Mohon tunggu...
Gapey Sandy
Gapey Sandy Mohon Tunggu... Penulis - Kompasianer

Peraih BEST IN CITIZEN JOURNALISM 2015 AWARD dari KOMPASIANA ** Penggemar Nasi Pecel ** BLOG: gapeysandy.wordpress.com ** EMAIL: gapeysandy@gmail.com ** TWITTER: @Gaper_Fadli ** IG: r_fadli

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pernikahan Adat Sunda dan Makna Prosesinya

6 September 2016   12:47 Diperbarui: 4 April 2017   18:22 3662
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ki Lengser memandu prosesi sawer panganten. (Foto: Gapey Sandy)

Arti dari meuleum harupat tidak lain adalah apabila ada salah satu pihak, baik pengantin pria maupun wanita, yang tersulut emosinya selama berumah-tangga, hendaklah kedua pihak juga senantiasa cepat untuk memadamkan amarah atau emosi tersebut. Jangan dibiarkan terlalu lama membara emosinya.

Lidi yang sempat terbakar dan membara ini kemudian oleh kedua pengantin dicelupkan ke kendi kecil berisi air. Sebagai perlambang bahwa keduanya akan senantiasa mengedepankan kepala dan hati yang dingin dalam menjalani masa berumah-tangga, entah itu dalam setiap menghadapi kebahagiaan maupun kesulitan.

Nah, lidi yang sudah tidak membara lagi kemudian secara bersamaam dipatahkan. Pengantin pria dan wanita saling mematahkan, untuk kemudian dibuang ke arah belakang. Menurut pembawa acara, lidi yang dipatahkan bersama dan kemudian dibuang ini, menyimbolkan bahwa kedua mempelai harus senantiasa mengutamakan jalan musyawarah demi mencari solusi atas segala persoalan rumah tangga, mematahkan setiap kendala secara bersama, dan membuang problema bersama-sama juga.

Prosesi memadamkan nyala api di lidi. (Foto: Gapey Sandy)
Prosesi memadamkan nyala api di lidi. (Foto: Gapey Sandy)
Prosesi mematahkan lidi bersama. (Foto: Gapey Sandy)
Prosesi mematahkan lidi bersama. (Foto: Gapey Sandy)
Ketujuh, kelar membakar lidi, prosesi dilanjutkan dengan acara menginjak sebutir telur (nincak endog). Dalam posisi berdiri, pengantin pria dilepas salah satu selop pada kaki kanannya oleh pengantin wanita yang sengaja merunduk. Lalu, celana panjang sebelah kanan pengantin pria digulung sedikit oleh pengantin wanita. Sedangkan posisi telur sudah berada di bawah posisi jempol kaki kanan pengantin pria. Jempol kaki kanan ini dipegangi terlebih dahulu oleh pengantin wanita, sebelum sama-sama ditekankan dan membuat telur menjadi pecah.

Pengunjung sempat tertawa, manakala mempelai wanita “digoda” oleh pembawa acara. “Neng, Neng … coba itu dilihat, diraba dan dirasakan, apakah jempol si Akang besar atau kecil? Kalau besar, waduh … itu baru jempolnya loch Neng, belum yang lainnya,” tutur pembawa acara. Kontan, pengantin wanita tersipu malu, begitu pun pengantin pria. Pengunjung pun tertawan menyimak guyonan ini.

Eh iya, menginjak dan memecahkan telur ini simbolnya begitu dalam. Betapa tidak? Ini mengartikan bahwa pengantin wanita berharap dapat memberikan benih yang baik, sehingga kedua mempelai yang sudah menjadi suami istri ini akan memperoleh keturunan yang baik, soleh dan solehah. Wheeewwwww … dalemmm bener kaannn maknanya.

Telur juga melambangkan kesucian sang pengantin pria, juga wanita. Mengapa harus kaki sebelah kanan? Ya, karena semua sepakat bahwa sisi kanan hendaknya dapat mengarahkan kedua pengantin pada kebaikan.

Prosesi memecahkan sebutir telur. (Foto: Gapey Sandy)
Prosesi memecahkan sebutir telur. (Foto: Gapey Sandy)
Prosesi membersihkan kaki kanan suami usai memecahkan telur. (Foto: Gapey Sandy)
Prosesi membersihkan kaki kanan suami usai memecahkan telur. (Foto: Gapey Sandy)
Kedelapan, karena jari-jari kaki pengantin pria kotor terkena pecahan telur, maka prosesi dilanjutkan dengan membasuh dan membersihkan jemari kaki sang suami oleh istri. Menggunakan air dari dalam kendi kecil tanah liat yang berisi air, maka dibasuhlah kaki sang suami, perlahan, penuh kelembutan hingga bersih. Ini mengandung arti bahwa sang istri akan senantiasa menjaga seluruh apa yang dimiliki suami, dan tidak akan mengotorinya dengan hal-hal yang tidak patut, bahkan termasuk pikiran-pikiran negatif (negative thinking) sekalipun. Ini juga bentuk ketaatan istri kepada sang suami.

Setelah itu, keduanya meupeuskeun kendi atau menghempaskan atau menghancurkan kendi kecil dari tanah liat tadi, sebagai pertanda bahwa kedua mempelai akan senantiasa menghancurkan segala kerikil dan penghalang laju biduk mahligai rumah tangga bersama-sama. Meskipun, siapapun juga pasti akan merasakan bahwa perjalanan hidup berumah-tangga tidak akan selalu sepi dari cobaan dan ujian. Insya Allah, pasangan pengantin ini akan mampu menghancurkan segala halang rintang hidup bersama tersebut.

Selesai prosesi ini, maka pasangan pengantin kemudian melakukan rehat. Sambil berganti busana, yang semula dominan berwarna putih, kini bersalin menjadi merah hati. Tetap dengan motif kebaya Sunda yang elegan dan anggun.

Pergelaran Tari Merak. (Foto: Gapey Sandy)
Pergelaran Tari Merak. (Foto: Gapey Sandy)
Pergelaran Tari Merak. (Foto: Gapey Sandy)
Pergelaran Tari Merak. (Foto: Gapey Sandy)
Pembawa acara kemudian memberitahukan kepada tamu hadirin dan pengunjung bahwa kedua mempelai akan menuju ke pelaminan. Tujuannya, agar supaya semua hadirin dapat memberi doa restu dan ucapan selamat secara bergiliran. Tetapi, lagi-lagi, masih ada prosesi terlebih dahulu. Yaitu, dimulai dengan adegan Ki Lengser yang menyambut kedua mempelai untuk dipandu menuju kursi pelaminan. Ki Lengser yang semula duduk bersila dengan dikelilingi para penari Tari Merak, kemudian berdiri dan berjalan dengan setengah membungkuk, mempersiapkan kedua mempelai dan rombongan keluarga, agar bersiap menuju pelaminan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun