Memang, tiga tahun lalu - di MataNajwa episode 'Agen Perubahan' - AHY pernah menyatakan dirinya, yang selalu menghindari pembicaraan bila sudah masuk ke ranah politik, dan memilih setia menjunjung sumpah prajurit.
"Tidak ada ya penyebutan (putra) mahkota. Kami sekeluarga memang cukup kental saat ini dalam kehidupan berpolitik. Contohnya ketika berbincang-bincang dalam suasana kekeluargaan di Cikeas, tentu saya bisa bercerita banyak hal tentang kegiatan sehari-hari di kesatuan maupun hal-hal lainnya, tetapi ketika saatnya masuk dalam pembicaraan tentang politik, maka ayah akan menyampaikan kepada saya untuk meninggalkan tempat. Dan saya tahu diri, dengan sendirinya menjunjung kode etik prajurit untuk meninggalkan tempat," urai AHY.
Memiliki rekaman pernyataan AHY yang 3 tahun lalu emoh berpolitik itu, Nana seakan punya senjata ampuh untuk nembak AHY dengan pertanyaan pertama dalam bentuk menampilkan rekam jejak. Begini lontaran Nana, "Tiga tahun yang lalu mantap sekali menjawab, tidak ada cerita lain, hanya fokus ke militer. Tapi sekarang lain cerita ya, Mas Agus?"
Ketujuh, sering mengajukan pertanyaan tersembunyi. Menurut Jonathan Herring dalam bukunya Cara Tepat Berdebat Secara Cerdas, Meyakinkan & Positif, teknik pertanyaan ini sering digunakan para pengacara di ruang sidang. Misalnya: "Siapa orang yang bersama Anda pada malam itu?". Atau, "Anda sudah tidak memukuli istri Anda lagi, bukan?"
Teknik ini cerdik karena mengajukan pertanyaan yang memuat fakta tersembunyi. Dengan menjawab pertanyaan tersebut, si penjawab dianggap menerima fakta tersembunyi itu.
Pertanyaan tersembunyi yang diajukan Nana bisa kita saksikan ketika meladeni Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan pada episode 100 Hari Anies-Sandi. [Videonya ada persis di bawah ini]
Nana:"Pertanyaan saya, Anda akan mengikuti saran dari Polda atau tidak?"
Anies:"Kita akan mengikuti semua saran. Keputusannya adalah dengan mempertimbangkan seluruh faktor. Jadi jangan ..."
Nana:"Jadi Polda bukan faktor yang terlalu penting untuk didengarkan?"