Melalui gawang-gawang yang terpantul dari proyektor tersebut, pelatih akan mengetahui kemampuan operan, kecepatan menendang, hingga ketetapan pada sasaran yang telah ditetapkan dari setiap pemain.
Fasilitas yang kelima ada Local Position Measurement (LPM). Sistem ini memungkinankan pelatih mendapatkan data setiap detail gerakan pemain di atas lapangan.Â
Data yang didapat dari teknologi ini akan sangat berguna bagi pelatih dan pemain itu sendiri untuk mengembangkan permainan.Â
Karena inovasi itu mencakup data kecepatan pemain, perlambatan gerakan, peluang operan, penguasaan bola, hingga ke detail seperti detak jantung, pernapasan, sampai suhu kulit.
Yang membuat istimewa lagi, dikatakan bahwa sistem LPM 100 kali lebih presisi dari GPS.
Pemain Jebolan Akademi Red Bull
Dengan investasi yang dilakukan di sistem akademi, Red Bull Salzburg boleh dikatakan telah menuai hasilnya. Selain mampu merengkuh gelar liga secara beruntun, mereka juga bisa bicara banyak di level Eropa.
Beberapa pemain terbaik yang pernah mengenyam pendidikan di akademi ini adalah Xaver Schlager, yang sudah bergabung dengan Salzburg sebagai pemain muda pada 2012 silam.Â
Menyumbangkan sebanyak empat gelar liga kepada Salzburg, Xaver Schlager kini jadi salah satu yang cukup diperhitungkan di Wolfsburg.
Kemudian ada nama Marcel Sabitzer yang meski tak bergabung dengan tim muda Salzburg, dia berhasil menjadi penggawa andalan di tim senior mereka.Â
Merasakan sistem latihan dengan teknologi tinggi, Marcel Sabitzer yang kini berusia 28 tahun jadi buruan klub top Eropa hingga langkahnya bermuara di raksasa Bundesliga, FC Bayern.