Sukses membuat lilin aroma terapi dan sabun cuci batangan untuk perkakas, keluarga kami lantas berhasrat menjadi "pengepul" jelantah. Mulai dari dapur milik antar-keluarga, antar-teman dan antar-tetangga. Salah satu caranya, dengan menawarkan untuk memberikan lilin aroma terapi dalam wadah gelas kaca, asalkan ditukar dengan kumpulan jelantah bekas dari limbah dapurnya.
Tekad jadi "pengepul" itu didasari juga dengan rasa kepo, penasaran, kemana "raibnya" mayoritas minyak goreng bekas pakai dari masyarakat? Mengapa hanya kurang dari 18,5% saja sisa konsumsi minyak goreng yang terkumpulkan sebagai jelantah? Selain, sebagai aksi nyata mendukung terwujudnya Net-Zero Emissions.
Ngeri membayangkan, andaikata mayoritas minyak goreng bekas dibuang-buang masyarakat ke lahan tanah, perairan, selokan dan lainnya secara sembarangan. Betapa hebat dampak kerusakan lingkungan yang akan ditimbulkan dari pembuangan jelantah secara sembrono itu.
Padahal, andaikata setiap rumah tangga mau mengumpulkan jelantah secara rutin dan dalam jumlah cukup banyak, maka hasilnya bisa disetorkan ke Bank Sampah untuk diuangkan.
Saat ini, sudah banyak 'kok unit-unit Bank Sampah di perkotaan maupun pedesaan yang turut mengepul jelantah. Tidak gratis 'lho. Ada "cash back" atau pengembalian dalam berbagai bentuk, kepada siapa saja yang mengumpulkan jelantah.
Bentuknya bisa uang tunai sesuai berat jelantah yang ditimbang. Atau, pengepul yang mendapat "keuntungan" dari jelantah hasil setoran warga, mengembalikan sebagian keuntungan itu dalam berbagai rupa. Misalnya, sembako dan sudah tentu minyak goreng kemasan baru.
Jadi, ayo turut berpartisipasi mendukung perwujudan Net-Zero Emissions atau NZE. Caranya, bisa melalui gerakan Ekonomi Sirkular dengan 5R atau Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang), Recover (memulihkan), dan Revalue (memberikan nilai tambah). Salah satu contoh pekerjaan ramah lingkungan dari konsep Ekonomi Sirkular, yaitu kegiatan daur ulang atau pengolahan sampah. Termasuk dalam kaitan ini, mengalap berkah dengan mengolah jelantah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H