Sebelum sampai di pantai Laut Mati, Amman Beach Resort menyiapkan lokasi berfoto dengan pemandangan Laut Mati dan garis pantai nan menghampar indah. Disediakan juga satu pancuran tempat bilas, apabila pengunjung selesai berendam atau “lulur lumpur” di Laut Mati.
Ada juga papan peringatan berukuran besar yang isinya mengingatkan sejumlah larangan selama berendam di Laut Mati. Yaitu, larangan menyelam, larangan berenang jauh dari shore (bibir pantai), melindungi mata dan mulut dari kemasukan air laut, dan berenang dengan posisi memunggung. Tujuannya, karena memang hanya sekadar untuk sensasi mengambang saja.
Di tepi pantai, deburan ombak cukup kencang. Apalagi saat buih-buih ombak memecah bibir pantai. Maklum angin yang menerpa wajah dan mengacak-acak rambut juga lumayan kencang.
Di pantai, saya melihat ada ada juga tempat bilas dengan air pancuran tapi harap diingat posisinya terbuka. Ada juga tempat tertutup - tempat khusus untuk melulur lumpur - dan dijaga oleh sejumlah petugas Life Guard pantai. Eh, enggak usahlah membayangkan kayak personel di film serial “Baywatch” ya, heheheee.
Sejumlah turis kelihatan sudah bersiap berendam di Laut Mati, pakaian mereka minim banget, kayak yang suka berjemur di Bondi, Australia itu.
Ada juga turis yang sudah berluluran lumpur di sekujur tubuh. Tentu lulurannya tidak sampai kepala dan rambut segala. Tubuh mereka menghitam berlulur lumpur yang semula basah kemudian mengering.
Pantai di Laut Mati tidak berpasir putih nan lembut laiknya di pantai Nusa Dua, Bali. Di sini, tanah kering berpasir cenderung kecoklatan dan banyak kerikil bebatuan putih kecoklatan mirip karang garam.
Saya tak sanggup memuaskan rasa penasaran. Langsung saja melangkahkan kaki menantang deburan ombang Laut Mati. Awalnya, saya merasakan agak sulit untuk berdiri ajeg karena ombak lumayan menghantam.