Ricardo Kaka hadir dari keluarga kaya. Dia memiliki masa kecil bahagia, dimana semua keinginannya bisa tercapai begitu saja. Dalam hal ini, sepakbola menjadi olahraga kesukaannya. Dia terus tekun berlatih dan bermain bola di waktu senggang.
Akhirnya, setelah menjadi salah satu pemain paling bersinar bersama Sao Paulo, bakatnya langsung diminati oleh AC Milan.Â
Tanpa pikir panjang, Milan yang ketika itu masih menjadi salah satu tim terbaik di dunia dan diisi dengan pemain-pemain berkelas, langsung membawa Kaka terpana. Dia menyetujui kontrak sebesar 8,5 juta euro atau setara 148 miliar rupiah.Â
Perlu diketahui, pada saat itu, angka tersebut tergolong tinggi untuk pemain berusia 21 tahun, yang bahkan belum memiliki pengalaman di Eropa.
Disana, Kaka bergabung dengan nama-nama seperti Cafu, Rivaldo, Roque Jnior, Dida dan juga Serginho, yang sama-sama hadir dari negeri samba.
Perjalanan Kaka di Milan tidak langsung tuai pujian. Dia sempat kesulitan beradaptasi dan tak sanggup menyingkirkan para pemain hebat yang dimiliki Milan.Â
Hingga pada akhirnya, latihan kerasnya berujung pada satu tempat di tim utama. Kaka mampu bersaing dengan Rui Costa sekaligus memaksa Rivaldo untuk duduk di bangku cadangan.
Di musim perdananya itu, Kaka berhasil sumbangkan sebanyak 10 gol dari 30 penampilan, sekaligus berhasil membawa Milan meraih trofi scudetto dan Piala Super Eropa.
Dengan penampilan cemerlangnya, Kaka lalu diberi penghargaan Serie A Footballer of the Year, sekaligus masuk ke dalam daftar calon peraih penghargaan Ballon D'or.
Pada musim berikutnya, Kaka mulai terbiasa dengan segala hal yang sebelumnya belum pernah ia temukan. Kaka mulai akrab dengan budaya di Italia, sekaligus mulai konsisten dalam menjadi pemain andalan I Rossoneri.
Tinggi badan, kecepatan, serta akurasi tendangan, membuat Kaka tampak begitu elegan ketika tampil di atas lapangan. Aroma Samba jelas terasa dalam setiap penampilannya di atas lapangan. Terlebih, pada musim berikutnya, dia semakin terlihat seperti pemain yang bakal mencapai puncak kejayaan.