Mohon tunggu...
Garin Nanda
Garin Nanda Mohon Tunggu... Freelancer - @garinnanda_

Mengemas sebuah cerita jadi lebih bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Bagaimana Cara Benfica Mendapat Keuntungan Besar dari Bisnis Jual Beli Pemain?

25 April 2023   07:14 Diperbarui: 26 April 2023   04:03 1420
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Benfica menjadi tim sepak bola yang memiliki keuntungan terbesar dari bisnis jual-beli pemain. Sumber: AFP/Carlos Costa via kompas.com

Selain mengejar prestasi untuk mendapat status sebagai tim tertinggi, klub-klub sepakbola, yang terletak di Eropa khususnya, juga menaruh orientasi pada bisnis agar mendapat profit yang tak kalah tinggi. Di era seperti sekarang ini, keseimbangan finansial menjadi satu faktor penting bagi kesuksesan sebuah klub sepakbola.

Setelah terdapat sejumlah cara untuk bisa mendapat income demi menyeimbangkan neraca keuangan, ada satu yang saat ini banyak dibicarakan. Adalah bisnis penjualan pemain. Tim-tim seperti Lille, AS Monaco, FC Porto, sampai Ajax Amsterdam sering disebut sebagai penghasil dana besar melalui penjualan bakat yang dimiliki. Namun nyatanya, Chelsea lah yang dalam sepuluh tahun terakhir, menjadi pengeruk pendapatan terbesar dari penjualan pemain.

Mereka tercatat telah berhasil mengumpulkan sebanyak 1,09 miliar euro, dengan nama Eden Hazard jadi penyumbang terbesar. Namun sayangnya, satu hal yang dilupakan Chelsea adalah mereka tidak membarengi pendapatan besar dari penjualan pemain dengan pengeluaran yang seirama. Yang ada, Chelsea justru mengalami kerugian sebesar 496,6 juta euro karena telah mengeluarkan sebanyak 1,58 miliar euro hanya untuk membeli pemain saja.

Sementara itu, bukan Lille, AS Monaco, FC Porto, atau Ajax, yang menjadi tim dengan profit terbaik dari penjualan pemain, namun SL Benfica, yang duduk di posisi teratas dengan keuntungan mencapai 594,5 juta euro. Klub asal Portugal itu telah mendapat pundi-pundi sebesar 1,06 miliar euro dari penjualan pemain dan hanya membutuhkan dana sekitar 470 juta euro untuk menyempurnakan skuad.

Penjualan Terbesar yang Dilakukan Benfica

Dari banyaknya bintang yang disebar ke seluruh klub top Eropa, terdapat 10 nama yang menyumbang pundi-pundi terbesar bagi Benfica. Nama pertama adalah Angel Di Maria, yang diboyong oleh Real Madrid senilai 25 juta euro saat usianya baru menginjak 22 tahun. Padahal, Di Maria hanya didatangkan dengan nilai 6 juta euro saja dari Rosario Central.

Darwin Nunez dan Joao Felix (sumber gambar: goal indonesia)
Darwin Nunez dan Joao Felix (sumber gambar: goal indonesia)

Selanjutnya ada nama Renato Sanches yang merupakan jebolan akademi klub. Hanya bermain selama semusim saja di tim utama, Renato Sanches langsung diboyong FC Bayern dengan mahar sebesar 35 juta euro. Dia yang sempat dilepas ke Swansea kemudian menjadi pembelian termahal Lille dengan nilai 25 juta euro.

Masih dengan penjualan senilai 35 juta euro, nama Victor Lindelof dan Nelson Semedo jadi pemain selanjutnya, dimana masing-masing bergabung dengan Manchester United dan FC Barcelona. Kedua pemain tersebut sebelumnya tampil bersama tim Benfica B sebelum akhirnya sama-sama dipromosikan ke tim utama pada tahun 2015 silam.

Nama berikutnya adalah Raul Jimenez yang dilepas ke Wolverhampton dengan mahar 38 juta euro. Lalu di posisi lima besar ada nama Axel Witsel yang diboyong dari Standard Liege dengan nilai 10 juta euro, untuk kemudian dilepas ke Zenit St Petersburg dengan nilai 40 juta euro.

Di posisi keempat, Ederson Moraes layak dinobatkan sebagai salah satu pemain yang paling menguntungkan Benfica. Diboyong dari Rio Ave senilai 435 ribu euro, kiper berpaspor Brasil itu kemudian diboyong Manchester City dengan nilai 40 juta euro. Selain Ederson Moraes, Manchester City juga turut memboyong bakat muda yang moncer bersama akademi Benfica, Ruben Dias. Pemain yang bertugas menjaga lini pertahanan itu ditebus dengan mahar 56 juta euro pada tahun 2020 lalu.

Kemudian, kepergian Darwin Nunez ke Liverpool pada musim panas 2022 menjadi penjualan terbesar kedua dalam sejarah Benfica. Pemain Uruguay yang terkenal produktif di musim 2021/22 dengan catatan 34 gol dalam 41 pertandingan itu resmi diboyong Liverpool.

The Reds, yang dilatih Jurgen Klopp, rela menggelontorkan dana sebesar 100 juta euro untuk memboyong sang pemain berusia 22 tahun itu ke Anfield. Padahal, Benfica hanya perlu mengeluarkan dana sebesar 24 juta euro saja ketika menebusnya dari Almeria pada 2020 lalu. Jangan lupakan pula penjualan yang dilakukan Benfica atas nama Enzo Fernandez ke Chelsea belum lama ini. Pemain yang bersinar di gelaran Piala Dunia 2022 diboyong dengan ahar sebesar 121 juta euro atau setara 1,97 triliun rupiah. padahal Enzo cuma didatangkan dengan mahar 18 juta euro atau setara 297 miliar rupiah dari River Plate pada 2019 silam.

Di posisi pertama, nama Joao Felix masih menjadi penjualan termahal Benfica usai diboyong Atletico Madrid pada 2019 lalu dengan nilai sebesar 126 juta euro.

Cara Benfica Mendapat Untung Besar dari Penjualan Pemain

Untuk bisa menjadi tim dengan profit tertinggi dari hasil penjualan pemain dalam setidaknya sepuluh tahun terakhir, Benfica memiliki siklus yang cukup sederhana.

Pertama, mereka akan mencari talenta terbaik yang tersebar di seluruh Portugal maupun dari luar. Kemudian klub akan mengembangkan bakat yang telah dikumpulkan, dalam sebuah sistem akademi. Setelah itu, pemain terpilih tentu akan menjalani pengalaman di tim utama dan seringkali mendapat tawaran dari klub-klub besar Eropa. Dari situ, klub akan menjual pemain berbakat dengan nilai yang relatif besar dan mendapat keuntungan. Untuk pemain berbakat yang telah pergi, Benfica akan dengan cepat mencari pengganti.

Yang jadi pertanyaan sekarang, bagaimana kemudian Benfica bisa menerapkan itu semua?

Untuk proses pencarian bakat, terdapat sejumlah langkah yang cukup menarik. Seperti diketahui, Portugal memiliki "hubungan" yang cukup erat dengan Brasil. Dahulu, Portugal sempat menempati Brasil hingga membuat negara di bagian selatan Amerika itu punya "corak" serupa dengan negara yang beribukota di Lisboa.

Brasil yang merupakan negara penghasil bakat sepakbola terbaik, kemudian dimanfaatkan Benfica yang berbasis di Portugal untuk mencari pemain-pemain berkualitas. Perwakilan Benfica tak ragu untuk menempuh jarak bermil-mil jauhnya hanya untuk mencari berlian sepakbola di negeri Samba.

Dengan bahasa yang tidak jauh beda serta budaya yang tidak terlalu mengagetkan, membuat 40% dari pemain asing yang bermain di Liga Portugal berasal dari Brasil. Sementara itu, 40% dari pemain yang didatangkan dan dilepas oleh Benfica, memiliki kewarganegaraan Brasil.

David Luiz dan Ramires menjadi nama Brasil yang sempat didatangkan Benfica di usia muda. Keduanya lalu dilepas ke Chelsea dan berhasil memberi keuntungan kepada klub sebesar 40 juta euro.

Sementara itu, untuk mendapat pemain potensial dari Portugal, Benfica sengaja membangun pusat latihan yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Terdapat sejumlah bangunan yang disiapkan bagi para pemuda Portugal untuk wujudkan mimpi jadi seorang pemain sepakbola profesional.

Cara itu terbukti ampuh karena dengan adanya pusat latihan di berbagai daerah, pemain yang masih berusia muda tidak perlu meninggalkan kampung halaman dan tetap bisa berada dekat dengan keluarga sembari fokus berlatih sepakbola di pusat latihan Benfica.

Joao Felix, Renato Sanches, sampai Ruben Diaz merupakan bukti dari keberhasilan sistem ini, dimana ketiga pemain itu mampu memberi keuntungan sebesar 230 juta euro bagi klub.

Dalam mendapatkan bakat terbaik di Portugal, Benfica boleh dibilang tidak menemui kendala berarti. Hal ini berkaitan dengan kekuatan finansial yang tidak seimbang di liga lokal, dimana keuntungan yang didapat Benfica senilai 18 juta euro dari keberhasilan masuk ke fase grup Liga Champions Eropa musim lalu, punya nilai yang sama dengan seluruh skuad kontestan liga lainnya, Paos de Ferreira.

Dengan keunggulan dana yang dimiliki, Benfica bisa dengan mudah menggaet bakat terbaik yang tersebar di seluruh Portugal.

Setelah berhasil mendapatkan bakat yang diinginkan, Benfica lantas mengembangkannya di akademi mereka. Fasilitas di akademi memungkinkan para pemain binaan untuk berkembang dengan mudah.

Kampus akademi Benfica, yang dibuka pada tahun 2006 silam memiliki fasilitas yang bisa membuat para pemain berkembang secara sempurna. Terdapat sembilan lapangan bermain, 20 ruang ganti, dua auditorium, tiga arena kebugaran dengan peralatan kelas atas, sampai arena lainnya yang sangat memanjakan para pemain.

Menurut pelatih tim muda Benfica. Luis Nascimento, akademi adalah tempat yang sangat fundamental bagi Benfica. Itu bisa memberikan klub berbagai keuntungan, baik dari segi keolahragaan, sosial, hingga finansial. Dengan peralatan canggih, perkembangan pemain dipantau secara detail. Selain mengedepankan segi taktis, pendidikan karakter juga menjadi prioritas utama bagi setiap pemain.

Direktur teknik Benfica, Rodrigo Magalhaes, menjelaskan bila Benfica berfokus pada pencarian bakat usia 6 hingga 13 tahun. Menurutnya, itu adalah usia emas seorang pemain untuk dibentuk menjadi bintang. Selain tujuan teknis di lapangan, Rodrigo Magalhaes juga senada dengan pernyataan pelatih tim muda Benfica, bahwa klub terus mengajarkan para pemain tentang sopan santun, kepemimpinan, dan kepercayaan diri.

Menurut Rodrigo Magalhaes, pemain yang berhasil merepresentasikan tentang sempurnanya skil di atas lapangan dan punya karakter kuat adalah Ruben Dias. Pemain binaan akademi itu disebut telah berhasil menggabungkan antara dua elemen penting yang menjadi fokus pembelajaran di tim muda Benfica.

Ruben Dias tak hanya tenang dalam mengawal pertahanan, lebih dari itu, dia juga tenang ketika berargumen dengan sang pengadil lapangan. Lalu, dia juga tak segan untuk memberi arahan kepada rekan setimnya bila memang dibutuhkan. Dengan atribut yang dimiliki, tidak menjadi sesuatu yang mengejutkan ketika klub sekelas Manchester City berani menebusnya dengan nilai lebih dari 50 juta euro.

Memiliki fasilitas akademi yang sangat baik dan punya daftar pelatih yang mumpuni, pada akhirnya membuat Benfica berhasil menelurkan nama-nama seperti Ruben Dias, Joao Felix, Joao Carvalho, Nelson Semedo, Ederson, Victor Lindelof, Goncalo Guedes, Helder Costa, Renato Sanches, Joao Cancelo, Bernardo Silva, Andre Gomes, sampai Ivan Cavaleiro.

Menurut laporan Goal, Benfica berhasil mendapatkan dana sebesar 900 juta euro hanya dengan menjual pemain dari didikan akademi saja.

Ketika telah berhasil menjual para pemainnya, otomatis Benfica harus segera mencari penggantinya. Dalam hal ini, mereka benar-benar melakukan hal yang terbilang sempurna. Hampir seluruh pemain pengganti yang didatangkan berhasil menunjukkan performa gemilang untuk nantinya bisa kembali dijual dengan harga mahal.

Squawka merangkum deretan pemain pengganti yang berhasil membuat Benfica selalu sukses dapatkan keuntungan dari bisnis jual-beli pemain. Diantaranya adalah Ederson Moraes yang berhasil gantikan peran Jan Oblak yang hengkang ke Atletico Madrid, Ljubomir Fejsa yang sukses gantikan peran Nemanja Matic yang dilego ke Chelsea, Jonas yang didatangkan gratis dari Valencia untuk gantikan Oscar Cardozo, sampai Konstantinos Mitroglou yang dengan cemerlang gantikan kepergian Rodrigo ke Valencia.

Belum lagi Odysseas Vlachodimos yang ditunjuk untuk gantikan peran Ederson Moraes, Victor Lindelof yang diambil dari akademi untuk gantikan Ezequiel Garay, hingga nama Nicolas Otamendi yang mampu gantikan peran Ruben Dias di jantung pertahanan Benfica.

Untuk saat ini saja, Benfica sudah menyiapkan nama Petar Musa yang didatangkan dari Boavista seharga 5 juta euro untuk gantikan peran Darwin Nunez, yang diboyong Liverpool dengan mahar lebih dari 1 triliun rupiah.

Celah Kerugian dari Bisnis Penjualan Pemain

Namun selalu ada celah dalam setiap pergerakan menguntungkan. Bagi Benfica, bisnis menjual pemain memang memberi banyak sekali pundi-pundi uang. Akan tetapi, dari situ pula mereka tidak pernah mencapai level tertinggi untuk bersaing di kompetisi terbaik Eropa.

Benfica secara rutin menjual pemain yang memang sudah matang untuk menjadi bintang. Mereka fokus ke segi penjualan, ketimbang mempertahankan pemain yang berpotensi memberi keuntungan bagi klub dari segi prestasi di level Eropa.

Apa yang kemudian menjadi kerugian Benfica sejatinya disayangkan oleh Rodrigo Magalhaes. Dalam setiap tahunnya, direktur teknik klub itu selalu bermimpi untuk bisa melihat Benfica meraih gelar juara Liga Champions Eropa, dengan setidaknya lima pemain jebolan akademi didalamnya.

Nuno Gomes, yang merupakan legenda Benfica, turut memberikan komentar tentang fenomena ini. Dia berkata,

"Menjual pemain bintang ke klub yang punya dana besar membuat Benfica sulit untuk bersaing di Liga Champions Eropa. Tapi inilah model yang mereka pilih. Para penggemar harus memahami situasi ini. Benfica akan terus memproduksi bintang besar dan menjualnya,"

"Klub selalu berada pada titik dimana mereka tidak bisa menolak tawaran besar yang diajukan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun