Menpar mengutip hasil sigi yang dilakukan TripAdvisor pada 2016. Survei ini menunjukkan, 63% dari seluruh travel saat ini adalah "travel online", mulai dari researched, booked bought dan sold online. Contoh lain, ada lebih dari 200 ulasan per menit yang diunggah melalui TripAdvisor.
Berkaca dari generasi milenial yang tak bisa lepas dengan gadget dan layanan aplikasi media sosial, Menpar menekankan pentingnya setiap destinasi wisata untuk fokus pada Media Zaman Now. Apa itu?
Ada tiga yang harus diperhatikan, pertama, lakukan positioning sebagai esteem economy. Artinya, fokus pada customers. "Kids Zaman Now" itu 70%-nya eksis di dunia maya, dunia digital, bahkan media pun sebagai channel menuju ke sana. Makanya, pengelola destinasi wisata harus pandai mengakses dan mengelola fakta maupun data kekinian yang demikian.
Ketiga, lakukan branding atau menuruti aliran "Kids Zaman Now". Konteksnya adalah dari sisi promosi, dimana media harus berpromosi apabila ingin semakin kuat dan eksis di pasar anak muda ke masa depan.
"Destinasi digital itu adalah produk wisata yang kreatif, dan harus instagrammable sehingga dapat menjadi viral," jelas Arief Yahya.
Ada sejumlah destinasi digital yang sudah intagrammable dan bisa menjadi contoh. Mereka adalah:
- Pasar Pancingan di Lombok.
- Pasar Mangrove di Batam - Kepri.
- Pasar Karetan di Kendal - Semarang.
- Pasar Siti Nurbaya di Padang.
- Pasar Tahura di Lampung.
- Pasar Kaki Langit di Yogyakarta.
- Pasar Baba Boen Tjit di Palembang.
Maju terus Pariwisata Indonesia! Bravo!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H