Itu awal sekali waktu kami melakukan fokus advokasi perbaikan sekolah rusak, sekitar dua tahun lalu. Bangunan SDN Sampang yang dibangun sejak 1984 itu, sudah lama banyak yang rusak. Kondisinya sudah hampir mirip kayak kandang kambing. Karena memang ruangan kelas diisi kambing kalau sore hari.Â
Maklum, karena memang sudah tidak ada pintu kelas dan kelengkapan lainnya. Bahkan lantainya pun sudah tanah semua. Tetapi, setiap tahun anggaran bergulir, setiap kali pula diajukan perbaikan kondisi bangunan sekolah, nyatanya tidak pernah memperoleh alokasi dana rehab perbaikan sekolah.
Alih-alih dapat anggaran dana perbaikan gedung sekolah, nyatanya pada 2016 itu, Pemda malah punya inisiatif untuk melakukan merger sekolah dengan argumentasi bahwa SDN Sampang jumlah muridnya sedikit. Kami sangat keras menentang waktu itu. Kalau kita bicara persoalan murid yang jumlahnya sedikit, kita harus lihat faktor penyebabnya apa sehingga muridnya bisa sedikit.Â
Saya sampaikan waktu itu, siapa orangtua yang mau menyekolahkan anaknya di SDN Sampang yang bangunannya sudah nyaris roboh. Tembok-temboknya sudah bolong. Tinggal nunggu roboh. Jadi enggak bisa, diputuskan untuk langsung dimerger.
Kemudian kami melakukan advokasi sekitar lima bulan. Alhamdulillah di akhir tahun 2016, SDN Sampang dapat alokasi anggaran dana rehab, dan kemudian sudah selesai dibangun.Â
Walaupun memang masih ada persoalan lain yang kemudian masih belum selesai, karena bicara anggaran kemarin itu enggak cukup, lantaran ada tuntutan kebutuhan lain seperti lapangan olahraga dan lainnya. Tetapi paling tidak ruangan sekolahnya sudah bagus. Masyarakat atau siswa bisa lebih aman untuk belajar di sana. Sekarang sudah baik dan tidak takut roboh lagi.
Ya, persoalan mengapa HLS Banten pun mengalami peningkatan tetapi tidak signifikan atau jalannya sangat lambat sekali, karena memang akses daripada pendidikan di Provinsi Banten, mungkin yang bagus itu cuma ada di Tangerang Raya, dengan akses jalan dari dan menuju sekolah-sekolah baik, juga akses transportasinya mudah.Â
Sementara kabupaten/kota lainnya yang mensupport angka-angka statistik pendidikan Banten, seperti di Kabupaten Pandeglang, Lebak, dan Serang, infrastruktur jalannya saja masih menjadi persoalan besar sampai detik ini. Begitu juga dengan akses transportasinya yang masih sulit.
Padahal kalau bicara target, angka Rata Lama Sekolah Provinsi Banten yang masih 8,37 tahun akan ditingkatkan menjadi 9,3 tahun pada 2018. Sedangkan untuk HLS juga ditargetkan dari 12,7 tahun menjadi 15 tahun. Ini target luar biasa. Padahal, sepanjang 2013 hingga 2017, tidak ada peningkatan signifikan terhadap HLS.Â
Kalau bicara niat, mungkin bagus. Terlihat optimis. Tapi kemudian juga perlu dilihat tren sepanjang lima tahun terakhir yang cuma berubah angka terakhir saja, bukan angka depannya. Artinya perlu ada reformasi agenda perbaikan layanan pendidikan untuk meningkatkan angka HLS sesuai target. Ini PR besar sekaligus tantangan Gubernur Banten. Bagaimana caranya meningkatkan angka statistik HLS ini? Karena menurut kami, target HLS ini sebagai target yang "tidak menjejak bumi".