

Buku adalah gerbang pengetahuan yang tak akan lekang oleh waktu. Kata orang tua, buku adalah jendela dunia. Jika kita bisa melihat keindahan dunia dari jendela, kita akan terdorong menemukan pintu menuju ke sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun