Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Bersih dan Senyum untuk Buktikan Pesona Indonesia

9 Oktober 2016   10:55 Diperbarui: 9 Oktober 2016   17:52 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lomba Iklan Pendek Kampanye Indonesia Berbudaya Bersih dan Senyum yang diselenggarakan Satgas GBBS Kemenko Bidang Kemaritiman. Deadline diperpanjang hingga 1 November 2016, menurut Wakil Ketua Satgas GBBS, Musyarafah Machmud. (Sumber: Satgas GBBS)

Produk yang dihasilkan dari sampah anorganik. (Foto: FORKAS)
Produk yang dihasilkan dari sampah anorganik. (Foto: FORKAS)
“Kota Tangsel ini, secara fisik tidak terlampau luas. Kecil sekali. Sedangkan jumlah penduduknya, setiap saat selalu bertambah. Imbasnya tentu kepada sampah-sampah rumah tangga yang setiap hari juga dibuang oleh para warganya. Padahal, Kota Tangsel ini hanya punya satu Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah saja, yaitu di Cipeucang. Itupun luasnya tidak seberapa, hanya sekitar 5 hektar dan pasti akan terus semakin padat dengan tumpukan sampah yang kian meninggi. Kami berharap warga Tangsel jangan asal membuang sampah begitu saja, sehingga dampaknya justru membuat TPA Cipeucang makin tak sanggup lagi menampung volume sampah. Mulailah lakukan pemilahan dan pemilihan sampah terlebih dahulu sebelum dibuang, dan untuk selanjutnya, tinggal connect dan access ke Sisaku,” himbau Fajar yang menyebut semboyan Sisaku yakni Solusi Masalah Lingkungan.

Bisa dibayangkan efektivitas Sisaku --- ide start up yang terpilih untuk menjadi pemenang ajang Indonesia Sociopreneur Challenge (ISoC) 2015 bertema Waste Around Us --- bila sudah familiar di kalangan warga Tangsel. Kesadaran bersama akan membuahkan volume sampah yang dibuang dan disalurkan masuk ke TPA Cipeucang dapat dikurangi. Begitu pula dengan pendapatan masyarakat juga dapat meningkat, karena bisa “menjual” sampah dan mengolah sampah menjadi produk-produk bernilai ekonomis.

Perjuangan Relawan Mengelola Bank Sampah

Kalau tadi para penggagas dan pembuat start up Sisaku menyebut keterlibatan bank sampah-bank sampah yang ada di Kota Tangsel, sebenarnya bagaimana geliat bank yang menampung dan memberdayakan sampah rumah tangga tersebut?

Eka Meidya, Ketua Umum FORKAS. (Foto: Gapey Sandy)
Eka Meidya, Ketua Umum FORKAS. (Foto: Gapey Sandy)
Pelatihan smart urban farming. (Foto: FORKAS)
Pelatihan smart urban farming. (Foto: FORKAS)
Menurut Eka Meidya, ibu rumah tangga sekaligus Ketua Umum Forum Komunikasi Bank Sampah Tangerang Selatan (FORKAS) mengatakan, sejak diresmikan pada 25 Mei 2015 oleh Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany, jumlah bank sampah sudah mencapai 145 kelompok yang tersebar di tujuh kecamatan sekota.

“Kini kegiatan kami tidak cuma memilah, memilih dan menimbang sampah saja, tetapi juga mengupayakan bagaimana memanfaatkan sampah rumah tangga (rumga). Sehingga sampah-sampah rumga tidak lagi keluar dari wilayah RW tempat dimana kita tinggal,” jelasnya. (Selengkapnya reportase tentang bank sampah ini, baca tulisan sebelumnya: Ada Sampah, Pasti Ada Eka Maidya)

Urun sibuk antara Pemkot Tangsel melalui Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) dengan FORKAS juga amat harmonis. Antara lain, pembinaan dan pelatihan kepada para kelompok bank sampah untuk membuat komposter penghasil pupuk cair. Dengan pupuk cair yang dihasilkan, pelatihan semakin ditingkatkan dengan melaksanakan urban farming, pertanian warga. Ada juga kegiatan membuat lubang-lubang biopori yang fungsinya menyimpan cadangan dan meghindari genangan air, serta pelatihan menghasilkan eco brick atau sampah plastik ukuran kecil yang dipadatkan dalam botol bekas. Tak ketinggalan, membuat produk upcycle bernilai ekonomis dari sampah anorganik.

Rekapitulasi jenis sampah yang dikumpulkan melalui salah satu bank sampah. (Sumber: FORKAS)
Rekapitulasi jenis sampah yang dikumpulkan melalui salah satu bank sampah. (Sumber: FORKAS)
Rekapitulasi hasil penjualan sampah di salah satu bank sampah. (Sumber: FORKAS)
Rekapitulasi hasil penjualan sampah di salah satu bank sampah. (Sumber: FORKAS)
Untuk satu kelompok bank sampah, Eka memperkirakan, setiap kali dilaksanakan penimbangan per dua minggu atau setiap bulan sekali, sampah yang terkumpul mencapai 300 – 500 kilogram. Sampah yang sudah dipilah dan dipilih warga itu kemudian dijual ke para pengepul. Uangnya menjadi tabungan bagi warga. “Uang tabungan ini, saya selalu ingatkan untuk selalu diambil satu tahun sekali untuk keperluan misalnya, menjelang Hari Raya Idul Fitri dan lainnya. Saya hanya menghimbau untuk menyisakan Rp 10.000 untuk saldo,” kata Eka yang punya cita-cita menggenjot jumlah bank sampah menjadi 540 unit se-Tangsel. “Tiap satu RW, diharapkan ada satu bank sampah.”

Data yang dimiliki FORKAS untuk satu kelompok bank sampah bernama ‘Baginda’ misalnya, sempat menyentuh angka penjualan tertinggi mencapai Rp. 6.343.240 pada Agustus 2015, kemudian sebulan kemudian, September 2015, anjlok menjadi Rp. 2.112.550. Sedangkan angka penjualan tertinggi per Januari hingga September 2015, ditempati oleh kardus sebesar Rp 5.019.500, disusul botol bening senilai Rp 2.719.500, kemudian plastik warna dengan cuan masuk mencapai Rp 2.684.600. (lihat tabel)

Angka ini baru dicapai oleh satu bank sampah. Bayangkan bila di Tangsel ada 145 bank sampah seperti sekarang, dan kelak diproyeksikan jumlahnya menjadi 540 bank sampah. Perputaran roda ekonomi pasti membuat warga tersenyum akibat keberkahan sampah. “Saya percaya kata para pakar bahwa ‘Sampah Dipilah Menjadi Berkah dan Sampah Dipilah Menjadi Rupiah’. Ini benar adanya,” bahagia Eka.

Kepala Dinas Kebersihan Kota Tangsel, Yepi Suherman. (Foto: Gapey Sandy)
Kepala Dinas Kebersihan Kota Tangsel, Yepi Suherman. (Foto: Gapey Sandy)
Sayur mayur di urban farming. (Foto: Gapey Sandy)
Sayur mayur di urban farming. (Foto: Gapey Sandy)
Kota Tangsel Akan Jadi Pusat Edukasi Sampah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun