Masalahnya, ketika bertransformasi ke digitalisasi, UMKM menghadapi sejumlah tantangan. Survei bertajuk MSME Empowerment Report 2022 yang dilakukan DSInnovate kepada 1.500 pemilik UMKM menyimpulkan, sedikitnya ada empat kendala utama yang dihadapi UMKM. Yaitu, 70,2% pemilik UMKM bermasalah dalam hal melakukan pemasaran produk; 51,2% bermasalah dengan akses permodalan; 46,3% terkait pemenuhan bahan baku; dan 30,9% bermasalah dalam mengadopsi digital.
Terkait permasalahan mengadopsi digital, UMKM umumnya punya beberapa tantangan. Antara lain, pertama, kurangnya infrastruktur digital yang andal. Mengutip Databoks Katadata, jumlah penduduk Indonesia mendominasi di Asia Tenggara atau mencapai 40,9%. Tapi, meski memiliki tingkat kepadatan penduduk yang tinggi, nyatanya masih banyak wilayah terpencil atau pedesaan di Indonesia yang belum memiliki akses konektivitas internet. Sudah barang tentu hal ini akan mempersulit UMKM di area tersebut untuk memanfaatkan teknologi digital.
Kedua, kurangnya keterampilan dan pengetahuan digital di kalangan para pemilik UMKM dan jajaran karyawannya, terutama UMKM yang ada di daerah pedesaan.
Dan ketiga, tantangan adopsi digital dalam bentuk keamanan. Seluruh pengelola UMKM wajib memiliki keahlian atau anggaran guna mengimplementasikan protokol keamanan yang dapat melindungi aset digitalnya. Ini sangat penting. Karena, ditemukan fakta dan data bahwa 44% serangan siber di dunia maya menyasar ke usaha kecil.
Terkait tantangan keamanan, Bank Indonesia sudah mengantisipasi dan memitigasi hal tersebut. Yakni melalui guliran Program S.I.A.P QRIS (Sehat, Inovatif, Aman, Pakai QRIS). Ini merupakan upaya Bank Indonesia dalam mengomunikasikan penggunaan QRIS untuk memperluas akseptasi, edukasi, dan literasi QRIS kepada seluruh lapisan masyarakat, serta mendorong UMKM masuk ke ekosistem digital.
Harapannya, dengan semakin banyak pelaku UMKM yang go digital tentu akan mendongkrak transaksinya. Bila transaksinya semakin banyak, kreasi produk semakin baik dan berdaya saing sehingga UMKM naik kelas bukan hanya sebuah jargon kosong semata. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H