Mohon tunggu...
Garin Nanda
Garin Nanda Mohon Tunggu... Freelancer - @garinnanda_

Mengemas sebuah cerita jadi lebih bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Mengingat Momen Bersejarah Ketika Raul Gonzalez Jadi Legenda Schalke

12 Oktober 2022   10:49 Diperbarui: 12 Oktober 2022   11:34 1140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nama Raul Gonzales begitu lekat dengan raksasa Spanyol, Real Madrid. Torehan 325 gol untuk klub ibu kota membuatnya masuk ke dalam jajaran pemain legendaris klub sepanjang masa. Belum lagi deretan gelar yang turut ia bantu menangkan selama mengabdi untuk tim kota kelahiran.

Raul memang pantas disebut sebagai legenda, tak hanya bagi klub, namun juga sekaligus sejarah sepakbola. Lahir dengan nama Raul Gonzalez Blanco, talentanya ditemukan ketika sedang asyik bermain bersama klub local, San Cristobal. Dari situlah kemudian para pemandu bakat Atletico Madrid membawanya ke akademi Rojiblancos pada awal 1990. Akan tetapi, tak lama berselang, tim muda Atletico ditutup atas perintah presiden klub, Jesus Gil, ayah dari presiden klub Miguel Angel Gil Marin.

Keputusan kontroversial tersebut diambil lantaran Jesus Gil menganggap keberadaan tim muda hanya merusak neraca klub. Baginya, untuk apa mempertahankan pembinaan pemain muda di tengah krisis keuangan yang mencekik.

Dari situ, Real Madrid datang untuk membujuk Raul, agar mau bergabung dengan Los Blancos. Hasilnya, dia berhasil melakoni debut dengan tim utama dan terus menciptakan momen-momen bersejarah. 

Raul menjadi pemain yang lama bertahan, ketika klub mendatangkan sejumlah nama hebat dalam balutan proyek Los Galacticos. Dia telah banyak bermain dengan para legenda sepakbola, tak terkecuali Cristiano Ronaldo. 

Namun sayang, dia tak bisa mewujudkan mimpi untuk mengakhiri karir di Real Madrid. Petualangan manis selama belasan tahun harus berakhir saat kontraknya habis pada 2010. Sang Raja pun harus pamit untuk merapat ke Schalke. Raul pergi meninggalkan warisan 325 gol yang sempat menjadikannya top skorer klub sepanjang masa.

Tiba di Jerman, Raul disambut bak dewa. Dia resmi menandatangani kontrak dua tahun dengan Schalke. 

"Kami telah menandatangani kontrak dengan pemain sepak bola hebat dan pencetak gol dunia,"  

"Langkahnya merupakan keputusan penting dalam upaya kami memperkuat tim." kata pelatih Schalke saat itu, Felix Magath. (BBC, 2010)

Kedatangan Raul bertujuan untuk mengisi posisi poros depan setelah Kevin Kuranyi pindah ke Dynamo Moscow pada akhir musim sebelumnya. Meski menganggap pergi dari Madrid adalah sesuatu yang sangat sulit, Raul tetap bahagia karena Schalke menjadi tim yang dengan senang hati mau menerima dirinya. 

Ditengah situasi pelik yang dialami, Raul menganggap Schalke sebagai penolong. Dia begitu gembira ketika klub asal Jerman tersebut tetap menganggapnya sebagai pemain kelas dunia, meski usianya sudah tak lagi muda saat itu, yakni 33 tahun. 

Perlu diketahui bahwa sebelum resmi menandatangani kontrak dengan Schalke, Raul sempat diincar secara serius oleh klub Rusia, Qatar, dan Amerika Serikat. Namun, keikutsertaan Schalke pada gelaran Liga Champions menjadi alasan utama Raul saat itu. Pertimbangan ini sekaligus membuktikan jiwa kompetitif Raul yang belum pudar meski berada di usia yang tergolong tua.

Raul menjalani debut bersama Schalke dengan menghadapi raksasa Liga Jerman, Bayern Munchen, yang saat itu masih ditangani Louis van Gaal. Meski hanya bertajuk turnamen pramusim, semua mata penggemar Schalke 04 seolah tertuju pada aksi penyerang yang baru didatangkan dari Real Madrid itu. 

Di tengah rasa antusias bercampur keraguan dari para penggemar, Raul yang baru pertama kali merumput di Jerman hanya membutuhkan 25 menit untuk membuktikan kualitasnya. Dia berhasil menyumbangkan gol pertama untuk Schalke setelah memanfaatkan bola muntah di depan gawang Bayern Munchen. 

Satu gol ternyata belum cukup bagi sosok yang pernah tercatat sebagai top skor Liga Champions itu. Berselang sembilan menit kemudian, Raul kembali mencetak gol setelah lolos dari penjagaan dan berhasil mengelabui kiper lawan.

Namun perlu diingat bahwa penampilan apik di laga pramusim tidak lantas membuat Raul dengan mudah mampu menaklukkan kompetisi Bundesliga. Disana, dia tetap harus berjuang melawan musuh yang memiliki kekuatan yang sama sekali tidak bisa diremehkan.

Dalam 10 laga awal Bundesliga 2010/11, Schalke hanya mampu membukukan satu kemenangan. Awal yang buruk membuat mereka finis di peringkat ke-14 klasemen Bundesliga saat itu. Beruntung, Raul berhasil mengobati kekecewaan penggemar dengan membantu Schalke mencapai semifinal Liga Champions pertama mereka.

Meski gagal di kompetisi Eropa, Schalke memiliki nasib lebih baik ketika tampil di DFB Pokal. Raul tampil sebagai pembeda kala menghadapi Bayern Munchen pada semifinal. Pemain yang identik dengan nomor 7 itu sukses mencetak gol semata wayang dalam kemenangan tipis 1-0 atas Die Roten. Pada partai puncak, Schalke mengamuk dan mengakhiri perlawanan MSV Duisburg dengan skor telak 5-0. Gelar juara DFB Pokal menjadi yang pertama bagi Schalke setelah hampir satu dekade gagal membawa pulang trofi.

Pada momen itu juga, Raul mengangkat trofi pertamanya bersama Schalke. Gelar di musim debutnya selepas hengkang dari Real Madrid.

"Memenangkan gelar Piala DFB di tahun pertama sangat spesial bagi ku," kata Raul (via situs resmi klub)

Setelah berhasil membawa klub memenangi piala liga, Raul sukses meneruskan kegemilangannya dengan membawa Schalke merebut piala super Jerman. Ketika itu, Schalke harus berhadapan dengan Borussia Dortmund yang berstatus sebagai juara Bundesliga. 

Meski klub asuhan Jurgen Klopp punya materi pemain luar biasa, Raul mampu menginspirasi Schalke untuk naik ke panggung juara, melalui babak adu penalti. 

Namun sayang, keberadaan Raul di Schalke tidak bertahan lama. Dia hanya bertahan selama dua musim disana dan berhasil membukukan 40 gol dari total 98 laga yang dijalani.

Meski di musim terakhirnya bersama Schalke dia tidak berhasil sumbangkan gelar, Raul mampu memberi jaminan satu tempat di kompetisi Liga Champions Eropa bagi klub berjuluk  The Royal Blues, setelah berhasil menempati posisi ketiga klasemen akhir. 

Kehadiran Raul di klub tersebut benar-benar memberikan dampak yang begitu luar biasa. Maka bukan sebuah kejutan bila klub sampai mempensiunkan nomor punggung 7 sebagai penghormatan bagi Raul. 

Namun setelah memicu berbagai kritik bagi sebagian legenda klub, keputusan yang ditetapkan Schalke akhirnya tidak bersifat permanen. Pada 2013, nomor punggung 7 kembali aktif dan diberikan kepada playmaker muda berbakat Schalke, yakni Max Meyer.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun