Mohon tunggu...
Gatot Tri
Gatot Tri Mohon Tunggu... Administrasi - Swasta

life through a lens.. Saya menulis tentang tenis, arsitektur, worklife, sosial, dll termasuk musik dan film.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Membedah Hakikat Kekayaan Kalangan OKL dan OKB

21 Juli 2018   10:53 Diperbarui: 21 Juli 2018   11:07 1236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi. sumber: motherjones.com

Sementara untuk OKB, mereka sangat memperhatikan penampilan dengan mengenakan pakaian yang (sering) bermerek. Persoalan nyaman tidaknya mungkin menjadi nomor kesekian. Saya kira sah-sah saja mereka membelinya karena mereka mampu membelinya. Tidak ada yang salah.

Saya memahami sebagian OKB dulunya adalah orang susah yang karena suatu hal -- seperti kenaikan jabatan, mendapat hadiah utama milyaran rupiah misalnya - membuat taraf ekonominya meningkat dan memiliki daya beli mumpuni.

Mereka bisa membeli apa saja yang diinginkan termasuk urusan pakaian. Jadi ketika ada penawaran fashion atau perhiasan model terbaru, mereka mungkin akan bergegas untuk mendapatkannya. Mungkin juga para OKB ini "membalas dendam" karena dulu ketika belum kaya mereka hanya punya beberapa potong baju atau hanya mampu membelinya setahun sekali.

Dalam mengenakan perhiasan, para OKB senang menampakkannya. Bagi mereka gemerincing gelang emas di tangan atau kilatan cahaya dari kalung-kalung emas yang ia kenakan adalah lambing kesuksesan mereka. Padahal itu perilaku seperti itu berpotensi mengundang kejahatan.

Para OKL juga senang perhiasan tetapi disimpan di rumah saja. Mereka senang tampil sederhana, tak jarang tanpa mengenakan perhiasan. Atau jika mereka ingin mengenakannya, mereka memilih gelang bercorak etnik berbahan batok kelapa atau kalung dari mutiara imitasi misalnya.

Ada satu cerita yang ingin saya bagikan, beberapa tahun lalu saya dan puluhan teman kantor saya pernah menghadiri suatu sesi ramah tamah dengan seorang pengusaha pria kaya raya tanah air yang sangat terkenal. Beliau datang dengan salah satu anggota keluarganya. Pertama kali melihat beliau secara langsung, menurut saya penampilannya jauh dari kata mewah.

Kami semua bertemu di sebuah hall perpustakaan yang berkarpet, membuat kami harus melepas sepatu kami. Kami duduk lesehan di karpet dan ngobrol. Beliau menyampaikan beberapa patah kata yang intinya wejangan dan motivasi positif yang sangat bermanfaat bagi kami semua.

Di belakang saya, saya mendengar kasak-kusuk beberapa teman saya yang ternyata memperhatikan salah satu kaus kaki yang dikenakan pengusaha itu berlubang. Saya meliriknya dan memang benar. Tetapi saya melihat beliau nyaman-nyaman saja dan tidak terlihat rasa malu. Bahkan dengan lugas menyampaikan banyak kata-kata yang berguna.

Padahal untuk sosok sekaya beliau, apa susahnya beli sepasang kaus kaki? Jika perlu, stok kaus kaki satu gudang bisa beliau borong untuk persediaan seumur hidup. Tapi saya melihat beliau mungkin tipe pengguna barang yang akan memakainya sampai barang itu tidak layak pakai atau rusak, baru ia akan menggantinya dengan yang baru.

Siapa yang lebih pembelajar?

Para OKL umumnya adalah pembelajar dan mereka pemuja pengetahuan. Karena mereka sadar bahwa dengan luasnya wawasan mereka dapat mengembangkan bisnis mereka. Untuk itu mereka membeli banyak buku-buku bermutu dan membuat sebuah perpustakaan pribadi di rumahnya atau di kantornya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun