Role model bagi generasi ini bukan lagi Caltex, P&G, DuPont, Shell, British Petroleum, Unilever, atau Coca Cola -- nama-nama merk yang sudah tergeser dalam peringkat 5 besar brand dengan nilai tertinggi di dunia digantikan oleh para perusahaan teknologi hanya dalam waktu 5 tahun.
Berapa kali tulisan ini sudah dibaca orang? Per 11 Januari 2018, mencapai 1813 klik.
o o o O o o o
Saya tuh suka beli Tabloid Kontan. Laporan Utama dan Reportase selalu saya baca karena mendalam dan ditingkahi dengan bahasa yang enak dibaca. Jumputan kata-katanya kadang memperkaya kosakata. Gaya jurnalisme seperti ini saya suka, karena berhasil menyederhanakan istilah ekonomi yang biasanya sulit. Selain itu, rubrik Refleksi juga tak pernah ketinggalan saya lahap. Banyak pelajaran yang dituliskan praktisi, pakar dan tokoh ternama. Saya banyak mempelajarinya.
Nah, pada kurasi tulisan Ekonomi ketiga karya Hilman Fajrian, saya menemukan hal yang sama. Tulisan yang diunggah pada 24 Mei 2017 ini, tema strategi pemasaranlah yang saya pelajari.Â
Baca saja sekali lagi judul artikel yang sebenarnya bisa dijadikan dua naskah ini: Mengapa Usaha Kreatif Gagal? Hilman membedah persoalan yang masih membelit usaha kreatif. Menariknya, ia menyodorkan fenomena bahwa bisnis kekinian harus menganut falsafah kekinian juga. Contoh, nasehat Bob Sadino dalam berbisnis, tak selamanya peka dengan problema masa kini.
Hilman mengatakan:
"Setiap nasehat punya masanya masing-masing. Lebih dari itu: kita perlu metode yang sesuai dengan kenyataan yang kita hadapi, bukan jargon."
Bahagian berikutnya, Hilman membeberkan 8 pendekatan baru untuk mengatasi kegagalan usaha kreatif. Berikut, adalah saripati petuah-petuah tersebut:
a. Memulai Dari Pertanyaan.