Penulis pernah mengikuti perjalanan Presiden Joko Widodo beserta rombongan, tepatnya pada 27 Desember 2015, dalam rangkaian peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berkapasitas 5 MWP di Desa Oelpuah, Kupang, NTT. [Lihat foto] Peresmian listrik tenaga surya ini disambut hangat masyarakat setempat yang selama ini memang memiliki keluhan terhadap pasokan aliran listrik. Proyek-proyek seperti demikian hendaknya semakin menjamur lagi di Indonesia yang sebenarnya dianugerahi kekayaan sinar sang surya.
Oh iya, sebagai cerminan betapa mahalnya biaya riset litbang sumber energi terbarukan adalah seperti yang dilakukan Jerman. Pada 1974, negara asal tim sepakbola raksasa Bayern Muenchen ini mengeluarkan kocek US$ 20 juta untuk aktivitas litbang energi terbarui. Kemudian, meningkat jadi US$ 300 juta pada 1982. Selama 1977 – 1982, Jerman fokus pada bagaimana memanfaatkan energi turbin dan tenaga surya. Hasilnya? Pada 1990-an, energi turbin menempati posisi kedua yang dimanfaatkan. Pada kurun yang sama, energi tenaga surya juga sanggup diimplementasikan dengan sekitar 70 instalasi besar guna memenuhi beragam keperluan.
![Presiden Joko Widodo ketika meresmikan PLTS di Desa Oelpuah, Kupang, NTT, pada akhir 27 Desember 2015. (Foto: Gapey Sandy)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/30/ok-5-57c5018fa3afbd5940b33ed5.jpg?t=o&v=555)
![Panel listrik tenaga surya untuk PLTS yang diresmikan Joko Widodo di Desa Oelpuah, Kupang, NTT, pada akhir 27 Desember 2015. (Foto: Gapey Sandy)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/08/30/ok-6-57c501a0e1afbd113dcf7a3b.jpg?t=o&v=555)
o o o O o o o
Tonton di sini, Video Blogging (VLOG)-nya.