Mohon tunggu...
Garin Nanda
Garin Nanda Mohon Tunggu... Freelancer - @garinnanda_

Mengemas sebuah cerita jadi lebih bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Kepiluan Tentang Kutukan 100 Tahun Benfica

28 April 2023   08:16 Diperbarui: 28 April 2023   08:19 562
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: eurosport

Sejak 60 tahun lalu sampai sekarang, kutukan buat raksasa Eropa, Benfica, sedang bekerja. Klub berjuluk The Eagles dikutuk tidak akan sekalipun memenangkan gelar juara Eropa hingga 100 tahun lamanya. Kutukan yang lambat laun dipercaya oleh kebanyakan orang, khususnya penggemar Benfica itu sendiri, diberi nama kutukan Guttmann.

Kutukan Guttmann, atau kutukan yang berasal dari pelatih legendaris bernama Bela Guttmann itu dipercaya sebagai satu yang paling nyata hingga sekarang.

Bela Guttmann merupakan sosok Yahudi yang hidup di era keganasan Nazi. Masa mudanya dipenuhi dengan pelarian dari kenyataan ketika dia berada di antara 20 ribu Yahudi yang tewas diberantas Nazi. Dia yang sangat mencintai sepak bola sempat berkarir sebagai pemain profesional. Akan tetapi, namanya tak banyak dikenal.

Tercatat dia hanya tampil bersama tim eksekutif Yahudi seperti Hakoah Wien dari Austria, New York Hakoah, dan Hakoah All-Stars asal Amerika Serikat. Namun ketika beralih profesi menjadi seorang pelatih, sosoknya langsung berubah drastis. Gen jenius yang mengalir deras dalam tubuhnya membuat Bela Guttmann pandai meracik tim. Pesonanya pun tak bisa dipandang sebelah mata. Belum lagi keberaniannya dalam menjelajah berbagai belahan bumi. Itu dibuktikan dengan sebanyak 25 tim dari 12 negara yang dibesutnya.

Bagaimana Kutukan Guttmann Tercipta?

Salah satu kenangan dan prestasi terbaiknya sebagai seorang pelatih hadir ketika dia membesut kesebelasan asal Portugal, Benfica. Tepat pada 1959, dia ditunjuk melatih Benfica dan mulai mempertunjukkan keahliannya.

Bersama Guttmann, Benfica menjelma menjadi tim superior. Tepat ketika dia mendarat sebagai pelatih, sebanyak 20 pemain dilepas dan digantikan oleh kumpulan anak-anak muda. Kegemilangan Guttmann sebagai pelatih jempolan kian tak terbantahkan ketika dia dibantu oleh pemain macam  Eusbio, Jos guas, Jos Augusto, Costa Pereira, Antnio Simes, Germano, dan Mrio Coluna.

Prestasinya? Benfica sukses memenangi gelar liga tahun 1960 dan 1961. Tapi tunggu dulu, itu tidak menjadi raihan terbaiknya selama menjabat sebagai pelatih Benfica. Sebab, dia masih tercatat sebagai sosok yang berhasil membawa gelar Eropa terakhir ke lemari piala Benfica pada tahun 1962, di mana itu jadi yang kedua secara beruntun setelah setahun sebelumnya prestasi yang sama berhasil didapat.

Tak tanggung-tanggung, di tahun 1961, Benfica berhasil mengalahkan klub sebesar FC Barcelona dengan skor tipis 3-2.

Kemudian pada tahun 1962, catatan lebih gila dipersembahkan oleh Bela Guttmann. Benfica yang bertemu Real Madrid di partai final sukses menang besar dengan skor 5-3. Tiga gol Ferenc Puskas ketika itu menjadi sia-sia setelah Benfica asuhan Guttmann mampu menjebol gawang el Real sebanyak lima kali.

Merasa bahwa prestasinya jauh melebihi harapan, Bela Guttmann langsung menemui manajemen Benfica sepulang dari Amsterdam, tempat partai final Eropa tahun 1962 digelar. Dia meminta kenaikan gaji atas kinerjanya. Namun presiden baru Benfica ketika itu, Antonio Carlos Cabral Fezas Vital, menolak permintaan Guttmann. Vital menganggap jika permintaan Guttmann dianggap terlalu tinggi dan sangat tidak masuk akal.

Mendengar penolakan tersebut, Guttmann merasa tersinggung dan memilih mundur dari kursi kepelatihan Benfica. Tak hanya mengundurkan diri, dia juga mengucapkan sumpah serapah yang sampai saat ini akibatnya masih dirasakan oleh seluruh komponen yang berada di kubu Benfica.

"Dalam waktu seratus tahun dari sekarang, Benfica tidak akan pernah lagi menjadi juara Eropa,"

Kira-kira begitu kekecewaan yang diucapkan Guttmann kepada Benfica.

Permintaan Guttmann kepada manajemen soal kenaikan gaji sejatinya sangat bisa dipahami. Sekali lagi, Guttmann bukanlah sosok sembarangan. Dia bahkan berperan penting dalam manuver yang dilakukan Benfica untuk bisa menggaet Eusebio. Sebagaimana diketahui, Eusebio sudah dipantau lebih dulu oleh klub rival, yakni Sporting Lisbon. Namun berkat jasa Guttmann, bakat calon legenda besar itu berhasil diamankan.

Selain itu, Guttmann juga memiliki filosofi ciamik. Dia membuat Benfica menjadi pasukan yang sangat berbahaya ketika melakukan serangan. Itu terjadi setelah dia begitu mengandalkan skema permainan menyerang sepanjang laga.

 "Saya tak pernah keberatan jika lawan mencetak gol karena saya selalu percaya jika kami bisa mencetak lebih banyak gol," kata Guttmann.

Lebih dari itu, dia juga menuntut setiap pemain untuk tidak asik sendiri dan cekatan dalam mengoper bola. Slogan yang kemudian ia sebut 'ping pang-pong' and 'ta-ta-ta'.

Jangan lupakan pula metode tata kelola pemainnya yang disumbangkan kepada Benfica, ketika dia mengatakan bila regenerasi pemain sangatlah penting. Guttmann tidak akan membiarkan tim inti sebuah klub bertahan selama tiga tahun. Harus ada talenta baru bermunculan demi penyegaran. Hal itu pun terbukti berhasil membuat Benfica menjadi kesebelasan hebat.

Rentetan Kegagalan yang Diterima Benfica

Meski mulanya banyak yang tidak percaya, ucapan Guttmann mulai dipahami sebagai kutukan yang sangat mengerikan oleh para penggemar. Betapa tidak? Ketika berhasil melaju ke partai final kejuaraan Eropa sebanyak tujuh kali, Benfica gagal memenangi satu pun di antaranya.

Pertama, Benfica memang berhasil melanjutkan kegemilangan dengan melaju ke partai final Liga Champions Eropa tahun 1963. Disana, mereka bertemu AC Milan yang notabene belum pernah menjadi juara Eropa. Maka, prediksi di atas kertas memunculkan nama Benfica sebagai kandidat terkuat.

Namun, mereka justru gagal meraih kemenangan setelah Milan sukses melesatkan dua gol melalui aksi Jos Altafini. Sementara Benfica cuma bisa mencetak satu gol lewat aksi Eusebio.

Masih berlanjut, Benfica kembali lolos ke partai final Liga Champions Eropa pada tahun 1965, di mana kali ini musuh yang dihadapi adalah Inter Milan. Lagi-lagi, Benfica gagal meraih gelar juara usai tak mampu menembus pertahanan grandel skuad asuhan Helenio Herrera yang dikomandoi Giacinto Facchetti.

Meski gagal memenangkan laga final melawan La Beneamata, para penggemar Benfica masih belum percaya akan kutukan Guttmann. Sebab di laga Inter Milan mereka percaya bila taktik yang dimainkan Elek Schwartz salah. Schwartz dianggap terlalu kaku dalam memainkan pola 4-2-4, sehingga tak mampu menembus pertahanan Inter Milan.

Namun keyakinan suporter Benfica untuk tidak mempercayai kutukan Guttmann seketika runtuh saat pada tahun 1968, 1988, dan 1990, mereka sama sekali tak mampu menggondol satu pun Piala Champions meski lolos ke partai final. Klub semacam Manchester United, PSV Eindhoven, sampai AC Milan, menjadi tim yang seolah kian menguatkan kutukan Guttmann.

Khusus di laga final melawan AC Milan tahun 1990 yang diselenggarakan di Vienna, di mana lokasi tersebut juga menjadi tempat Guttmann meninggal dan dikuburkan pada 28 Agustus 1981, Eusebio bahkan sampai berdoa di makamnya serta meminta agar kutukan terhadap Benfica diangkat. Namun seperti yang kita semua tahu, upaya itu berakhir sia-sia.

Teranyar, kompetisi kelas dua yakni Europa League turut memberi andil bagi kegagalan Benfica di kejuaraan Eropa. Adalah ketika pada tahun 2013 dan 2014 mereka dipecundangi di partai final.

Di tahun 2013, Benfica harus bertekuk lutut atas Chelsea setelah Branislav Ivanovic mencetak gol di penghujung laga untuk memastikan kemenangan 2-1 the Blues. Lalu pada tahun 2014, mereka yang menghadapi Sevilla kalah lewat drama adu penalti dengan skor 4-2.

Kesunyian yang diciptakan Guttmann di Benfica seolah sampai menyentuh titik nadir ketika tim muda mereka juga gagal di laga final UEFA Youth League tahun 2014, 2017, dan 2020. Beruntung pada tahun 2022 ini, anak-anak muda Benfica berhasil memenangi turnamen tersebut usai di partai final sukses menekuk perlawanan RB Salzburg dengan skor telak 6-0.

Namun meski tim muda mereka mampu memenangi turnamen Eropa, kepiluan yang dirasakan akibat dari ucapan Guttmann masih saja menghantui perjalanan Benfica. Bila kutukan ini benar-benar mencapai waktu yang ditetapkan Guttmann, maka Benfica baru akan berpesta di Eropa pada tahun 2062 mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun