Ya benar, "Kembang Mayang" lahir sejak 2017. Ketika itu, sejumlah ibu di Kompleks Kembang Larangan ini memenuhi hasrat menimba ilmu membatik di Rumah Batik Palbatu. Kebetulan, Budi Darmawan merupakan salah seorang pendiri rumah batik yang beralamat di bilangan Tebet, Jakarta Selatan itu.
Hasilnya? Perlahan tapi pasti. Sekarang ini, sudah banyak siswa dan ibu-ibu dari berbagai wilayah sekitar datang untuk belajar membatik di "Kembang Mayang".
"Jujur, ini sangat membanggakan kami semua. Anak-anak sekolah dan kaum ibu semakin banyak yang datang belajar membatik di sini. Malah ada yang dari kawasan BSD City. Jumlahnya sudah lebih dari 100 peserta yang datang belajar membatik di sini," bangga Farah, salah seorang pegiat membatik yang juga termasuk pionir "Kembang Mayang".
Sementara itu, Zulifni Adnan, Ketua Sanggar Batik "Kembang Mayang" mengatakan dalam sambutannya, sudah ada empat ibu pembatik di sanggar ini yang sudah memperoleh Sertifikat Kompetensi Pembuatan Batik Tulis. Keempat ibu itu adalah Farah, Aminarti, Dewi dan Yeti. Empat sertifikat kompetensi yang ditandatangani Ir Subagyo Sudjono Putro MM selaku Direktur Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) ini pun, langsung diserahterimakan kepada yang bersangkutan. Ada juga penyerahan sertifikat penghargaan untuk sejumlah ibu lainnya, yang dianggap berjasa melakukan gerakan perintisan membangun lingkungan sosial.
Makna Motif "Kembang Mayang"
Dalam tulisan sebelumnya di Kompasiana tentang Sanggar Batik "Kembang Mayang", masih belum jelas ditemukan jawaban terkait apa dan bagaimana ikon motif yang disebut Kembang Mayang itu. Tetapi kini, Budi Darmawan tanpa ragu menjelaskan makna motif Kembang Mayang yang sebelumnya telah disepakati bersama dengan seluruh pegiat komunitas sanggar batik.
Motifnya bergambarkan bunga dengan 9 sulur. Bunganya seperti setengah lingkaran dengan bulatan besar sebagai pusat tengahnya. Apa saja maknanya? Begini ...
Dilanjutkannya, masyarakat yang bahagia juga tercermin dari sulur utama yang menggambarkan kegiatan membatik yang mengedepankan kejujuran dalam berkarya, kesederhanaan dan berkarya bagi kemaslahatan bersama (Honesty, Simplicity, Integrity). "Sedangkan bulatan besar yang merupakan pusat bunga adalah cerminan masyarakat yang patuh terhadap aturan, saling menghormati, sesuai dengan ajaran agama yang dijalankan dengan saling menghargai dan bertoleransi (Respect and Tolerance)," ujarnya.
Menurut Budi Darmawan, dalam penerapannya motif diterapkan secara berulang yang membentuk keteraturannya, indah secara estetika dan bisa menggambarkan optimisme dan selalu berpikir positif yang akan menghasilkan karya yang bermanfaat, selalu berusaha untuk menjadi individu dan masyarakat yang bahagia (Happy and Optimistic)," urainya mantap.