Pada tahun 2004, AC Milan memiliki susunan pemain luar biasa. Di posisi kiper nama Dida sulit untuk disingkirkan. Kemudian, empat pemain bertahan diisi oleh Jaap Stam, Alessandro Nesta, Paolo Maldini, dan juga Cafu.Â
Di posisi yang lebih kedepan ada nama Andrea Pirlo, Gennaro Gattuso, sekaligus Clarence Seedorf. Jangan lupakan pula Massimo Ambrosini yang juga punya andil besar dalam membawa Milan menuju kejayaan.
Kemudian, Ricardo Kaka ditugaskan untuk tampil di belakang penyerang andalan, Andriy Shevchenko. Setelah pemain asal Ukraina itu ditebus oleh Roman Abramovich, Kaka tetap mampu bersinar dengan penyerang yang jadi pahlawan Eropa di tahun 2007, Super Pippo.
Mengomentari kehebatan rekan setimnya itu, Pirlo mengatakan,
"Selama dua atau tiga tahun, Kaka pemain terbaik di dunia. Ada titik di mana tim tidak tahu cara menghentikannya,"
Setelah selama dua sampai tiga tahun menjadi pemain yang memang sulit untuk dihentikan, tepat pada tahun 2009, Kaka lalu ditebus oleh klub kaya asal Spanyol, Real Madrid.
Pergi Ke Real Madrid
Setelah berhasil menyelesaikan musim 2007/08 dengan raihan 15 gol di liga, Kaka tidak dapat lagi menjadi pemain terbaik dunia. Saat itu, dia kalah dengan Cristiano Ronaldo yang pada akhirnya akan kuasai dunia bersama dengan nama Lionel Messi.
Seperti yang sudah dijelaskan, meski tak mampu mempertahankan penghargaan pemain terbaik dunia, Kaka tetap dipandang sebagai salah satu pria terhebat yang tampil di atas lapangan. Hal itu dibuktikan dengan gelontoran dana senilai 65 juta pounds yang dikeluarkan Real Madrid hanya untuk menebus dirinya.
Sebelumnya bergabung dengan el Real, Kaka sejatinya sudah mendapat tawaran dari Manchester City yang baru saja diakuisisi oleh saudagar timur tengah. Namun, dia lebih memilih Los Galacticos sebagai pelabuhan barunya.
Sayangnya, Kaka gagal tunjukkan performa luar biasa di Estadio Santiago Bernabeu. Karirnya lebih sering diselimuti oleh cedera, hingga posisinya di tim utama mulai tergeser dengan pemain lainnya.