Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Wisata ke Makam Panjang dan Melihat Benda Bersejarah di Pulau Bawean

17 Oktober 2017   21:07 Diperbarui: 19 Oktober 2017   19:53 3380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Manuskrip berhuruf Arab tapi berbahasa Melayu yang menjelaskan sejarah Bawean. (Foto: Gapey Sandy)

Konon, Pangeran Aji Saka ini adalah penganut agama Hindu yang datang untuk menyebarkan agama Hindu di Bawean. Pangeran Aji Saka berasal dari Kerajaan Asoka di India.

Suatu ketika, Pangeran Aji Saka hendak pergi ke Pulau Jawa (JawaDwipa), ditemani pembantunya, Sembodo. Sebelum pergi berlayar, Pangeran Aji Saka menitipkan sebilah senjata pusaka kepada Doro yang akan tetap tinggal di Bawean. Ketika menyerahkan senjata pusaka ini, Pangeran Aji Saka berwasiat kepada Doro agar jangan pernah menyerahkan senjata pusaka ini kepada siapa pun, kecuali hanya kepada dirinya. Sesudah itu, berangkatlah Pangeran Aji Saka bersama Sembodo.

Makamnya memang panjang. (Foto: Gapey Sandy)
Makamnya memang panjang. (Foto: Gapey Sandy)
Dihitung dengan alat meteran gulung, panjang makam ini adalah sekitar 15,5 meter. (Foto: Gapey Sandy)
Dihitung dengan alat meteran gulung, panjang makam ini adalah sekitar 15,5 meter. (Foto: Gapey Sandy)
Pada perjalanan waktu, nun di seberang Pulau Bawean sana, Pangeran Aji Saka teringat akan pembantu setianya, Doro, yang masih bermukim di Bawean. Pangeran juga ingat bahwa pembantu setianya ini pernah dititipkan sebilah senjata pusaka. Karena hendak mengambil kembali senjata pusaka tersebut, maka Pangeran Aji Saka kemudian mengutus Sembodo untuk mengambil kembali senjata pusaka tersebut.

Tapi rupanya, Doro, yang merasa memegang amanat Pangeran Aji Saka supaya jangan memberikan senjata pusaka tersebut selain kepada Pangeran, berusaha mati-matian mempertahankan senjata pusaka. Sedangkan Sembodo, juga bersikeras menunaikan titah Pangeran Aji Saka untuk menjemput kembali senjata pusaka. Saling bersitegang, keduanya kemudian bertikai dan melakukan perang tanding. 

Pertarungan berlangsung hebat. Sayang, keduanya sama-sama menemui ajal dengan sama-sama bersimbah darah. Nah, menurut cerita rakyat, makam panjang ini sebenarnya adalah lokasi bekas ceceran darah dari Doro, yang akhirnya juga dikubur di makam panjang berikut keris pusaka milik Pangeran Aji Saka. Sementara makam Sembodo ada di area lain, meski sama-sama di Desa Tinggen.

Makam Panjang difoto dari perairan pantai. (Foto: Gapey Sandy)
Makam Panjang difoto dari perairan pantai. (Foto: Gapey Sandy)
Pantai yang berada persis di sebelah lokasi Makam Panjang. (Foto: Gapey Sandy)
Pantai yang berada persis di sebelah lokasi Makam Panjang. (Foto: Gapey Sandy)
Cerita legenda tentang Doro dan Sembodo ini dimuat juga oleh situs resmi Pemerintah Kabupaten Gresik, dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gresik.

Versi senada disampaikan Dhelah, warga Desa Lebak yang penulis temui tengah bersantai di sebuah pondok kayu dekat perahu-perahu nelayan tertambat, tak jauh dari Makam Panjang. "Ya benar, menurut cerita yang ada, Makam Panjang ini adalah makamnya Doro yang berkelahi dengan Sembodo. Keduanya meninggal dunia. Doro dimakamkan di Makam Panjang beserta keris pusaka milik tuannya yang ia pertahankan mati-matian. Sedangkan Sembodo, yang ingin mengambil dan menyerahkan keris pusaka tersebut untuk diserahkan sesuai perintah tuannya, dimakamkan sebelah sana," ujar Dhelah sembari menunjuk ke arah jalan desa.

Dhelah juga mengatakan, banyak rombongan peziarah yang datang ke Makam Panjang. "Mereka berziarah sambil berwisata dan beristirahat di sini, sekaligus bersyukur sudah tiba dengan selamat di Pulau Bawean," ujarnya.

Dhelah, warga Desa Lebak mengisahkan legenda Doro melawan Sembodo juga. (Foto: Gapey Sandy)
Dhelah, warga Desa Lebak mengisahkan legenda Doro melawan Sembodo juga. (Foto: Gapey Sandy)
Edelia dan Fevian coba menghitung panjang makam dengan langkah kaki. (Foto: Gapey Sandy)
Edelia dan Fevian coba menghitung panjang makam dengan langkah kaki. (Foto: Gapey Sandy)
Secara umum, kondisi fisik tempat wisata Makam Panjang ini sudah cukup baik, apalagi jalan beton menuju Makam Panjang juga sudah cukup 'memanjakan' pengunjung sampai ke lokasi. Hanya saja, sejumlah masukan dan temuan berikut harus segera mendapat perhatian serius dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Gresik, yaitu:
  • Fasilitas toilet dan air bersih yang kurang memadai.
  • Genting mulai rusak, copot sehingga atapnya bolong pada sisi makam yang mengarah ke pantai.
  • Papan informasi hancur dan tergeletak saja di atas pusara makam.
  • Sejumlah keramik tampak copot dan diletakkan begitu saja di atas pusara makam.
  • Kurangnya jumlah tempat sampah, sehingga cukup banyak sampah bertebaran di sekeliling makam.
  • Perlu lahan khusus untuk parkir kendaraan bermotor, agar jangan terlalu mendekat ke posisi makam.

Sudut makam dengan genting yang mulai copot menghilang. (Foto: Gapey Sandy)
Sudut makam dengan genting yang mulai copot menghilang. (Foto: Gapey Sandy)
Papan informasi Makam Panjang yang kacanya pecah dan hancur kayu pilarnya, hanya tergeletak di atas pusara makam. (Foto: Gapey Sandy)
Papan informasi Makam Panjang yang kacanya pecah dan hancur kayu pilarnya, hanya tergeletak di atas pusara makam. (Foto: Gapey Sandy)
Oh ya, satu yang paling unik apabila kita berkunjung ke Makam Panjang ini adalah kepercayaan bahwa akan sulit mengukur berapa panjangnya makam. Angka yang didapat akan selalu berubah-ubah.

Penasaran, penulis pun mencoba mengukur dengan melangkahkan kaki. Dari posisi kepala makam hingga ke ujung kaki yang mengarah ke pantai. Terhitung dengan pasti, ada 23 kali langkah kaki. Tapi, begitu rekan penulis yang juga sesama rombongan WriteVenture yakni Fevian dan Edelia menghitung dari sisi sebelah kanan, jumlahnya malah menjadi 33 kali langkah kaki. Haddeeuuuhhh...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun