Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Membuang Uang Logam, Membuang Harga Diri Bangsa

11 Januari 2018   12:14 Diperbarui: 16 Januari 2018   17:08 3593
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengajarkan anak menabung sejak dini. Mengajarkan mereka untuk merencanakan keuangan masa depan. (Foto: Gebi/Tim Desa Karangampel 2015)

Adapun uang logam pecahan Rp 100 edisi tahun yang sama, ada foto pahlawan nasional Prof Dr Ir Herman Johannes. Beliau dikenal sebagai pendidik dan ilmuwan fisika juga kimia. Berkat keilmuannya ini, Herman pernah diberi tugas Letkol Soeharto yang waktu itu menjabat sebagai Komandan Resimen XXII TNI yang membawahi Yogyakarta, untuk memasang bom di jembatan kereta api Sungai Progo. Selain itu, Herman yang dianugerahi Pahlawan Nasional pada 2009 juga turut angkat senjata pada aksi Serangan Umum 1 Maret 1949.

Demi mengenang jasa mulia para pahlawannNasional tersebut, apa kita lantas tega membuang begitu saja, uang-uang logam tadi ke jalan raya? Rasanya sambil menutup muka karena malu, kita wajib mengatakan, "Tidak!"

Uang logam aneka pecahan yang sengaja dibuang 'Pak Ogah' di pertigaan Reni Jaya, Pamulang, Tangsel. (Foto: Gapey Sandy)
Uang logam aneka pecahan yang sengaja dibuang 'Pak Ogah' di pertigaan Reni Jaya, Pamulang, Tangsel. (Foto: Gapey Sandy)
Uang logam aneka pecahan yang sengaja dibuang 'Pak Ogah' di pertigaan Reni Jaya, Pamulang, Tangsel dan sudah menyatu dengan permukaan aspal. (Foto: Gapey Sandy)
Uang logam aneka pecahan yang sengaja dibuang 'Pak Ogah' di pertigaan Reni Jaya, Pamulang, Tangsel dan sudah menyatu dengan permukaan aspal. (Foto: Gapey Sandy)
Pertanyaan mengapa uang koin receh harus dibuang-buang seperti itu memang sulit untuk dijawab. Bukankah bila terkumpul banyak maka uang koin receh tersebut bisa ditukarkan, misalnya ke salah satu minimarket yang lokasinya juga sama-sama berada di pertigaan Pamulang -- Reni Jaya tersebut.

Pihak minimarket jelas butuh uang koin aneka pecahan untuk berjaga-jaga bila harus melakukan pengembalian uang kepada pelanggan yang bertransaksi.

Selain itu, kalau kita masih ingat, pada medio Juli 2010 lalu pernah digalang kerja sama antara Bank Indonesia, Kementerian Perdagangan, Perbankan, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) dan Perhimpunan Kasir se-Jabodetabek yang meluncurkan kampanye "Peduli Koin Nasional".

Tak hanya berhenti pada memberi saran, agar supaya uang-uang koin logam itu tidak dibuang sembarangan dan lebih baik ditukarkan ke kasir minimarket terdekat, saya tergerak untuk menanyakan langsung kepada petugas kasir di minimarket yang lokasinya jadi satu dengan area SPBU di Jalan Pajajaran, Pamulang, Tangsel.

"Mbak, apa boleh kalau saya punya uang koin logam di rumah yang recehan itu, ditukarkan dengan uang kertas nominal yang sama di sini?" tanya saya pada Rabu (10/12) sambil membeli camilan.

"Tukar recehannya di sini, boleh Pak," jawab Uri, kasir di minimarket ini sambil tersenyum.

Jawaban Uri tentu melegakan hati. Artinya, tidak ada alasan apapun bagi siapa pun untuk masih membuang-buang uang logam, entah di aspal panas jalan raya maupun di mana-mana. Bisa kok kita tukarkan uang logam itu ke kasir minimarket. Atau, ya tukar deh ke bank.

Oh ya, di depan mesin kasir minimarket, saya melihat ada satu piring transparan yang ukurannya tidak terlalu besar, tempat dimana Uri menyediakan banyak sekali uang koin logam. Tentu, ini digunakan sebagai pelengkap nominal uang kembalian untuk pelanggan. Termasuk saya, yang menyodorkan secarik uang Rp 50.000, dan sesudah digunakan untuk membayar belanjaan, tercantum bahwa uang kembalian yang harus saya terima adalah senilai Rp 26.400. Cekatan sekali jemari Uri mencari-cari dua uang logam senilai pecahan Rp 200, demi melunasi nomimal uang kembalian untuk saya. Jelasnya, tak ada istilah mengganti uang kembalian nominal uang kecil dengan permen dan sebagainya.

Uri, petugas kasir di salah satu minimarket memperlihatkan sepiring penuh uang logam yang selalu tersedia di meja kasir. (Foto: Gapey Sandy)
Uri, petugas kasir di salah satu minimarket memperlihatkan sepiring penuh uang logam yang selalu tersedia di meja kasir. (Foto: Gapey Sandy)
Uang pengembalian senilai Rp 26.400 dari Uri, kasir minimarket. (Foto: Gapey Sandy)
Uang pengembalian senilai Rp 26.400 dari Uri, kasir minimarket. (Foto: Gapey Sandy)
Apa yang menjadi kepedulian kasir minimarket untuk bertanggung-jawab memberikan uang kembalian belanja sesuai nominal yang tertera pada struk belanja, patut kita puji. Bukankah ini juga pernah disuarakan sama-sama pada 8 tahun lalu melalui gerakan "Peduli Koin Nasional". Ketika itu, banyak yang prihatin bahwa ada semacam keengganan masyarakat (termasuk perbankan malahan) untuk menerima dan menggunakan uang koin. Salah satu alasannya enggak prinsipil banget, yaitu merepotkan. Haduhhh ...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun