Dirundung kepanikan, gawang Liverpool kembali bobol pada menit ke 39. Melalui skema serangan balik, Kaka yang mengirim bola ke arah Andriy Shevchenko langsung dimanfaatkan untuk memberi umpan Hernan Crespo. Dengan satu sentuhan, Crespo berhasil menjebol gawang Dudek.
Tak sampai lima menit, atau tepat pada menit ke 44, Crespo kembali menjebol gawang Liverpool, dimana kali ini dia berhasil memanfaatkan umpan terobosan yang dilancarkan Ricardo Kaka.
Skor 3-0 menutup paruh pertama dan membuat seluruh skuad Milan bergembira terlalu cepat. Di ruang ganti, para pemain disebut telah merayakan kemenangan. Padahal mereka tidak tahu bila itu adalah awal dari kehancuran yang bakal diterima di akhir cerita.
Babak kedua dimulai, entah apa yang dikatakan Rafael Benitez kepada anak asuhnya, Liverpool kini menjadi tim yang memegang kendali permainan. Dengan masuknya Hamann, mereka merubah skema menyerang menjadi 3-5-2.
Asa Liverpool mulai terbuka ketika kapten mereka, Steven Gerrard, berhasil memperkecil keunggulan pada menit ke 54. Belum cukup sampai disitu, dua menit berselang Vladimir Smicer berhasil membuat skor jadi 3-2 usai tendangan jarak jauhnya tak dapat dijangkau Nelson Dida.
Comeback dramatis Liverpool lantas kian temui puncaknya usai Xabi Alonso ikut catatkan namanya di papan skor. Pada menit ke 60, meski tendangan 12 pasnya berhasil digagalkan, pemain asal Spanyol itu berhasil menyambut bola rebound dan membuat skor jadi sama kuat 3-3.
Saat itu, pertandingan jadi kian menegangkan usai Milan tak berhenti lancarkan serangan. Mereka masih tidak percaya dengan gelontoran tiga gol yang tercipta hanya dalam waktu enam menit saja!
Meski terus lakukan gempuran, skor sama kuat bertahan hingga 90 menit lamanya.
Di babak tambahan, kedua sama-sama tak dapat mencetak gol hingga gelar juara pun harus dipastikan melalui drama adu penalti. Dalam hal ini, Liverpool jelas jadi tim yang diuntungkan. Pasalnya, semua orang yang melihat perjuangan mereka dalam menyamakan skor 3-3 saja sudah sangat luar biasa. Apalagi kalau sampai berhasil meraih gelar juara. Maka itu akan jadi malam yang sangat bersejarah.
Sementara Milan, mereka mendapat tekanan yang jauh lebih besar. Jadi tim yang diunggulkan dan sudah memimpin 3-0 di babak pertama tentu membuat semua mewajarkan bila Milan meraih gelar juara.
Akan tetapi inilah sepakbola. Drama yang tercipta masih lebih indah dari film romansa, dan adrenalin yang diciptakan masih lebih menantang dari kisah seorang pria yang akan menyatakan cinta kepada wanita idaman.