Epos itu seperti mengingatkan kita di era saat ini dimana baik disadari atau tidak, fenomena Palgunadi itu menjadi sebuah fenomena budaya masyarakat dalam interaksinya dengan informasi dan pengetahuan.
Media sosial dalam perkembangan dunia maya saat ini, adalah patung patung Begawan Dorna atau bahkan sosok Palgunadi itu sendiri. Dalam perkembangan tehnologi informasi saat ini,  banyak sekali ditemukan  konten- konten  informasi apapun baik ilmu pengetahuan sosial, kesehatan, politik, sejarah, astronomi hingga arkeologi yang dibuat oleh konten kreator walau kadang, si pembuat konten tersebut sulit untuk ditemukan nashab kepakarannya.
Jika dua dekade silam berbagai informasi mengenai hal hal di atas adalah domain para pakar di bidangnya, kini, setelah perkembangan dunia maya, siapapun dapat belajar dari manapun yang diinginkan lalu disebarkan kemanpun. Banyak dari kita disadari atau tidak, telah berguru pada mahaguru dunia maya. Ya, patung patung dorna yang kita buat sendiri!
Di sisi lain, seakan seorang ahli, tidak sulit rasanya untuk membuat konten bidang tertentu secara  konsisten tentang sebuah tema dengan metode Searching, sunting, launching. Begitu mudahnyakah menjadi seorang "pakar" saat ini? Seperti Palgunadi yang bisa menjadi seorang ahli memanah hanya dengan belajar di depan patung Begawan Dorna.
Pada tahun 2017, Tom Nichols, seorang professor di US Naval War College dalam bukunya The Death of Expertise sudah meramalkan akan terjadinya fenomena di atas. Melalui buku yang dalam edisi bahasa indonesia berjudul Matinya Kepakaran ini, Nichols menganggap bahwa kemajuan teknologi informasi khususnya media sosial, mesin search engine  dan platform video media sosial lainnya akan melenyapkan "eksistensi"  kepakaran karena di media sosial dan dunia maya informasi yang dibuat oleh konten kreator dari kalangan orang awam dapat lebih dipercaya dari para pakar. Hal itu disebabkan salah satunya karna informasi kalangan awam jauh lebih mudah ditemukan di media sosial dibanding para pakar yang cenderung elitis.
Matinya kepakaran ini menurut Tom Nichols juga terjadi karena internet dan berbagai platform medsos saat ini telah menjelma menjadi maha guru dunia maya sebagaimana hutan dan patung Durna bagi para Palgunadi-Palgunadi masa kini. Internet sebagai wahana pencarian ilmu sekaligus upaya verifikasi yang efektif efisien sehingga dapat memunculkan para "pakar" baru.
Palgunadi di dunia nyata
Mungkin Arfian Fuadi dan M Arie Kurniawan adalah salah satu sosok Palgunadi di dunia nyata. Dua saudara kakak beradik dari Salatiga Jawa Tengah yang  hanya lulusan SMK ini, bisa meraih juara 1 dalam kompetisi  Global Challenge  membuat desain 3D bracket jet yang diadakan perusahaan raksasa General Electric (GE) asal Amerika. Dalam kompetisi yang diikuti oleh ratusan insinyur  dari berbagai negara itu, Arfian Fuadi dan M Arie Kurniawan  bahkan mampu mengalahkan seorang Doktor lulusan Oxford university yang bekerja di perusahaan Airbus.
Arfian dan Arie tidak memiliki latarbelakang pendidikan formal dalam bidang desain mekanik. Ia hanya belajar secara otodidak lewat internet. Namun ketekunan dan kesungguhannya membuat mereka yang hanya lulusan SMK itu mampu  mengalahkan seorang Doktor lulusan Oxford setelah berhasil merancang komponen pesawat jet generasi terbaru. Sebelumnya, berat komponen yang asli mencapai 2.033 gram. Mereka bisa mengurangi bobotnya menjadi hanya 327 gram.
Selain Arfian dan Arie, masih banyak Palgunadi-Palgunadi yang bisa ditemukan di Indonesia. Sebut saja Edy Purnomo, seorang laki laki asal Kudus Jawa Tengah yang hanya lulusan MTs ini mahir merakit motor custom hanya dengan belajar melalui platform youtube tanpa latar belakang pendidikan tehnik sama sekali. Bahkan dengan keahliannya itu, ia bisa membuak bengkel motor custom yang melayani pesanan dari beberapa kota di Jawa Tengah.
Inilah keajaiban kampus media sosial. Budaya baru ini juga mampu mengguncang singgasana para pakar. Sehingga, jika semula nyaman duduk di menara gading. kini harus mau berdamai dengan munculnya kepakaran kepakaran gaya baru yang tanpa label akademis tetapi banyak bermunculan di berbagai platform media sosial membahas berbagai macam persoalan.