Program CSR menjadi amanat UU No.40/2007tentangPerseroan Terbatas yang diantaranya mewajibkan setiap perseroan dengan kegiatan utamanya bergerak di bidang Sumber Daya Alam (SDA) agar melakukan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP).
Melalui bermacam-macam program CSR, kita dapat semakin lebih memahami makna tagar #TambangUntukKehidupan, karena masyarakat menjadi berdaya juga sejahtera, tidak hanya yang berada di wilayah sekitar tetapi juga lebih meluas lagi.
Makanya jangan heran apabila saya menunjukkan foto tiga jenis panganan kering, stick rumput laut, jagung ketan dan abon cumi. Lho, apa hubungannya panganan kriuk ini dengan pertambangan? Ya, inilah sedikit diantara sekian banyak produk yang dihasilkan masyarakat sekitar wilayah pertambangan, tepatnya di Sapeken, Sumenep, Jawa Timur.
Pelaku usaha rumahan yang memproduksi panganan kering ini tak lain adalah mitra binaan dari SKK Migas dan Kangean Energy Indonesia (KEI). SKK Migas atau Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi adalah institusi yang dibentuk oleh pemerintah Republik Indonesia melalui Perpres Nomor 9/2013 tentang Penyelenggaraan Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi. Sedangkan KEI, merupakan pebisnis swasta yang menambang di sektor oil and gas.
Mau tahu apa saja produknya? No problem saya sebutkan beberapa saja yak. Ada udang kering, ikan teri nasi, kerupuk ikan bandeng laut, udang papai, amplang berau, abon tuna, ikan kering kerupuk, kerupuk ikan tenggiri, kue cincin, keminting, kue satu kacang, krispi kacang, minyak urut dayak, minyak bulus, batik etnik, kalung dan gelang manik-manik, sarung tenun, tas rotan dan masih banyak produk khas lainnya. Kios yang menjual Oleh-oleh Khas Berau ini tak lain adalah Rumah Kemas Basinang.
Ketika saya berkunjung ke penambangan bahan baku untuk membuat semen milik PT Semen Padang beberapa waktu lalu, salah satu program CSR yang dilakukan perusahaan ini antara lain memberdayakan usaha batik etnik dari pengrajin sekitar. Salah satunya pengrajin Batik Minang Tanah Liek. Batik etnik yang diproduksi pengrajin ini sangat unik, karena proses warna-warninya dihasilkan melalui pencelupan berbagai bahan alami, seperti tanah liat, kulit rambutan, kulit jengkol, gambir dan lainnya.
Hal yang mirip sama dilakukan oleh PT Newmont Nusa Tenggara (NNT) di Sumbawa Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang menggelar banyak program CSR. Mulai dari upaya konservasi tukik atau penyu laut di Pantai Maluk, bantuan Posyandu di Desa Mantun, pengembangan Pasar Maluk, meningkatkan edukasi di SDN Benete Maluk, Bank Sampah Lakmus di Desa Lakmus, kredit mikro Yayasan Olat Parigi, pengembangan industri rakyat perkebunan lidah buaya dan beras merah di Desa Sekongkang Bawah, hingga penguatan Koperasi Kemuning di Desa Kemuning Kecamatan Sekongkang. (Buka-bukaan Dunia Tambang, Mizan Pustaka, Â hal.136)
Bersama LPMAK, peningkatan kapasitas masyarakat pun dilaksanakan. Mulai dari menitikberatkan pada, pertama, pendidikan dan pelatihan. Situs resmi PTFI menyebutkan, rendahnya Angka Partisipasi Sekolah disebabkan oleh terbatasnya akses dan fasilitas pendidikan bagi masyarakat di Kabupaten Mimika serta rendahnya tingkat kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan. Dari fakta ini, PTFI dan Biro Pendidikan LPMAK melakukan program pengembangan masyarakat dalam bidang pendidikan untuk membuka akses seluas-luasnya kepada putra-putri daerah memperoleh hak pendidikan layak. Caranya, menggandeng kerjasama dengan Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika, Lembaga Pendidikan, Konsultan Pendidikan, dan mitra-mitra lainnya.
PTFI dan LPMAK sejak 1996 hingga 2011 telah memfasilitasi 8.049 siswa dalam program beasiswa mulai dari tingkat SD sampai dengan S3, dan secara rutin melakukan pemantauan langsung ke sekolah-sekolah dimana para penerima beasiswa tersebut menempuh pendidikan.