Sementara Isa al-Qadumi juga sama mendetil menceritakan kejadian pada 1967 itu:
“Tindakan pertama yang dilakukan bangsa Yahudi adalah menguasai Dinding Buraq dan menghancurkan perkampungan di sebelah barat, serta meratakannya dengan tanah setelah empat hari menguasai al-Quds. Yahudi juga telah mengusir seluruh penduduk Muslim yang tinggal di perkampungan bagian barat sebelum menghancurkan masjid-masjid, sekolah terbaik, dan wakaf-wakaf Islam yang lainnya. Buldoser-buldoser Yahudi telah mengubur sejarah tanah wakaf Islam.” (Hal. 58, Masjidil Aqsha : 40 Fakta yang Belum Terungkap)
Kembali ke penggalian pada tahun 1996 itu, peristiwa itulah yang kemudian menjadikan Gerakan Islam bekerja sama dengan Administrasi Masjid Aqsa dan ratusan relawan Muslim memutuskan untuk merehabilitasi Masjid Al-Qadim, dalam hal ini koridor panjang yang mengarah ke pemondokan sufi Khutanya.
Usai memulihkan bangunan dan memasang karpet serta sistem listrik, maka Perpustakaan Umum Masjid dipindahkan ke pondok sufi Khutanya pada 1998. Sejak itulah, namanya ditetapkan sebagai Perpustakaan Khutanya.
Kabarnya, ada 130.000 buku dan 4.000 manuskrip di perpustakaan tersebut. Bahkan UNESCO mengakui perpustakaan ini memiliki “salah satu koleksi manuskrip Islam terpenting di dunia”.
Ya, sesudah selama berabad-abad, Masjid Al-Qadim dibiarkan tidak terurus dan berdebu, kemudian dibuka kembali pada tahun 1420 H/1999 M oleh Yayasan al-Aqsha untuk pembangunan Kota Suci. Masjid ini dapat menampung hingga 1.000 jamaah didalamnya.
Penjelasan di secarik kertas - terkait diubah-ubahnya fungsi masjid saat tentara salib berkuasa - yang ditempelkan di pintu kayu Perpustakaan Khutanya, cocok dengan yang ditulis dalam buku Ensiklopedi Palestina Bergambar karya DR Thariq As-Suwaidan.
Pada bab “Perang Salib” terutama saat “Runtuhnya Quds” dipaparkan mengenai Kompleks Masjid Al-Aqsa yang diinjak-injak.
Disebutkan:
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!