Begitu kendaraan lepas dari pos perbatasan Israel dengan Yordania di Allenby Bridge (King Hussein Bridge), ada perasaan plong yang teramat sangat. Entah kenapa rasa itu muncul?
Mungkin karena selalu sebal saja melihat personel militer Israel yang selalu pongah dan angkuh pada setiap pos-pos jaga perbatasan. (Baca tulisan sebelumnya di sini).
Usai menyelesaikan segala urusan di Border Control Management - dan mendapat secarik kertas tipis kecil dengan kop warna merah - di Allenby Bridge, kendaraan saya langsung tancap gas menyusuri Jalan King Hussein.
Lalu berbelok kanan ke Jordania Valley Highway. Tujuan kami adalah Amman Beach Resort di wilayah Balqa. Waktu tempuh berdasarkan Google Maps hanya 29 menit dengan jarak sekitar 26 kilometer. Tak sabar rasanya ingin cepat-cepat merasakan sensasi mengapung di Laut Mati (Dead Sea).
Kepo? Ya iya toh, karena selama ini saya cuma sering dengar namanya saja. Soal apa dan bagaimana yang bisa kita rasakan di Laut Mati, jujur enggak pernah terbayangkan sebelumnya. Kata orang, siapa saja yang berenang di sana bisa mengapung dengan sendirinya. Tanpa perlu pelampung lho. Baiklah nanti kita buktikan saja ya.
Jelang sampai di lokasi yang dituju, di kejauhan saya sudah bisa melihat Laut Mati dari kejauhan. Sungguh kontras pemandangan yang disaksikan, antara tanah berpasir kering nan tandus di pinggir jalan dengan latarbelakang perairan Laut Mati nan membiru.
Semakin dekat ke Amman Beach Resort pemandangan di sepanjang garis pantai mulai berubah menjadi begitu banyak resort, hotel, dan bangunan eksklusif lainnya.
“Sudah banyak hotel bintang lima yang beroperasi di kawasan wisata Laut Mati ini,” ujar tour guide kami. Penjelasan itu mengungkap tabir banyaknya bangunan mewah di sepanjang jalan dekat garis pantai.
Saya coba meng-googling aneka resort mewah itu. Ternyata wowww, semua "ngumpul" di sini, mulai dari Holiday Inn, Kempinski, Marriott, Crowne Plaza, Hilton, Oasis, Movenpick dan lainnya. Artinya, meski perairan lautnya sama tapi pantai dan sekitarnya seolah sudah “dikavling-kavling” oleh investor properti.
Oh iya, perlu juga disampaikan, sebelum mencapai pos perbatasan Israel di Allenby Bridge - saat masih melintas di wilayah Israel -, sesekali pemandangan perairan Laut Mati juga nampak menghampar luas dari kejauhan. Artinya, wilayah Israel juga mencakup/menguasai (sebagian) Laut Mati.
Sedangkan di Amman Beach Resort yang menjadi tujuan saya merupakan wilayah Laut Mati yang masuk kedalam teritori Yordania. (Selain Israel dan Yordania, Palestina juga punya teritori sendiri untuk Laut Mati).
Setiba di Amman Beach Resort, bendera empat warna Yordania menyambut saya di kiri jalan masuk. Sesudah menuruni sejumlah anak tangga, saya melewati pintu kaca dan tempat jual tiket masuk.
Langkah kaki kemudian langsung disambut kolam renang yang luas. Birunya penampakan permukaan air kolam renang semakin indah karena langsung menghadap ke arah “kolam renang” yang lebih luas lagi.
Apalagi kalau bukan Laut Mati. Ada juga tugu yang bertuliskan informasi posisi ketinggian Amman Beach Resort di muka bumi ini.
Sepertinya, informasi ketinggian posisi selalu menjadi hal penting karena tugu semacam ini sempat saya temui juga di 18 kilometer sebelum Laut Mati dari arah ibu kota, Amman.
Tugu itu dibangun perusahaan lokal Hud Hud Shand. Di tugu itu tertera peta yang menunjukkan lokasi Kota Yerusalem dan Amman, serta posisi Laut Mediterania dan Laut Mati. Jelas sekali, posisi Laut Mati yang menjadi paling rendah dibandingkan Amman sekalipun.
Mengutip Wikipedia, Laut Mati (atau Laut Asin) adalah danau yang membujur di wilayah antara Palestina, Yordania, dan Israel. Di ketinggian 1.300 kaki (400 meter) di bawah permukaan laut itu, Laut Mati menjadi titik terendah di permukaan bumi. By the way, ada juga yang menyebut 390 meter.
