Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Prabowo Masa Gitu

7 November 2018   00:31 Diperbarui: 7 November 2018   08:01 1164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mustinya, Prabowo sanggup membuang jauh-jauh sistem komando yang biasa ia jalani semasa berkarir di militer. Gantinya, Prabowo harus tampil bak pemimpin, leader! Tapi, leader yang jauh dari kesan arogan, terjaga dan bermutu setiap ucapannya, dan sabar.

Kalau tak bisa mengubah penampilan dari style komandan militer menjadi sosok pemimpin, entah akan sampai berapa kali lagi, Prabowo terbelit masalah akibat ucapan-ucapannya sendiri, maklum, ia terbiasa menggunakan frame pikiran negatif.

Aksi demo warga Boyolali tuntut Prabowo minta maaf. (Foto: detik.com)
Aksi demo warga Boyolali tuntut Prabowo minta maaf. (Foto: detik.com)
Dalam bukunya "Pandangan Strategis Prabowo Subianto -- Paradoks Indonesia : Negara Kaya Raya, Tetapi Masih Banyak Rakyat Hidup Miskin", Prabowo, sebenarnya sudah menyinggung tentang, tiga kelompok manusia. Yaitu, mereka yang membuat hal-hal terjadi (The Leaders); mereka yang melihat hal-hal terjadi (The Followers); dan mereka yang menanyakan bagaimana hal-hal bisa terjadi (The Apathetic).

Menjadi "komandan militer" Prabowo sudah pernah menjalaninya. Sementara untuk menjadi leader, Prabowo musti lebih banyak berlatih lagi. Karena leader, banyak tuntutannya, ini-itu dan sebagainya. Termasuk, memenuhi setiap janji dan melaksanakan seruan yang pernah disampaikan.

Kebetulan, di buku Paradoks Indonesia, Prabowo menulis, "Jangan kita balas kedengkian dengan kedengkian, jangan kita balas kejahatan dengan kejahatan. Jangan kita balas fitnah dengan fitnah."

Itu dulu deh coba, yang Prabowo musti praktikkan ...    

Karena, kalau Prabowo tidak bisa menjaga lisan, apalagi memenuhi setiap janji atas apa yang pernah ditulis maupun disampaikan. Lantas, apa bedanya dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang lisannya juga mudah ngenyek orang lain, bahkan terkait penampilan fisik seseorang. Kalau kita masih ingat, Trump pernah mencela pemimpin nomor satu Korea Utara, Kim Jong Un, dengan sebutan, "Short and Fat", gemuk dan pendek.

Celaan ini boleh jadi mirip dengan omongan Prabowo yang misalnya ditujukan kepada para wartawan yang punya gaji kecil, dan tak mampu belanja di mal. Sekalipun niatnya ingin menyejahterakan kehidupan wartawan, tapi kan juga tidak perlu diawali dengan lontaran celaan.

Bagaimana Prabowo?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun