Mustinya, Prabowo sanggup membuang jauh-jauh sistem komando yang biasa ia jalani semasa berkarir di militer. Gantinya, Prabowo harus tampil bak pemimpin, leader! Tapi, leader yang jauh dari kesan arogan, terjaga dan bermutu setiap ucapannya, dan sabar.
Kalau tak bisa mengubah penampilan dari style komandan militer menjadi sosok pemimpin, entah akan sampai berapa kali lagi, Prabowo terbelit masalah akibat ucapan-ucapannya sendiri, maklum, ia terbiasa menggunakan frame pikiran negatif.
Menjadi "komandan militer" Prabowo sudah pernah menjalaninya. Sementara untuk menjadi leader, Prabowo musti lebih banyak berlatih lagi. Karena leader, banyak tuntutannya, ini-itu dan sebagainya. Termasuk, memenuhi setiap janji dan melaksanakan seruan yang pernah disampaikan.
Kebetulan, di buku Paradoks Indonesia, Prabowo menulis, "Jangan kita balas kedengkian dengan kedengkian, jangan kita balas kejahatan dengan kejahatan. Jangan kita balas fitnah dengan fitnah."
Itu dulu deh coba, yang Prabowo musti praktikkan ... Â Â
Karena, kalau Prabowo tidak bisa menjaga lisan, apalagi memenuhi setiap janji atas apa yang pernah ditulis maupun disampaikan. Lantas, apa bedanya dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, yang lisannya juga mudah ngenyek orang lain, bahkan terkait penampilan fisik seseorang. Kalau kita masih ingat, Trump pernah mencela pemimpin nomor satu Korea Utara, Kim Jong Un, dengan sebutan, "Short and Fat", gemuk dan pendek.
Celaan ini boleh jadi mirip dengan omongan Prabowo yang misalnya ditujukan kepada para wartawan yang punya gaji kecil, dan tak mampu belanja di mal. Sekalipun niatnya ingin menyejahterakan kehidupan wartawan, tapi kan juga tidak perlu diawali dengan lontaran celaan.
Bagaimana Prabowo?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H