Sekar menatap Sigit dengan tajam. Gadis itu terlihat gemas.
“Kamu jangan pura-pura bego deh. Yang tadi itu kan cuma pura-pura. Cuma akting. Supaya aku bisa menghubungi kamu dan...”
“Wah cuma pura-pura?” Sigit menggaruk kepalanya. “Padahal tadi aku sudah sempat berbunga-bunga lho. Jadi, yang ‘beib’ itu, panggilan ‘sayang’ itu, juga pura-pura?”
“Gak usah banyak omong. Sebaiknya kau perhatikan jalan di depan, beib...” Sekar berujar ketus, dan sengaja memberi penekanan pada kata beib.
Sigit kembali tersenyum. Setidaknya, dia lebih menyukai melihat gadis ini bersikap ketus daripada melihatnya murung.
Sigit menekan dashboard mobil, dan mengaktifkan panel speaker interkoneksi level dua, sehingga pembicaraannya melalui komunikator bisa terdengar pada speaker. Karena dia kini bersama Sekar, Sigit pikir ada baiknya jika gadis ini juga mendengar komunikasinya dengan rekan-rekannya
" Team Leader pada Blue Hawk, bagaimana perkembangannya?" Sigit memanggil.
Terdengar suara gemerisik. Doredo belum menjawab.
"Blue Hawk," panggil Sigit kembali.
Tiba- tiba...
Blarrrrrrr.