Secara geologi Laut Mati terbentuk tiga juta tahun lalu ketika muncul retakan kecil pada Lembah Sungai Yordan (Jordan Riff Valley) di mana air laut masuk dan terkumpul. Kemudian, akibat iklim kering dan evaporasi tinggi meningkatkan konsentrasi mineral dalam air.
Garam, kapur, dan gipsum terdapat pada sepanjang retakan ini dan terbentuklah danau dengan kandungan garam yang tinggi. Danau ini dinamakan Laut Mati karena tidak ada bentuk kehidupan yang dapat bertahan dalam air garam itu.
Laut Mati punya kandungan garam tertinggi dari seluruh laut di dunia. Kadar garamnya sekitar 32 persen dibandingkan kadar garam rata-rata 3 persen pada Laut Tengah atau Mediterania.
Sejak doeloe material yang terdapat dalam Laut Mati diketahui mempunyai efek mempercantik kulit. Dengan mengoleskan lumpur (mud) ke tubuh, mineral yang terkandung didalamnya terbukti bisa memperbaiki kulit, melancarkan sirkulasi darah juga membantu kesehatan.
Hal ini sudah lama diketahui oleh Raja Salomo (raja ketiga Israel dan putra Raja Daud), Ratu Cleopatra (Ratu Kerajaan Mesir Kuno), dan Herodes Agung (Raja Yudea sekutu Romawi). Tak ayal, mereka datang ke Laut Mati untuk memperoleh efek treatment berkhasiat yang disediakan cuma-cuma oleh alam itu.
Kembali saat tiba di Amman Beach Resort. Biru nan indahnya kolam renang ditingkahi hembusan angin kencang menyejukkan, tidak mampu membuat saya ingin cibang-cibung dan berenang didalamnya.
Justru birunya air Laut Mati di kejauhan sana yang seolah memanggil-manggil untuk segera saya sambangi. Tapi uuppppsss ternyata menu makan siang sudah menunggu. Jadi sebelum berendam di Laut Mati, santap siang dengan menu Nasi Mandi ala resort yang satu ini tak boleh dilewatkan. Nyam-nyammm.
Kelar makan, segera saya menuju ke Laut Mati. Melewati kolam renang dan menuruni sejumlah anak tangga, saya sempat melihat ada tempat ganti baju, pembilasan dan mandi, serta sewa handuk dan jual celana atau baju renang di toko yang ada di sudut kolam renang.
Artinya, semuanya sudah lengkap apabila pengunjung tidak siap untuk berendam di Laut Mati atau sekadar berenang-renang di kolam renangnya saja. Sewa handuk misalnya, bertarif US$2 per helai.
Sebelum sampai di pantai Laut Mati, Amman Beach Resort menyiapkan lokasi berfoto dengan pemandangan Laut Mati dan garis pantai nan menghampar indah. Disediakan juga satu pancuran tempat bilas, apabila pengunjung selesai berendam atau “lulur lumpur” di Laut Mati.
Ada juga papan peringatan berukuran besar yang isinya mengingatkan sejumlah larangan selama berendam di Laut Mati. Yaitu, larangan menyelam, larangan berenang jauh dari shore (bibir pantai), melindungi mata dan mulut dari kemasukan air laut, dan berenang dengan posisi memunggung. Tujuannya, karena memang hanya sekadar untuk sensasi mengambang saja.
Di tepi pantai, deburan ombak cukup kencang. Apalagi saat buih-buih ombak memecah bibir pantai. Maklum angin yang menerpa wajah dan mengacak-acak rambut juga lumayan kencang.
Di pantai, saya melihat ada ada juga tempat bilas dengan air pancuran tapi harap diingat posisinya terbuka. Ada juga tempat tertutup - tempat khusus untuk melulur lumpur - dan dijaga oleh sejumlah petugas Life Guard pantai. Eh, enggak usahlah membayangkan kayak personel di film serial “Baywatch” ya, heheheee.
Sejumlah turis kelihatan sudah bersiap berendam di Laut Mati, pakaian mereka minim banget, kayak yang suka berjemur di Bondi, Australia itu.
Ada juga turis yang sudah berluluran lumpur di sekujur tubuh. Tentu lulurannya tidak sampai kepala dan rambut segala. Tubuh mereka menghitam berlulur lumpur yang semula basah kemudian mengering.
Pantai di Laut Mati tidak berpasir putih nan lembut laiknya di pantai Nusa Dua, Bali. Di sini, tanah kering berpasir cenderung kecoklatan dan banyak kerikil bebatuan putih kecoklatan mirip karang garam.
Saya tak sanggup memuaskan rasa penasaran. Langsung saja melangkahkan kaki menantang deburan ombang Laut Mati. Awalnya, saya merasakan agak sulit untuk berdiri ajeg karena ombak lumayan menghantam.
Selalu saja terayun dan terhuyung, apalagi pijakan kaki juga bukan pasir atau karang yang landai. Melainkan bebatuan terjal dan cukup tajam-tajam bergerigi seperti karang. Meski begitu, lama-kelamaan saya mulai terbiasa.
Mulailah berusaha untuk berenang dengan cara memunggung. Tapi bukan juga melakukan renang gaya kupu-kupu. Tidak. Cukup sekadar rebahan telentang dan akhirnya wowwwww langsung tubuh saya mengapung, mengambang, tanpa perlu khawatir tenggelam. Luar biasa!
Sesudah bisa mengapung, saya kembali ke pantai. Mencoba mencari-cari koran. Kenapa koran? Ya, di wikipedia saat kita membuka link-nya, ada foto seseorang yang sedang mengambang di Laut Mati, dan kedua tangannya sambil memegang koran.
Mengapung sambil membaca koran. Keren. Tapi sayangnya, tak ada koran. Untung saja, di kursi plastik yang tersedia, saya menemukan buku menu restoran.
Bahan kertasnya saya pegang cukup tebal dan tahan air. Nah, buku itu aja yang menjadi properti seolah-olah saya sedang asyik membaca sambil mengapung. Berhasil yeayyyyyy.
Saat mengapung, tidak usah bersusah payah untuk maju atau mundur. Cukup gerakkan saja kedua tangan seolah sebagai dayung, maka tubuh akan bergerak sesuai arah yang dituju. Apalagi ditambah dorongan angin yang kencang plus ombak yang bergulung dan bergelombang.
Tapi awas ya, ombak dan angin bisa mendorong kita semakin ke posisi tengah laut. Itu sangat terlarang. Sehingga saat rekan saya Pak Jajang yang santuy mengapung dan seperti terbawa ombak, maka sontak saja, hampir semua rekan berteriak mengingatkan Pak Jajang supaya jangan sampai ke tengah laut.
Pun begitu, Pak Jajang justru semakin enjoy.
Tak usahlah berenang dengan banyak gaya di Laut Mati. Enggak perlu berenang gaya bebas, gaya punggung, apalagi gaya katak. Percuma. Karena semua itu justru berpotensi membuat air laut masuk ke mata dan mulut.
Fatal? Ya, karena airnya asin plus sensasi pahit. Dan kalau sudah masuk ke mata, wowwww perihnya minta ampun. Kalau sudah begitu, jangan langsung dikucek-kucek matanya, tambah menyiksa nanti.
Cukup bilas saja dengan guyuran air tawar biasa. Makanya, sebelum berendam di Laut Mati persiapkan juga membawa sebotol air putih.
Tujuannya ya itu, sebelum sampai ke tempat bilas pancuran, kita bisa guyurkan air itu ke mata dan muka, bila terjadi kejadian kemasukan air laut di mata dan mulut.
Puas mengapung, kita bisa melulurkan lumpur ke wajah, tangan, kaki atau ke sekujur badan. Mumpung gratis nih treatment-nya.
Manfaatkan saja. Karena, kalau sumber daya alam lumpur hitam ini sudah dikemas dan dijual di toko atau supermarket maka harganya bisa selangit. Kenapa mahal? Karena air, lumpur, dan garam Laut Mati kaya dengan kandungan mineral alami.
Itulah yang menjadikan lumpur Laut Mati misalnya, berkhasiat dan baik untuk mengobati aneka penyakit kulit. Zat mineral penting yang terkandung yaitu magnesium, zinc, kalsium, kalium, sulfur, chlorine, sodium, dan masih banyak lagi.
“Pada masa lalu, perairan Laut Mati luasnya sampai mencapai ke Kota Jericho saat ini. Tapi setiap tahun, luas perairan Laut Mati selalu susut. Nah, sisa bekas susutnya perairan Laut Mati itu kini berubah jadi lahan perkebunan yang subur. Ya karena kaya mineral alamnya itu. Ada kebun kurma, pisang, tomat, anggur, zaitun, hortikultura, buah dan lainnya. Jadi kalau dipandang sekilas itu seperti gurun pasir, padahal bukan seperti itu. Itu bekas perairan Laut Mati dan tanahnya saat ini kaya garam juga mineral. Tak aneh, kurma produksi Kota Jericho sangat berkhasiat untuk kesehatan dan kesuburan, lantaran tanahnya bekas perairan Laut Mati,” terang tour guide kami.
Produk Laut Mati lainnya apa saja? Banyak. Kalau sempat mampir di toko suvenir pasti bisa menjumpai produk berbahan baku dari Laut Mati, mulai dari sabun, shampoo, masker wajah, garam, pasta gigi, lulur tubuh, krim pegal otot, dan masih banyak lagi.
Ini bukan lagi nge-buzzer atau promosi, tapi saya ambil contoh salah satu produk lumpur Laut Mati untuk lulur wajah. Penjelasan produk di kemasannya bertuliskan tiga bahasa - Inggris, Prancis, dan Arab.
Produknya adalah Dead Sea Facial Mud Mask With Collagen. Dengan berat bersih 350 gram, bahan bakunya antara lain Maris Limus (Dead Sea Mud atau lumpur Laut Mati), Vegetable Glycerin, Cetearyl Alcohol, Aroma dan lainnya. Dikocok dulu sebelum digunakan, produk ini “Made in Jordan”.
Ada lagi Levant Night Cream yang dikemasannya tertulis berbahan baku "a blend of Dead Sea Minerals and Collagen".
Bagaimana khasiatnya? “Saya sudah pakai, memang halus di wajah. Apalagi ditambah masker Laut Matinya, makin jempol deh,” ujar Avee jamaah UTM grup yang sempat shopping produk Laut Mati di Yordania.
Selain kosmetik, garam Laut Mati (Maris Sal) juga digunakan sebagai salah satu bahan baku produk Joints & Muscles Cream. Di kemasannya tertulis “Rich With Dead Sea Minerals”.
Yup, hasil studi dari terapi spa membuktikan, masker lumpur Laut Mati misalnya, mengandung mineral dengan konsentrasi tinggi. Lebih dari 21 mineral baik untuk kulit terkandung didalamnya - termasuk antioksidan dan asam salisilat - sehingga mampu menyehatkan dan meremajakan kulit.
Maka lahirlah produk Serum Anti Aging. Cieeeee siapa sih yang enggak mau kulitnya kelihatan kencang dan muda terus?
Mineral Laut Mati juga bisa membantu penyembuhan penyakit kulit seperti psioriasis (radang kulit) sampai radang sendi. Maklum, kualitas air garam dan lumpur hitam yang sarat mineralnya mudah terserap dan meresap melalui pori-pori kulit.
Ada lagi. Kombinasi exfoliating pada tekstur lumpur Laut Mati dan kandungan antibakterialnya mampu mengangkat kulit mati, minyak, dan kotoran.
Hasilnya, masker lumpur bisa jadi material detoks untuk mengusir jerawat. Itulah mengapa muncul produk Acne Care Cream. Selain, bisa juga membawa efek positif yaitu mengecilkan pori-pori di wajah dan menghilangkan kerut atau keriput di wajah.
Muncul deh produk Anti Stretch Marks Cream. Eeeaaaaa pantesan Ratu Cleopatra itu kecantikannya memukau banget yaaaa.
Tak hanya itu, lumpur Laut Mati juga bisa melembabkan kulit, menstimulasi aliran darah dan oksigen ke dalam sel kulit. Artinya, masker lumpur Laut Mati bisa membuat penggunanya terhidrasi dengan baik. Dampaknya, wajah bisa terlihat cling! Cerah.
Pokoknya, puluhan produk dihasilkan dari material Laut Mati. Diantaranya Anti-Stretch Marks Cream, Sunscreen Lotion, Facial Peel Off Mask, Foot Cream, After Sun Soothing Balm, After Shave, Lightening Cream, Anti Wrinkle Cream, Dead Sea Glycerine Soap, Dead Sea Bath Salt, Facial Mud Mask With Honey, Dead Sea Body Scrub Salt, Eye Contour Gel, Hair and Scalp Mud Mask with Argan Oil, Mineral Hair Shampoo dan masih banyak lagi.
Jadi, mau tampil cantik dan selalu muda seperti Ratu Cleopatra? Ya, jangan cuma coba produk-produk hasil dari sumber alam Laut Matinya, tapi pergilah juga ke sana dan rasakan sensasi mengapungnya. (*)
o o o O o o o
Yang harus diperhatikan:
* Siapkan baju renang, handuk, kain pantai, plastik baju renang basah.
* Tak usah pakai kacamata renang, sepatu katak segala.
* Siapkan air minum untuk antisipasi air laut yang rasanya asin campur pahit itu terminum
* Siapkan shampoo dan sabun untuk mandi bilas
* Jangan berendam kalau ada luka sayat terbuka. Karena dijamin perih.
* Jangan bawa garam atau lumpur Laut Mati di tas cabin pesawat karena biasanya disita di bandara. Taruh atau simpanlah di tas bagasi pesawat ya.
* Hati-hati dengan jam tangan, perangkat elektronik, kena air garam bisa cepat korosif.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI