"Mengapa perusahaan gagal berinovasi? Karena makin kaya Anda, makin pula Anda takut mengambil risiko. Anda takut gagal dan jadi miskin. Bila Anda miskin dan kelaparan, pilihan Anda makin sedikit dan siap untuk gagal mencoba ketimbang mati.
Itu sebabnya banyak kisah sukses seseorang yang pernah mengalami keterpurukan hebat dalam hidupnya -- karena ia tak punya pilihan selain mencoba dan gagal tampaknya tidak terlalu buruk. Steve Jobs punya nasihat fenomenal:stay hungry, stay foolish.
Di perusahaan besar dimana para pemegang saham dan eksekutif sudah kaya raya, tim inovator yang dulu membuat mereka tajir telah lenyap. Perusahaan berjalan secara auto pilot. Yang mereka lakukan sehari-hari hanya merepetisi yang itu-itu saja.
Ada semacam keyakinan bahwa tugas utama orang-orang dalam perusahaan besar adalah melanjutkan kebesaran itu sendiri. Kenyamanan seperti ini membuat perusahaan besar lebih sering mengekor dibanding mencipta. Mereka baru panik ketika penerimaan dan laba berguguran. RIM, Kodak, Olympus, Nokia, Sunoco, JC Penny, McDonalds adalah beberapa contohnya.
Tulisan Ekonomi kedua Hilman pada 23 Mei 2017 ini seolah menjadi sambungan atas tulisan sebelumnya yang berjudul Dilema Inovasi dan Kekalahan Sebuah Bangsa. Benang merahnya tetap sama, yaitu "Disruption" yang ujung-ujungnya adalah inovasi juga.
Masalahnya, tidak semua pimpinan perusahaan sadar untuk melakukan inovasi. Padahal, zona aman yang meninabobokan mudah runtuh akibat "lawan-lawan yang tak terlihat" dan menguasai "pasar yang baru". Incumbent kolot seperti ini yang hendak dipecut Hilman.Â
Makanya, ia menuturkan 3 hal penting untuk melandasi semangat berinovasi: Motivasi, Kultur dan Keberanian.
Diantara "Keberanian" yang dimaksud sudah barang tentu keberanian juga untuk mengucurkan dana demi melindungi usaha agar jangan sampai diserang (disrupted). Hilman menulis:
"Mendanai inovasi artinya membiayai sebuah perjalanan mencari keberuntungan. Itulah sebabnya kita melihat perusahaan-perusahaan baru startup bisa melejit begitu dahsyat dan mampu mematikan perusahaan besar hanya 'dalam semalam'.
Karena mereka punya sesuatu yang tidak dimiliki perusahaan besar: anak-anak muda yang lapar dan berani. Mereka bersedia menjelajahi yang tak pasti demi mendapatkan keberuntungan -- karena gagal merupakan sesuatu yang bisa diterima.
Mereka tetap menjaga ukurannya tetap kecil, memulai sesuatu dari yang kecil, tetapi bisa membesar dengan sangat cepat. Patron mereka adalah Google, Facebook, Amazon, Apple, Uber -- perusahaan-perusahaan yang menjadikan keberanian dalam berinovasi (dan berbuat kesalahan) sebagai bahan bakar utama.