Atapnya berbentuk limas susun tiga, mirip dengan atap bangunan Klenteng Cina. Bahan atapnya, semula terbuat dari ijuk dan telah beberapa kali diganti seng. Atap limas bersusun tiga ini menjadi perlambang susunan masyarakat adat di Alam Surambi Sungai Pagu yang terdiri dari Suku, Paruik dan Anak Paruik. Sementara atap pada mihrab berbentuk puncak rumah gadang yang melambangkan adat Minangkabau.
Tonggak atau tiang kayu berjumlah 59 buah, pada bagian tengah terdapat tonggak paling besar ukurannya disebut tonggak macu (mercu). Seperti sudah disinggung sejak awal tulisan ini, angka 59 merupakan jumlah induak dan datuak setiap suku yang ada di Alam Surambi Sungai Pagu.
Mengenai jumlah tiga lantai di masjid ini, rupanya juga punya makna tersendiri, yaitu melambangkan tingkatan ajaran Islam: syari'at, hakikat dan ma'rifat. Kalau ada anak tangga sebanyak 6 batang kayu yang harus dilalui untuk naik dari lantai 1 ke lantai 2, maka angka 6 tersebut menyimbolkan jumlah Rukun Iman.
Sedangkan untuk naik ke lantai paling atas, sepertinya dulu tidak disediakan anak tangga. Tetapi dibuatkan 5 tekukan kayu pada tiang macu yang artinya, melambangkan jumlah Rukun Islam. Tekukan kayu di tonggak macu ini memang tidak mudah dipanjat sebagai simbol bahwa siapa saja yang ingin naik ke tingkatan ma'rifat harus tekun dan serius untuk mencapainya. [Wah, repot juga ya kalau enggak ada tangganya 'gitu]
Jumlah pintu masjid, menurut Ir Hasmurdi Hasan, ada 3 buah. Pintu utama ada di depan menghadap ke halaman, sedangkan 2 pintu lagi terdapat di sisi Utara dan Selatan. Pintu utama adalah tempat masuk tamu dan rajo. Pintu sebelah Utara tempat masuk suku Melayu dan Panai. Adapun pintu sebelah Selatan tempat masuk suku Kampai dan Tigo Lareh Bakapanjangan.
Bagaimana dengan tingkok atau jendela? Pada lantai 1, di dinding bagian depan terdapat 5 tingkok (2 tingkok disisi Utara pintu utama melambangkan rakaat Shalat Subuh, sedangkan 3 tingkok di sisi Selatan pintu utama melambangkan rakaat Shalat Maghrib). Subuh pada waktu pagi hari, Maghrib di sore hari digambarkan pada arah dari Utara ke Selatan, selain melambangkan sejarah keberadaan suku Melayu sebagai pendahulu suku yang ada.
Begitu juga tingkok yang ada di kedua sisi dinding Utara dan Selatan, masing-masing berjumlah 5 buah, juga melambangkan rotasi kehidupan manusia, waktu Subuh dan Maghrib berakhir ke arah mihrob.
Pada lantai 2 di dinding bagian depan terdapat 4 tingkok, begitu juga di dinding sisi Utara dan sisi Selatan, ini melambangkan jumlah 4 rakaat shalat wajib Dzuhur, Ashar dan Isya. Pada lantai 3 terdapat 2 tingkok melambangkan rakaat shalat sunnah. Sedangkan 1 tingkok yang terdapat di tingkat kubah yang dipergunakan tempat mengumandangkan adzan, melambangkan ketauhidan akan ke-Esa-an Allah SWT.