Mohon tunggu...
Garin Nanda
Garin Nanda Mohon Tunggu... Freelancer - @garinnanda_

Mengemas sebuah cerita jadi lebih bermakna.

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bagi Penggemar AC Milan, Ricardo Kaka adalah Segalanya

20 Maret 2022   12:48 Diperbarui: 20 Maret 2022   12:51 2316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: Twitter/acmilandata

Kompetisi Liga Champions Eropa musim 2006/07 tidak akan pernah dilupakan oleh sosok Ricardo Kaka. Dari situ, dia lantas dinobatkan sebagai pemain terbaik dunia.

Dalam prosesnya, Kaka berhasil tampil luar biasa di berbagai laga. Ketika Milan lolos ke fase gugur, Kaka lah yang menjadi pahlawan, dengan mencetak satu-satunya gol yang dibuat Milan ke gawang Celtic. 

Berikutnya, pemain asal Brasil ini juga sukses membawa Milan singkirkan raksasa Jerman, FC Bayern, dengan skor agregat meyakinkan. Di fase semifinal, Kaka tampil lebih menggelegar. 

Meski kalah di pertandingan pertama melawan tim kuat asuhan Sir Alex Ferguson, Kaka menjadi bintang dengan sebuah gol legendarisnya ke gawang Edwin van Der Sar. 

Lewat dribel yang dilakukan setelah mendapat umpan Nelson Dida, Kaka, dengan sihirnya, mampu memperdaya dua bek Setan Merah, Gabriel Heinze dan Patrice Evra.

Dua bek kuat tersebut dibuat kelimpungan hingga harus menyaksikan gawang nya bobol menyusul aksi brilian Ricardo Kaka.

Di babak final sendiri, Milan terus dibayangi dengan partai dua tahun sebelumnya. Mereka harus kembali berhadapan dengan Liverpool, yang telah membuat Milan pulang dengan perasaan hancur di final 2005.

Beruntung, Kaka dan semua pemain Milan mampu mengontrol diri. Pemain berparas tampan itu mampu tampil apik dan berhasil menyumbang satu assist kepada pahlawan pertandingan ketika itu, Filippo Inzaghi.

Pasca pertandingan selesai, Kaka, yang memang tampil luar biasa, berhasil keluar sebagai peraih penghargaan Ballon D'or, plus masuk ke dalam daftar pemain terbaik versi FIFA.

Bila mengingat tentang masa kejayaan Milan, maka nama Ricardo Kaka tidak akan luput dari pandangan. Diluar itu, Kaka punya kisah terbaik selama menjadi bagian dari tim yang bermarkas di San Siro.

Bergabung Dengan Milan

Ricardo Kaka hadir dari keluarga kaya. Dia memiliki masa kecil bahagia, dimana semua keinginannya bisa tercapai begitu saja. Dalam hal ini, sepakbola menjadi olahraga kesukaannya. Dia terus tekun berlatih dan bermain bola di waktu senggang.

Akhirnya, setelah menjadi salah satu pemain paling bersinar bersama Sao Paulo, bakatnya langsung diminati oleh AC Milan. 

Tanpa pikir panjang, Milan yang ketika itu masih menjadi salah satu tim terbaik di dunia dan diisi dengan pemain-pemain berkelas, langsung membawa Kaka terpana. Dia menyetujui kontrak sebesar 8,5 juta euro atau setara 148 miliar rupiah. 

Perlu diketahui, pada saat itu, angka tersebut tergolong tinggi untuk pemain berusia 21 tahun, yang bahkan belum memiliki pengalaman di Eropa.

Disana, Kaka bergabung dengan nama-nama seperti Cafu, Rivaldo, Roque Jnior, Dida dan juga Serginho, yang sama-sama hadir dari negeri samba.

Perjalanan Kaka di Milan tidak langsung tuai pujian. Dia sempat kesulitan beradaptasi dan tak sanggup menyingkirkan para pemain hebat yang dimiliki Milan. 

Hingga pada akhirnya, latihan kerasnya berujung pada satu tempat di tim utama. Kaka mampu bersaing dengan Rui Costa sekaligus memaksa Rivaldo untuk duduk di bangku cadangan.

Di musim perdananya itu, Kaka berhasil sumbangkan sebanyak 10 gol dari 30 penampilan, sekaligus berhasil membawa Milan meraih trofi scudetto dan Piala Super Eropa.

Dengan penampilan cemerlangnya, Kaka lalu diberi penghargaan Serie A Footballer of the Year, sekaligus masuk ke dalam daftar calon peraih penghargaan Ballon D'or.

Pada musim berikutnya, Kaka mulai terbiasa dengan segala hal yang sebelumnya belum pernah ia temukan. Kaka mulai akrab dengan budaya di Italia, sekaligus mulai konsisten dalam menjadi pemain andalan I Rossoneri.

Tinggi badan, kecepatan, serta akurasi tendangan, membuat Kaka tampak begitu elegan ketika tampil di atas lapangan. Aroma Samba jelas terasa dalam setiap penampilannya di atas lapangan. Terlebih, pada musim berikutnya, dia semakin terlihat seperti pemain yang bakal mencapai puncak kejayaan.

Pada tahun 2004, AC Milan memiliki susunan pemain luar biasa. Di posisi kiper nama Dida sulit untuk disingkirkan. Kemudian, empat pemain bertahan diisi oleh Jaap Stam, Alessandro Nesta, Paolo Maldini, dan juga Cafu. 

Di posisi yang lebih kedepan ada nama Andrea Pirlo, Gennaro Gattuso, sekaligus Clarence Seedorf. Jangan lupakan pula Massimo Ambrosini yang juga punya andil besar dalam membawa Milan menuju kejayaan.

Kemudian, Ricardo Kaka ditugaskan untuk tampil di belakang penyerang andalan, Andriy Shevchenko. Setelah pemain asal Ukraina itu ditebus oleh Roman Abramovich, Kaka tetap mampu bersinar dengan penyerang yang jadi pahlawan Eropa di tahun 2007, Super Pippo.

Mengomentari kehebatan rekan setimnya itu, Pirlo mengatakan,

"Selama dua atau tiga tahun, Kaka pemain terbaik di dunia. Ada titik di mana tim tidak tahu cara menghentikannya,"

Setelah selama dua sampai tiga tahun menjadi pemain yang memang sulit untuk dihentikan, tepat pada tahun 2009, Kaka lalu ditebus oleh klub kaya asal Spanyol, Real Madrid.

Pergi Ke Real Madrid

Setelah berhasil menyelesaikan musim 2007/08 dengan raihan 15 gol di liga, Kaka tidak dapat lagi menjadi pemain terbaik dunia. Saat itu, dia kalah dengan Cristiano Ronaldo yang pada akhirnya akan kuasai dunia bersama dengan nama Lionel Messi.

Seperti yang sudah dijelaskan, meski tak mampu mempertahankan penghargaan pemain terbaik dunia, Kaka tetap dipandang sebagai salah satu pria terhebat yang tampil di atas lapangan. Hal itu dibuktikan dengan gelontoran dana senilai 65 juta pounds yang dikeluarkan Real Madrid hanya untuk menebus dirinya.

Sebelumnya bergabung dengan el Real, Kaka sejatinya sudah mendapat tawaran dari Manchester City yang baru saja diakuisisi oleh saudagar timur tengah. Namun, dia lebih memilih Los Galacticos sebagai pelabuhan barunya.

Sayangnya, Kaka gagal tunjukkan performa luar biasa di Estadio Santiago Bernabeu. Karirnya lebih sering diselimuti oleh cedera, hingga posisinya di tim utama mulai tergeser dengan pemain lainnya.

Kembali Pulang Ke Milan

Merasa masanya telah habis di Real Madrid, Kaka lalu putuskan pergi dan memilih Milan sebagai tim yang akan ditujunya. Lebih dari 500 penggemar hadir di bandara hanya untuk menyambut kepulangan pemain yang sempat membawa Milan berjaya.

Namun, seperti yang sudah diprediksi oleh banyak orang. Kaka bukan lagi pemain yang sama. Karirnya termakan oleh banyak cedera, hingga bermain bersama Milan di periode keduanya pun, dia gagal persembahkan apa-apa.

Dalam 30 kesempatan di liga, Kaka hanya mampu mencetak sebanyak 7 gol saja.

Merasa gagal kembalikan performa, Kaka memilih untuk pergi ke Amerika dan bergabung dengan Orlando City. Sempat pulang sebentar ke Sao Paulo, pemain bernomor punggung 22 ini putuskan pensiun di Amerika pada tahun 2017 silam.

Meski gagal membawa Milan kembali berjaya, kembalinya Kaka ke San Siro pada tahun 2013 membuktikan bahwa klub bercorak merah-hitam akan selalu berada di hatinya. Pun dengan para penggemar, yang akan selalu menyebut bila Kaka lebih dari sekadar pemain biasa. Kaka adalah Milan, dan selamanya akan seperti itu.

Sampai saat ini, belum ada lagi pemain Milan yang mampu menyamai raihan atau kontribusi Ricardo Kaka kepada tim. Entah berapa lama lagi, il Diavolo harus merindukan sosok seperti pemain asal Brasil tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun