Piala Dunia. Tepat setelah mereka menjadi finalis pada edisi sebelumnya, Piala Dunia di tanah sendiri tentu akan dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk bisa meraih gelar juara. Akan tetapi, duduk di tangga tertinggi turnamen paling bergengsi di dunia tidak menjadi sesuatu yang mudah, meski kumpulan suporter yang datang memiliki jumlah lebih banyak dari negara lainnya.
Pada tahun 2006 lalu, Jerman mendapat kesempatan untuk menggelar ajangSelain cerita Jerman yang kesulitan meraih gelar juara, ada sejumlah kisah lainnya yang sayang bila dilewatkan. Seperti sulitnya timnas Brasil mempertahankan gelar juara, beratnya perjalanan tim tiga singa meski diisi banyak pemain bintang, serta memori indah timnas Italia yang berhasil meraih gelar juara meski kompetisi lokal tengah dilanda skandal besar.
Selain itu, di ajang Piala Dunia 2006 juga terdapat sejumlah fakta menarik yang mungkin tidak banyak diketahui orang.
Fakta Menarik Piala Dunia 2006
Pertama, untuk pertama kalinya dalam sejarah Piala Dunia, ada tiga negara peserta dengan Portugis sebagai bahasa nasional mereka, yaitu Portugal, Brasil, dan Angola. Kemudian, Piala Dunia yang mendapatkan sebanyak 3.359.439 penonton ini juga tercatat sebagai Piala Dunia dengan jumlah kartu terbanyak yang dikeluarkan oleh wasit.
Terdapat 345 kartu kuning dan 28 kartu merah yang keluar dari saku wasit. Partai yang menyumbang jumlah kartu terbanyak adalah saat Belanda bertemu dengan Portugal ketika terdapat 16 kartu kuning dan empat kartu merah keluar dari kantong wasit Valentin Ivanov.
Fakta berikutnya, gol ke 2000 dalam sejarah Piala Dunia terjadi pada edisi kali ini. Nama Marcus Allbck berhasil menjadi sosok yang mengukir prestasi tersebut, ketika Swedia menahan imbang Inggris besutan Sven Gran Eriksson dengan skor 2-2.
Hal yang tak kalah menarik lainnya adalah, tidak ada satupun pemain Italia yang mencetak lebih dari dua gol di ajang ini. Akan tetapi, mereka juga sekaligus menciptakan sejarah ketika terdapat sebanyak 10 pemain yang menjadi pencetak gol dalam satu edisi Piala Dunia.
Piala Dunia Penuh Drama
Pertandingan Piala Dunia 2006 dimulai dari aksi tuan rumah Jerman yang berhadapan dengan Kosta Rika. Di atas kertas, Jerman yang memang diunggulkan mampu bermain baik hingga sukses memulai langkah dengan sebuah kemenangan meyakinkan 4-2. Sebagai informasi, pertandingan pembukaan yang dimenangkan tuan rumah Jerman atas Kosta Rika itu menjadi partai pembukaan dengan jumlah gol terbanyak sepanjang sejarah Piala Dunia.
Dari pertandingan Grup A hingga Grup H, tidak ada kejutan yang tercipta. Semua tim yang diprediksi bakal mengisi slot di babak 16 besar berhasil melaju dengan sangat mulus. Sementara tim semenjana yang memang diprediksi hanya bakal menjadi penghibur, telah mengemas barang lebih cepat untuk terbang pulang ke negara asal.
Barulah pada fase gugur, terdapat pertandingan yang tidak akan dilupakan oleh semua.
Seperti yang sempat disinggung, laga antara Belanda melawan Portugal telah mengeluarkan banyak sekali cerita, khususnya dari dua lembar kartu, merah dan kuning, yang keluar dari saku wasit.
Pertandingan yang dimenangkan Portugal dengan skor tipis 1-0 yang dikenal keras itu akhirnya mendapat julukan sebagai Battle of Nuremberg.
Pertandingan ini mengeluarkan cerita kelam. Di sepuluh menit pertama, Mark van Bommel dan Khalid Boulahrouz sudah diganjar kartu kuning. Bahkan, Khalid Boulahrouz sempat melancarkan tekel brutal kepada superstar muda Cristiano Ronaldo hingga membuat sang pemain tak mampu lagi lanjutkan pertandingan.
"Boulahrouz jelas sekali sengaja melakukan pelanggaran dengan maksud mencederai ku," keluh Ronaldo ketika itu.
Kejadian tak terlupakan berikutnya pada laga itu, Costinha harus mendapat kartu kuning karena kedapatan melancarkan tekel keras kepada Cocu. Sebelum babak pertama usai, sang pemain juga mendapat ganjaran kartu merah karena melakukan handball.
Bermain sepuluh orang membuat pelatih Portugal memasukkan Armando Petit guna memperkokoh lini tengah timnya. Akan tetapi sang pemain malah mendapat kartu kuning ketika baru lima menit berada di lapangan. Insiden pun kian memanas ketika Figo berhasil lolos dari hukuman meski tampak menanduk kepala Van Bommel.
Empat kartu merah yang keluar pada laga itu tercatat diterima oleh Costinha, Khalid Boulahrouz, Deco de Souza, dan Van Bronckhorst.
Setelah laga berakhir, presiden FIFA Sepp Blatter kemudian melempar kritik terhadap kepemimpinan Ivanov, dengan menyebut bahwa sang pengadil lapangan juga harus diberi kartu kuning.
Di partai lain, tim seperti Brasil, Prancis, Italia, Inggris, Argentina, sampai tim tuan rumah Jerman berhasil melenggang mulus ke babak selanjutnya.
Dari beberapa laga yang tercipta, pertandingan antara Swiss melawan Ukraina memunculkan fakta yang tidak biasa. Swiss yang gugur pada babak 16 besar menjadi tim pertama yang gagal mencetak satu penalti pun pada babak adu penalti. Akan tetapi, uniknya, mereka juga menjadi tim pertama yang tersingkir dari Piala Dunia tanpa kebobolan satu gol pun di waktu normal.
Di fase grup, mereka bermain imbang 0-0 melawan Prancis, menang 2-0 atas Togo, dan menang melawan Korea Selatan dengan skor yang sama.
Berlanjut ke babak perempat final, Piala Dunia 2006 menyuguhkan laga yang juga penuh kenangan. Tim tuan rumah Jerman berhasil menyingkirkan Argentina, usai mereka sukses memenangkan drama adu penalti. Dalam hal ini, terdapat cerita unik tentang kiper Jerman, Jens Lehmann, yang diberi contekan tentang arah tendangan penalti para pemain Argentina.
Beruntung, contekan itu pun berhasil membuat Lehmann tampil gemilang dan membawa Jerman melaju ke babak semifinal.
Lalu di partai Inggris melawan Portugal, skuad tiga singa yang bertabur bintang harus takluk lewat drama adu penalti. Dalam laga itu terdapat sebuah kejadian tak terlupakan, ketika Cristiano Ronaldo disebut mempengaruhi wasit untuk memberi kartu merah kepada rekan setimnya di MU, Wayne Rooney, yang melakukan pelanggaran.
Kemudian di partai Brasil melawan Prancis, gol Thierry Henry memang berhasil membawa tim ayam jantan lolos. Namun dalam laga itu, nama Zinedine Zidane justru memiliki peran yang lebih krusial. Melalui penampilan ciamiknya, dia berhasil memperdaya banyak pemain Brasil hingga membuat permainan Prancis tampak sangat mengesankan.
Partai lainnya yang mempertemukan Italia melawan Ukraina, Gli Azzurri berhasil lolos usai menang telak dengan skor 3-0.
Lanjut ke babak semifinal, Italia melawan Jerman menjadi satu pertempuran tak terlupakan lainnya. Gli Azzurri yang tengah menghadapi konflik di negeri sendiri, malah berhasil tampil percaya diri dengan mampu memberi tangisan kepada seluruh penggemar tim Panser. Padahal seperti yang kita tahu, Jerman menjadi tim yang diunggulkan ketika itu.
Italia yang mengandalkan pemain berpengalaman berhasil membuat laga harus dilanjutkan ke babak tambahan. Disinilah drama itu terjadi. Fabio Grosso yang berdiri bebas tanpa kawalan di kotak terlarang, sukses melepaskan sepakan kaki kiri ke pojok gawang dan membuat tuan rumah berada dalam keadaan genting.
Namun bukannya menyamakan kedudukan, Italia yang mengandalkan serangan balik malah berhasil menggandakan kedudukan, dan dalam hal ini, gol yang dicetak Alessandro Del Piero langsung memupus harapan Jerman untuk bisa lolos ke partai final.
Kemenangan tersebut membawa Italia lolos ke partai final, dimana Prancis sudah menunggu usai berhasil kandaskan perlawanan Portugal.
Final Tak Terlupakan
Di partai puncak, dua tim bersejarah yang juga punya skuad mumpuni harus melakoni tanding hingga melewati waktu normal. Bertempat di stadion Olympia, Berlin, kedua tim langsung menampilkan permainan terbaik mereka.
Ketika laga baru berjalan tujuh menit, Prancis yang terus menekan berhasil membuahkan satu gol. Ada Zinedine Zidane yang menjadi aktor usai tendangan penaltinya tak mampu dibendung oleh Gianluigi Buffon. Namun tak berselang lama, Marco Materazzi datang sebagai pahlawan Italia. Legenda Inter Milan itu mampu samakan kedudukan pada menit ke 19 lewat sundulan kepala.
Setelah jual beli serangan terus terjadi, sampailah pertandingan pada babak tambahan. Tepat di menit ke 110, terjadi sebuah drama yang sampai saat ini penyebabnya masih banyak dipertanyakan. Zinedine Zidane secara tiba-tiba menanduk Materazzi di bagian dada, yang kemudian berujung pada pengusiran dirinya.
Sampai wasit meniup peluit panjang, tak ada lagi gol tercipta. Praktis, sang juara harus ditentukan lewat drama adu penalti. Dalam drama ini, David Trezeguet yang sempat jadi bencana bagi timnas Italia di ajang Piala Eropa 2000, menjelma menjadi seorang pesakitan, usai dia menjadi satu-satunya pemain yang gagal menyarangkan bola karena tendangannya hanya mengarah ke mistar.
Italia pun akhirnya sukses memenangi partai puncak dengan skor 5-3.
Sebagai penutup turnamen tak terlupakan, gagahnya genggaman tangan Fabio Cannavaro dalam membawa trofi Piala Dunia, seolah menjadi pelipur lara bagi persepakbolaan Italia yang tengah diselimuti skandal memalukan. Trofi itu pun menjadi yang keempat bagi mereka, setelah terakhir kali mendapatkannya di tahun 1982.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H